Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

RATUSAN TENTARA ISRAEL ALAMI GANGGUAN JIWA AKIBAT PERANG GAZA

Admin - Selasa, 4 November 2014 - 22:56 WIB

Selasa, 4 November 2014 - 22:56 WIB

1467 Views ㅤ

Tentara Israel dalam peperangan. foto : Al Qassam
<a href=

Tentara Israel dalam peperangan. foto : Al Qassam" width="300" height="197" /> Tentara Israel dalam peperangan. foto : Al Qassam

Tel Aviv, 11 Muharam 1435/4 November 2014 (MINA) – Departemen Kesehatan Mental Tentara Israel mengakui menerima puluhan tentara Pasukan Pertahanan  yang berperang dalam Operation Protective Edge selama musim panas lalu, yang memiliki gejala gangguan jiwa pasca trauma,  beberapa di antaranya jadi gila, bahkan tiga orang bunuh diri.

Selama pertempuran, Haaretz melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa,  Korps Kesehatan tentara menempatkan petugas-petugas dari departemen kesehatan mental di beberapa area agar dapat segera memberi bantuan bagi para prajurit reguler dan tentara cadangan yang membutuhkan perawatan mental segera di medan tempur.

Ratusan tentara telah dirawat petuigas-petugas  kesehatan mental yang memakan waktu rata-rata delapan jam terapi, setelah mereka menunjukkan tanda-tanda shellshock (gangguan saraf karena goncangan mental akibat pertempuran).

Mmenurut statistik Corps Kesehatan tentara Israel yang disampaikan pada sidang Knesset untuk Sub-komite Pelatihan dan Personalia Kementerian Pertahanan, dipimpin oleh MK Omer Barlev, sekitar 80 persen tentara yang sudah mengalami perawatan mental tersebut, dapat kembali ke medan perang.

Baca Juga: AS Tingkatkan Serangan terhadap Cabang Al-Qaeda Hurrasud-Din

“Selama pertempuran, petugas kesehatan mental juga mengadakan terapi melalui perbincangan dengan tentara saat rehat, atau berbicara dengan mereka setelah insiden yang parah,” kata Kolonel Keren Ginat, Direktur Departemen Kesehatan Mental dari Angkatan Perang Israel.

Situasi itu, tuturnya,  termasuk pada saat pecahnya pertempuran di Shujaiyeh, yang merupakan salah satu pertempuran paling berdarah selama 51 hari Perang Gaza yang lalu.

“Tujuan dari perbincangan dengan tentara-tentara di medan tempur itu  adalah untuk memberi mereka dorongan sehingga mereka bisa terus maju,” kata Ginat.

“Sebagai psikiater, saya prihatin dengan kesehatan mental prajurit tempur ini,” katanya.

Baca Juga: Mesir akan Jadi Tuan Rumah KTT Arab tentang Rekonstruksi Gaza

Diungkapkan pula,  petugas-petugas Corps Kesehatan Tentara Israel berbicara melalui telepon dengan sekitar 1.000 tentara termasuk yang terluka dalam pertempuran untuk memantau apakah mereka menderita tekanan mental.

Menurut Kolonel Ginat, setengah dari mereka, diidentifikasi cenderung menolak untuk dilakukan penilaian berkelanjutan oleh para petugas kesehatan mental militer.

Dipaparkan juga, Corps Kesehatan Tentara Israel mengadakan pusat evaluasi bagi para prajurit yang bertempur dalam operasi dan memiliki gangguan stress pasca trauma (PTSD), yang dibuka minggu ini. Segenap tentara reguler maupun tentara cadangan diharapkan datang untuk konsultasi dengan terapis senior mereka dan mengisi kuesioner tentang masalah kesehatan mental mereka masing-masing.

Sejauh ini sekitar setengah dari jumlah prajurit yang konsultasi ke pusat evaluasi  ini adalah tentara cadangan, dan sekitar sepertiga merupakan pasukan tentara reguler.

Baca Juga: Turki Renovasi Bandara Internasional Damaskus yang Rusak Imbas Perang Saudara

Statistik dari Departemen Rehabilitasi Kementerian Pertahanan Israel menungkapkan, sejauh ini, sebanyak 463 orang prajurit telah mengajukan permohonan untuk dinonaktifkan sebagai tentara setelah pertempuran di Gaza.

Ditambahkan, juga ada 93 prajurit  yang teratat gejala terkait dengan PTSD.

Terjadi pula etelah tiga anggota Brigade Givati ​​yang telah berjuang dalam Operation Protective Edge melakukan bunuh diri.

Mengatasi maraknya masalah kejiwaan pada prajurit-prajurit yang pernah bertempur dalam penyerbuan Israel ke Gaza yang lalu, petugas kesehatan jiwa tentara juga dikerahkan untuk memberi bimbingan mental kepada prajurit-prajuriot batalyon yang ikut bertempur pada operasi itu.

Baca Juga: Arab Saudi Siap Jadi Tuan Rumah Pertemuan Trump-Putin

“Saya tidak suka menyebutnya fenomena bunuh diri, “tetapi tiga tentara bunuh diri setelah operasi adalah peristiwa penting,” kata Kolonel Ginat.

“Saya tidak bisa mengatakan, dan saya tidak tahu apakah apakah hal ini terkait dengan Operation Protective Edge atau tidak, tapi mungkin,” kilahnya.

Saat ditanya mengenai AS dan Inggris melaporkan telah terjadi peningkatan insiden bunuh diri setelah perang, pihaknya mengatakan  belum melihat peningkatan itu.(T/P004/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Erdogan: Tidak Ada Kekuatan yang Dapat Paksa Warga Palestina Keluar dari Tanah Airnya

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Palestina
Internasional
Palestina
Internasional
Palestina