
Tentara Israel
dalam peperangan. foto : Al Qassam" width="300" height="197" /> Tentara Israel dalam peperangan. foto : Al QassamTel Aviv, 11 Muharam 1435/4 November 2014 (MINA) – Departemen Kesehatan Mental Tentara Israel mengakui menerima puluhan tentara Pasukan Pertahanan yang berperang dalam Operation Protective Edge selama musim panas lalu, yang memiliki gejala gangguan jiwa pasca trauma, beberapa di antaranya jadi gila, bahkan tiga orang bunuh diri.
Selama pertempuran, Haaretz melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa, Korps Kesehatan tentara menempatkan petugas-petugas dari departemen kesehatan mental di beberapa area agar dapat segera memberi bantuan bagi para prajurit reguler dan tentara cadangan yang membutuhkan perawatan mental segera di medan tempur.
Ratusan tentara telah dirawat petuigas-petugas kesehatan mental yang memakan waktu rata-rata delapan jam terapi, setelah mereka menunjukkan tanda-tanda shellshock (gangguan saraf karena goncangan mental akibat pertempuran).
Mmenurut statistik Corps Kesehatan tentara Israel yang disampaikan pada sidang Knesset untuk Sub-komite Pelatihan dan Personalia Kementerian Pertahanan, dipimpin oleh MK Omer Barlev, sekitar 80 persen tentara yang sudah mengalami perawatan mental tersebut, dapat kembali ke medan perang.
Baca Juga: Israel Hancurkan Infrastruktur Sipil, Bom Bandara Sanaa di Yaman
“Selama pertempuran, petugas kesehatan mental juga mengadakan terapi melalui perbincangan dengan tentara saat rehat, atau berbicara dengan mereka setelah insiden yang parah,” kata Kolonel Keren Ginat, Direktur Departemen Kesehatan Mental dari Angkatan Perang Israel.
Situasi itu, tuturnya, termasuk pada saat pecahnya pertempuran di Shujaiyeh, yang merupakan salah satu pertempuran paling berdarah selama 51 hari Perang Gaza yang lalu.
“Tujuan dari perbincangan dengan tentara-tentara di medan tempur itu adalah untuk memberi mereka dorongan sehingga mereka bisa terus maju,” kata Ginat.
“Sebagai psikiater, saya prihatin dengan kesehatan mental prajurit tempur ini,” katanya.
Baca Juga: Usai Serangan Rudal Yaman, Israel Hentikan Semua Penerbangan di Ben Gurion
Diungkapkan pula, petugas-petugas Corps Kesehatan Tentara Israel berbicara melalui telepon dengan sekitar 1.000 tentara termasuk yang terluka dalam pertempuran untuk memantau apakah mereka menderita tekanan mental.
Menurut Kolonel Ginat, setengah dari mereka, diidentifikasi cenderung menolak untuk dilakukan penilaian berkelanjutan oleh para petugas kesehatan mental militer.
Dipaparkan juga, Corps Kesehatan Tentara Israel mengadakan pusat evaluasi bagi para prajurit yang bertempur dalam operasi dan memiliki gangguan stress pasca trauma (PTSD), yang dibuka minggu ini. Segenap tentara reguler maupun tentara cadangan diharapkan datang untuk konsultasi dengan terapis senior mereka dan mengisi kuesioner tentang masalah kesehatan mental mereka masing-masing.
Sejauh ini sekitar setengah dari jumlah prajurit yang konsultasi ke pusat evaluasi ini adalah tentara cadangan, dan sekitar sepertiga merupakan pasukan tentara reguler.
Baca Juga: Freedom Flotilla, Kapal Bantuan ke Gaza Diserang Drone di Perairan Internasional
Statistik dari Departemen Rehabilitasi Kementerian Pertahanan Israel menungkapkan, sejauh ini, sebanyak 463 orang prajurit telah mengajukan permohonan untuk dinonaktifkan sebagai tentara setelah pertempuran di Gaza.
Ditambahkan, juga ada 93 prajurit yang teratat gejala terkait dengan PTSD.
Terjadi pula etelah tiga anggota Brigade Givati yang telah berjuang dalam Operation Protective Edge melakukan bunuh diri.
Mengatasi maraknya masalah kejiwaan pada prajurit-prajurit yang pernah bertempur dalam penyerbuan Israel ke Gaza yang lalu, petugas kesehatan jiwa tentara juga dikerahkan untuk memberi bimbingan mental kepada prajurit-prajuriot batalyon yang ikut bertempur pada operasi itu.
Baca Juga: Israel Serang Dekat Istana Presiden Suriah
“Saya tidak suka menyebutnya fenomena bunuh diri, “tetapi tiga tentara bunuh diri setelah operasi adalah peristiwa penting,” kata Kolonel Ginat.
“Saya tidak bisa mengatakan, dan saya tidak tahu apakah apakah hal ini terkait dengan Operation Protective Edge atau tidak, tapi mungkin,” kilahnya.
Saat ditanya mengenai AS dan Inggris melaporkan telah terjadi peningkatan insiden bunuh diri setelah perang, pihaknya mengatakan belum melihat peningkatan itu.(T/P004/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Ketua DPR Lebanon Adukan Pelanggaran Israel kepada Jenderal AS