Jakarta, MINA – Tim Medis Indonesia mencatat dermatitis dan febris banyak diderita warga terdampak banjir di Pakistan. Hal itu tercatat dari warga yang berobat dan dilayani Tim Medis Indonesia di pos kesehatan tempat pengungsian.
Dalam keterangan yang dilaporkan InfoPublik dikutip MINA, Sabtu (15/10), Tim Medis Indonesia terbagi ke dalam dua tim, yaitu tim pelayanan medis statis. Pelayanan ini berada pada pos kesehatan yang berada di satu kawasan pengungsian Jhuddo City dengan populasi warga terdampak dalam jumlah besar.
Sedangkan tim lainnya, mereka bergerak untuk mengunjungi warga di pos-pos pengungsian di Katmir Jan Muhammad.
Total pasien yang tercatat selama hari kedua berjumlah 452 warga. Dari jumlah tersebut, sebanyak 329 warga dari pos pengungsian Jhuddo City dan sisanya, mereka tersebar dalam kelompok kecil di Katmir Jan Muhammad.
Baca Juga: Iran dan Arab Saudi Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan di Bawah Mediasi Tiongkok
“Total jumlah pasien berobat pada hari kedua berjumlah 452 orang,” ujar Direktur Fasilitasi Penanganan Korban dan Pengungsi BNPB, Yusrizal.
Dari kasus yang ditangani, Yusrizal mengatakan, tercatat 85 kasus dermatitis dan angka yang sama untuk febris.
Menurut Yusrizal, dermatitis merupakan istilah medis untuk peradangan kulit. Kondisi tersebut sering dialami warga pascabanjir.
Selain dermatitis, febris atau demam juga banyak ditemui saat pelayanan kesehatan yang berlangsung di Tehsil Taluka Jhuddo dan Katmir Jan Muhammad, Distrik Mirpur Khas, Provinsi Sindh.
Baca Juga: Kemlu Yordania: Pengeboman Sekolah UNRWA Pelanggaran terhadap Hukum Internasional
“Di samping itu, kasus demam atau febris juga banyak ditemui, dengan masing-masing 85 kasus,” tambahnya.
Penyakit lainnya yang banyak dialami warga seperti ISPA 80 kasus, dyspepsia 54 kasus, myakgia 44 kasus, cephalgia 20 kasus, hipertensi 12 kasus, konjungtivitis 12 kasus dan diabetes mellitus 8 kasus.
Di hari kedua ini, Tim Medis Indonesia masih terbagi ke dalam dua tim, yaitu layanan tetap dan keliling.
Selama pelayanan, tim dibantu tenaga medis dari Dinas Kesehatan Distrik Mirpur Khas.
Baca Juga: Parlemen Arab Minta Dunia Internasional Terus Beri Dukungan untuk Palestina
Secara khusus, otoritas keamanan dari militer dan polisi turut menjaga para personel medis Indonesia.
“Selama aktivitas lapangan maupun berada di penginapan, kami mendapatkan pengawalan ketat dari polisi lokal dan pihak militer,” jelas Yusrizal.
Jumlah kunjungan kumulatif dari 11 hingga 12 Oktober 2022, tercatat 705 penyintas berobat ke tenda pelayanan yang dikelola Tim Medis Indonesia.
Selain warga yang ingin berobat, tim dokter juga melakukan pemeriksaan untuk ibu hamil.
Baca Juga: Ribuan Warga Yordania Tolak Pembubaran UNRWA
“Kunjungan ibu hamil pada Rabu (12/10) sebanyak 26 orang atau 5,8 persen,” kata Yusrizal.
Personel dari tim medis juga memberikan pemahaman hidup sehat, khususnya selama berada di pengungsian. Ini menjadi edukasi kesehatan masyarakat bagian dari rantai manajemen pos pengungsian.
Tim Medis Indonesia akan berada di Distrik Mirpur Khas selama dua pekan dan selanjutnya memberikan pelayanan kesehatan di distrik lainnya, yaitu Malir. Kedua distrik ini masih berada di wilayah Provinsi Sindh.(R/R1/P1)
Baca Juga: Wasekjen MUI Ingatkan Generasi Muda Islam Tak Ikuti Paham Agnostik
Mi’raj News Agency (MINA)