Gaza, MINA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan mitra pelaksana, Senin (17/6), meresmikan pembangkit listrik tenaga surya yang baru dipasang di Rumah Sakit Nasser di Jalur Gaza.
Proyek ini didanai oleh Pemerintah Jepang, sebagai sumber energi alternatif sehingga akan mengurangi ketergantungan rumah sakit pada bahan bakar minyak untuk generator darurat.
“Pembangkit ini juga berkontribusi untuk membangun ketahanan pada sektor penting di Depertemen Kesehatan fasilitas gawat darurat,” demikian pernyataan yang dilaporkan WAFA.
Setiap tahun, pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 250 KWp, menyediakan listrik 420 MWh dengan energi bersih, diharapkan dapat menghemat sekitar 166.000 liter bahan bakar dan mengurangi emisi CO2 hingga 185 ton.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Pembangkit listrik itu juga akan meningkatkan ketersediaan layanan kesehatan penting bagi sekitar 19.000 orang per bulan.
“Gangguan dalam pasokan energi selama ini telah menciptakan tantangan besar bagi sektor kesehatan di Gaza, yang mempertaruhkan nyawa pasien yang paling rentan. Elektrifikasi matahari di Rumah Sakit Nasser adalah langkah penting untuk memastikan pasokan listrik yang lebih berkelanjutan ke fasilitas kesehatan,” kata Gerald Rockenschaub, Kepala Kantor WHO untuk wilayah Palestina yang diduduki.
“Kami berterima kasih kepada Pemerintah Jepang untuk mendanai inisiatif ini yang juga berkontribusi untuk membangun sistem kesehatan yang lebih tangguh dan kelestarian lingkungan di Gaza,” lanjut dia.
Perwakilan Jepang untuk Palestina, Takeshi Okubo, mengatakan, pihaknya percaya bahwa melalui proyek ini, Jepang akan berkontribusi untuk memperkuat hubungan antara respon kemanusiaan dan rencana pembangunan jangka panjang di sektor kesehatan di Palestina.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
“Proyek elektrifikasi matahari akan mengurangi risiko kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir, pasien perawatan intensif dan pasien yang membutuhkan hemodialisis,” kata Okubo.
“Selain itu, kami tahu bahwa hasil dari proyek ini akan melampaui jangka waktunya; lebih banyak pasien kemungkinan akan mendapat manfaat dari intervensi ini di masa depan,” tambahnya.
Krisis Layanan Kesehatan
Gaza telah bertahun-tahun mengalami kekurangan listrik kronis yang sangat membahayakan penyediaan layanan kesehatan dasar. Akibatnya, rumah sakit di Jalur Gaza harus bergantung pada generator cadangan untuk mempertahankan layanan penyelamatan hidup kritis ketika listrik tidak tersedia dari pasokan jaringan listrik.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Sejak awal 2018, masyarakat internasional secara kolektif menyumbangkan AS$ 4 juta untuk bahan bakar darurat guna mempertahankan fasilitas kesehatan kritis Gaza.
Menurut OCHA, sebanyak 4,29 juta liter bahan bakar disediakan untuk sektor kesehatan Gaza dalam mendukung 80 fasilitas kesehatan.
Gangguan daya mempengaruhi fungsi fasilitas kesehatan dan rumah sakit, membahayakan layanan penting, termasuk perawatan intensif, hemodialisis, ruang operasi dan penyimpanan obat-obatan dan vaksin.
Untuk mengurangi dampak krisis listrik pada pasien, WHO dan mitra lembaga kesehatan telah berupaya memobilisasi sumber daya untuk menyediakan rumah sakit umum dengan sumber energi alternatif, demikian dalam siaran pers.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Listrik tenaga surya dapat secara efektif berkontribusi untuk mengurangi ketergantungan rumah sakit pada generator darurat.
Dalam memastikan ketahanan penuh energi rumah sakit dan sektor kesehatan yang lebih luas, diperlukan pendekatan komprehensif untuk penyediaan pasokan energi berkelanjutan dan investasi lebih lanjut dalam meningkatkan infrastruktur pasokan listrik untuk Jalur Gaza.(T/R01/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka