Tepi Barat, 24 Muharram 1438/25 Oktober 2016 (MINA) – Warga Palestina di beberapa desa di Tepi Barat yang diduduki mulai merasa putus asa karena sudah beberapa pekan krisis air terjadi.
Di Salfit, Jenin dan Hebron, serta beberapa desa sudah 40 hari berturut-turut tanpa air yang mengalir.
“Karena krisis (air) dimulai pada bulan Juni, pemerintah kota hanya mampu memasok air untuk satu jam dua kali seminggu,” kata Enas Taha, warga desa Kafr Al-Deek di Tepi Barat kepada Al Jazeera. “Saya memeriksa prakiraan cuaca setiap hari, mereka mengumumkan hujan tiga minggu yang lalu, tapi belum datang satu pun. Hal yang dapat saya lakukan adalah berdoa kepada Allah.”
Pada pertengahan Juli, warga di daerah Betlehem melancarkan aksi duduk selama sehari memprotes kekurangan, sehingga memicu bentrokan antara pemuda Palestina dan pasukan Israel.
Baca Juga: Roket Hezbollah Hujani Tel Aviv, Warga Penjajah Panik Berlarian
“Ini adalah situasi yang sangat menegangkan. Saya harus mempertimbangkan dan memprioritaskan setiap tetes air yang saya gunakan,” kata Taha. Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA, Selasa (25/10).
Air yang ada sangat tidak cukup untuk minum, masak, mandi dan penggunaan kamar mandi. Kadang-kadang saya tidak mencuci pakaian atau membersihkan rumah selama berminggu-minggu. Ini panas dan berdebu. Ini melelahkan,” ujarnya.
Sebagian keluarga menghabiskan sampai 30 persen dari pendapatannya yang terbatas untuk membeli air.
Sebelumnya, Israel telah menerapkan kebijakan pemotongan air setiap musim panas. Namun tahun ini, mencapai puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga: Sebanyak 1.000 Dokter dan Perawat Gugur akibat Agresi Israel di Gaza
Pada awal Juni, perusahaan air Mekorot milik Israel memberitahu Otoritas Air Palestina (PWA) tentang pemotongan pasokan musim panas sebanyak lebih dari 50 persen. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya