Hal itu dikatakannya saat melakukan pertemuan kurang lebih selama dua jam dengan Duta Besar Cina untuk Indonesia Xie Feng di Kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah Menteng, Jakarta Pusat.
“Kami sampaikan kalau di Indonesia sekarang ada masalah mengenai Gubernur DKI Jakarta, itu tidak ada hubungannya dengan soal agama dan etnik,” ujar Nashir kepada wartawan seusai pertemuan pada Senin (20/2) sore.
Kedua belah pihak juga membicarakan tentang hal yang selama ini berkembang di masyarakat mengenai isu tenaga kerja asing Cina yang bekerja di Indonesia, bahwa hanya ada tidak lebih dari 20 ribu orang Cina yang bekerja, sedangkan terkait isu 10 juta warga Cina itu merupakan target wisatawan berkunjung ke Indonesia hingga tahun 2020.
Baca Juga: Syeikh El-Awaisi: Cinta di Balik Nama Baitul Maqdis
Selain membahas isu hangat di Indonesia, kedatangan Dubes Xie Feng juga untuk menyambung kembali sejarah Islam di Indonesia dan hubungannya dengan Cina yang sudah terjalin sejak berabad-abad silam.
Ia juga menyampaikan bahwa dulu hubungan antara Indonesia dengan Cina kurang begitu bagus, dan kini kedua belah pihak beritikat untuk melihat ke depan dan membangun tata dunia serta relasi antara masyarakat dan antar pemerintah karena hubungan keduanya sebenarnya punya dasar sejarah yang baik.
Sementara itu, Duta Besar Cina untuk Indonesia Xie Feng di kesempatan yang sama mengatakan bahwa Muhammadiyah juga ulama-ulama Islam diundang untuk berkunjung ke Cina melakukan komunikasi dengan lembaga-lembaga Islam dan umat muslim di sana agar lebih tahu tentang kebijakan pemerintah Cina terhadap umat beragama khususnya umat Muslim.
Baca Juga: Tinjau Program Bantuan di Herat, MER-C Kirim Tim ke Afghanistan
Xie Feng juga mengaku senang karena diundang Muhammadiyah untuk berkunjung ke beberapa universitas milik Muhammadiyah di berbagai daerah karena bisa berbicara dengan pelajar-pelajar Indonesia dan Muslim Indonesia.
Ia juga mengatakan, beasiswa pertukaran pelajar antara Cina dan Indonesia juga akan ditingkatkan.
“Saya sangat senang datang sore ini. Semua diskusi ini penting, perlu adanya pertukaran pemikiran, untuk menjadi titik awal adanya perubahan di masa depan bagi hubungan Muhammadiyah dan pemerintah Cina,” tutupnya. (L/R08/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)