Yerusalem, MINA – Dewan Wakaf Islam yang berbasis di Yerusalem mengkhawatirkan ekstremis Yahudi menyerbu kawasan Al-di tengah penutupan sementara kompleks tersebut.
“Ini memang merupakan keputusan paling pahit,” pernyataan Dewan Wakaf yang terdiri dari orang-orang terkemuka di Yerusalem dan ditunjuk oleh Yordania, penjaga tempat-tempat suci di Yerusalem.
Karena itu, Dewan tetap meminta pengurus dan petugas masjid untuk tetap melaksanakan salat berjamaah, dengan ketentuan di luar ruangan utama dan dengan merenggangkan jarak satu jamaah dengan jamaah lainnya. Al-Monitor melaporkan, Rabu (25/3).
Ada kekhawatiran yang meluas juga di kalangan umat Muslim Palestina bahwa para ekstremis Yahudi akan menggunakan momen ini untuk mengambil kendali atas wilayah Al-Aqsa.
Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza
Ini beralasan, karena ada beberapa selebaran yang dikeluarkan para ekstremis Yahudi untuk pengambilalihan wilayah masjid.
Leaflet berbahasa Ibrani itu antara lain menyebutkan, “Tidak ada orang Arab di Temple Mount. Masjid Al-Aqsa terkunci. Polisi secara ketat menerapkan instruksi Kementerian Kesehatan, yang memungkinkan pengumpulan tidak lebih dari 10 orang untuk tujuan keagamaan dan ini peluang memungkinkan orang Yahudi memasukinya.”
“Hari-hari seperti ini menciptakan realitas baru di atas Temple Mount. Inilah saatnya dan seperti pada hari-hari Raja David berdoa agar pandemi berhenti,” isi selebaran. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel