Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

DEWAN REMPAH BERTEKAD JAYAKAN REMPAH INDONESIA

Rudi Hendrik - Rabu, 21 Mei 2014 - 08:33 WIB

Rabu, 21 Mei 2014 - 08:33 WIB

1444 Views

Jakarta, 22 Rajab 1435/21 Mei 2014 (MINA) – Dewan Rempah Indonesia bertekad akan menjayakan kembali rempah di Indonesia, karena dahulu penjajah begitu berjaya disebabkan menguras rempah Indonesia.

Tekad itu dinyatakan oleh Ketua Dewan Rempah Indonesia, Yati Sofiati Mukadi di kantornya, Selasa (20/5) di Jakarta, kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

“Kini rempah Indonesia sudah berada di tangan bangsanya sendiri, tapi kenapa petani rempah Indonesia tidak bisa berjaya?” kata Sofiati.

Menurut wanita yang berpengalaman di berbagai organisasi wanita dan ketenagakerjaan itu, Indonesia sangat menguntungkan dalam bidang rempah, karena banyak rempah yang kita miliki tapi tidak dimiliki negara lain.

Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina

Sofiati mencontohkan lada putih dari jenis muntok, tidak ada yang bisa menyaingi wanginya, atau lada hitam dari Lampung. Walaupun ditanam di negara lain yang hasilnya bisa lebih banyak, tapi tetap kwalitasnya masih bagus jika jenis itu ditanam di Indonesia.

“Jadi harapan Dewan Rempah yaitu bisa menjayakan kembali rempah Indonesia,” tegas wanita berusia 73 tahun itu.

Ketua IMWU (International Moslem Women Union) itu mengungkapkan bahwa negara-negara dunia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap rempah, terutama negara-negara yang memiliki iklim cuaca dingin.

Begitu pentingnya rempah, sehingga pernah suatu masa harga rempah di Eropa lebih tinggi dari pada harga emas. Jadi begitu tingginya nilai rempah,” kata Sofiati.

Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat

Namun, meskipun Indonesia negeri yang sangat kaya rempah, tetapi Indonesia justeru mengimpor produk rempah jadi dari negara lain. Hal itu terjadi karena para petani menjual bahan baku rempah ke asing, lalu diolah negara asing, kemudian hasilnya dipasarkan di Indonesia juga.

“Singapura yang tidak memiliki tanah, bisa menjadi mengekspor rempah. Vietnam yang belajar dari Indonesia, kini ekspor lada terbesar. Gambir hanya ada di Indonesia, tapi pengekspor terbesarnya adalah India,” ujar Sofiati.

Kondisi ini terjadi, menurut Sofiati, karena kurangnya perhatian dan dorongan pemerintah. Ditambah minimnya para investor yang melirik industri rempah di berbagai wilayah Indonesia.

Industri yang menggarap bidang rempah di Indonesia belum cukup untuk menampung begitu kayanya alam Nusantara.

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

Di bawah koordinasi Dewan Rempah, para peneliti juga mengembangkan riset untuk membantu para petani rempah dengan tujuan rempah Indonesia bisa kembali bangkit.

“Kita harus bersatu. Artinya masih perlu ada rasa tanggungjawab dari masing-masing pihak untuk membangkitkan rempah Indonesia agar kembali jaya,” tambah Sofiati. (L/P09/R2)

 

Mi’raj islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

 

 

 

Baca Juga: Israel Bom Sekolah di Gaza, Delapan Warga Syahid

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Kolom
Kolom
Palestina
Indonesia