Beberapa hari terakhir ini, pemerhati Palestina dikejutkan oleh berita banyaknya warga asal Jalur Gaza yang melakukan migrasi (pindah keluar) secara besar-besaran, sejak terjadinya agresi militer Zionis Israel ke Jalur Gaza.
Puluhan ribu warga mencoba keluar dari Jalur Gaza, lalu melakukan pelayaran menggunakan kapal laut yang tidak memenuhi standar pelayaran, dari Pelabuhan Iskandaria Mesir menuju kawasan Eropa.
Satu pekan lalu pertengahan September 2014 diberitakan, sedikitnya tiga kapal laut yang ditumpangi ratusan imigran asal Gaza, Palestina, karam tenggelam di Laut Tengah atau Laut Mediterania. Ratusan penumpang pun menjadi korban.
Laut Tengah yang mereka lalui, memang membentang dari Pelabuhan Iskandaria dan sepanjang Pantai Jalur Gaza, hingga ke arah benua Eropa di bagian utara, benua Afrika di bagian selatan, serta sebagian benua Asia di wilayah timur.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jalur Gaza, Palestina, mencoba menelesuri kejadian tersebut dari berbagai sumber.
Pihak Keamanan di Gaza, hingga saat ini terus mencoba melakukan penyelidikan tentang banyaknya kasus migrasi tersebut.
Penyelidikan awal tenggelamnya tiga kapal yang mengangkut para imigran asal Gaza dalam dua hari berturut turut, disinyalir hal tersebut telah direncanakan oleh intelejen setempat. Pihak keamanan perlawanan di Gaza meyakini bahwa kapal tersebut memang sengaja ditenggelamkan oleh pihak ketiga.
Pihak Keamanan Gaza juga mengungkapkan, bahwa tidak menutup kemungkinan Zionis Israel dan pihak intelejen lain turut berperan di balik tenggelamnya ketiga kapal itu. Terutama karena di dalam kapal tersebut banyak pemuda yang akan mencari ilmu dan pekerjaan di luar Gaza.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Keamanan juga memperkirakan, tujuan pengungsian besar-besaran tersebut adalah menargetkan para pemuda, sebagai bagian dari rencana merusak pemikiran mereka. Ini terutama sekali setelah terjadinya perang beberapa waktu lalu. Target utamanya adalah untuk menjauhkan para pemuda Gaza dari mendapatkan kesempatan menjadi pejuang yang dapat dapat melawan musuh, yaitu Zionis Israel.
Dalam keterangan resmi Pihak Keamanan Gaza, penenggelaman kapal diduga untuk menyalakan konflik internal di Gaza setalah berbagai permasalahan terjadi selama perang, seperti tidak adanya tempat tinggal setelah dihancurkan oleh Israel.
“Jika tenggelamnya kapal terjadi sebelum serangan terakhir ke Jalur Gaza, kemungkinan hal itu biasa. Namun sebaliknya, tenggelamnya kapal tersebut terjadi setelah gencatan senjata, serta terjadi dalam waktu kurang dari satu pekan. Tiga kapal tenggelam sekaligus, ini belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan sejak terjadinya migrasi besar-besaran selama peperangan berlangsung sekalipun,” kata Pihak Keamanan.
Kesaksian Penumpang
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Guna mengkonfirmasi dugaan tersebut, Pihak Keamanan telah menerima informasi bahwa penenggelaman kapal itu memang sengaja dilakukan. Saksi mata mengatakan, sebuah kapal besar sengaja ditabrakkan ke kapal yang ditumpangi para imigran.
Media Norwegia pada Rabu (18/9) lalu mengungkapkan kesaksian para penumpang yang selamat dalam kejadian tenggelamnya kapal yang mengangkut 400 imigran warga asal Jalur gaza tersebut.
Raed Muhammad (23), salah satu korban selamat menyatakan, setelah kapal pecah tenggelam mereka mencoba berpegangan pada sebagian pecahan kapal. Namun pada akhirnya, beberapa di antara mereka tidak bisa bertahan akibat cuaca sangat dingin dan kehausan yang mendera selama tiga hari berturut turut terapung-apung di laut.
Muhammad menggambarkan kesaksian mengharukan, beberapa orang tua yang panik, terus memegang erat tubuh anak-anaknya hingga ke Pantai Malta, sebuah kepulauan Eropa bagian selatan, di kawasan Laut Tengah.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
“Saat itu saya berada di dasar perahu bersama dengan yang lain, dan kami tidak memiliki pelampung untuk bertahan. Kami mencoba untuk berenang menyelamatkan diri, tapi akhirnya banyak yang meninggal. Saya sendiri berhasil selamat karena menemukan jaket pelampung di tengah laut, hingga saya akhirnya dapat menyelamatkan diri dari kematian di tengah laut.
Selah seorang imigran lainnya mengatakan, perahu memang sengaja ditenggelamkan oleh para penyelundup. Sebelumnya, para penumpang sengaja diperintahkan untuk pindah ke kapal lain yang keadaanya jauh lebih buruk. Namun, para imigran menolak perintah para penyelundup. Hingga akhirnya mereka menenggelamkan kapal.
“Orang orang panik dengan kejadian tersebut, sementara para penyelundup hanya tertawa melihatnya,” ujar salah seorang penumpang selamat.
Beberapa penumpang mencoba bertahan selama tiga hari tiga malam, mengapung di lautan. Mereka seperti kehilangan akal di antara hidup dan mati. Hingga akhirnya, karena tidak mampu lagi bertahan, sedikitnya 80-90 penumpang, puluhan di antaranya anak anak yang berpegangan pada pecahan kapal, akhirnya meninggal juga.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
“Selama tiga hari berturut-turut mereka mengapung di lautan, menunggu pertolongan. Namun angin kencang serta udara dingin menyebabkan mereka akhirnya meninggal tenggelam,” seorang saksi mengatakan.
Organisasi Internasional untuk Imgrasi menyatakan, jumlah anak anak dalam kapal tersebut sekitar 50 hingga 100 orang, dari sekitar 300 penumpang lainnya.
Lembaga tersebut menyatakan, insiden ini merupakan yang terbesar selama beberapa tahun terakhir. Menurutnya, hal itu bukan kecelakaan, namun pembunuhan masal yang sangat kejam, dan dilakukan oleh penjahat yang tidak menghormati kehidupan manusia. (K01/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel