Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dibalik Rahasia Puasa Membuat Awet Muda (Oleh: dr. Suwardi Sukri)

Rana Setiawan - Selasa, 5 Juni 2018 - 23:11 WIB

Selasa, 5 Juni 2018 - 23:11 WIB

6 Views

Oleh: dr. Suwardi Sukri, Dokter Integratif Medicine

Fakta, di dalam tubuh terjadi proses perusakan atau degenerasi dan tubuh sejatinya menuju kehancuran; menjadi tua, sakit lalu mati. Itu sudah menjadi sunnatullah. Namun, dengan kasih sayang Allah, tubuh diberi kekuatan untuk melakukan perbaikan atas kerusakan yang tejadi pada dirinya.

Sehingga proses perusakan dan penuaan, walau tidak dapat dihindari, namun dapat diperlambat dengan merubah gaya hidup yang tidak sehat menjadi sehat dan mengeleminasi pengaruh lingkungan modern yang dibanjiri oleh toksin.

Salah satu gaya hidup sehat adalah dengan menjalankan ibadah puasa seperti yang dituntun oleh Rasulullah Shallallahu Alaihai Wasallam, yakni ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Baca Juga: Ucapan Terima Kasih Saja Belum Cukup: Ini 5 Cara Nyata Menghargai Guru

Telah dibahas pada tulisan sebelumnya, bahwa usia seseorang berdasar pada usia kronologis dan usia biologik. Usia biologik berdasarkan fungsi organ tubuh yang membuat seseorang di usianya yang sekian tahun nampak sehat dan muda. Walau usia tua tapi fungsi organnya, masih bekerja dengan baik seperti usia muda. Pengukuran usia biologik ini dapat diukur dengan alat Tru Age scanner. Juga dapat dilihat dari performance seseorang; aktif, semangat penuh optimis, spiritual positif, serta hidupnya tidak tergantung dengan obat medis.

Kira-kira begitulah jika kita ingin menggambarkan sosok manusia lanjut usia awet muda disingkat Malsada. Tentu semua orang mengimpikan Malsada.Tidak perlu kuatir, semua orang dapat meraih Malsada, salah satunya dengan puasa.

Inflamasi

Sebelas bulan dalam setahun, saluran cerna bekerja tanpa henti setiap hari dan hasil dari kerja ini akan menghasil nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Namun metabolisme pencernaan juga menghasilkan sampah cukup banyak.

Baca Juga: Demo Jumat di Depan Kedubes AS, Dampak Psikologis, Sosial, dan Politik

Secara faal, hanya 1/3 dari yang kita makan menjadi nutrisi, sisanya adalah zat buangan metabolik. Ini produk domestik yang menumpuk dan terakumulasi dan menjadi beban bagi organ tubuh.Ini PR bagi tubuh untuk membersihkannya. Penumpukan zat buangan dari dalam tubuh dan ditambah akumulasi toksin dari lingkungan sekitar akan sangat merusak tubuh.

Karena mereka berperan penting di dalam mempercepat proses degenerasi akibatnya banyak sel yang rusak, sakit lalu mati. Namun tubuh berusaha membersihkan mereka dengan jalan proses inflamasi.

Proses inflamasi adalah proses normal dan penting bagi tubuh. Karena melalui proses ini tubuh berusaha mengeluarkan sel-sel rusak, toksin, dan mikroorganisme. Proses inflamasi merupakan awal dari proses regenerasi. Agar tujuan regenersi tercapai, maka proses inflamasi ini harus berjalan dengan baik, maka ia harus dikendalikan. Sebab bila inflamasi berjalan tidak terkendali dan berlebihan maka akan terjadi pembengkakan kronis dan nyeri.

Jika dibiarkan berlangsung terus-menerus maka akan menyebabkan kerusakan progresif pada jaringan dan organ tubuh. Dari sinilah awal timbulnya penyakit.

Baca Juga: Ketika Umat Islam Mayoritas dalam Kuantitas Tapi Minoritas dalam Kualitas

Oleh sebab itu, dikatakan bahwa dasar dari semua penyakit degeneratif dan penuaan adalah inflamasi kronis. Terdapat Beberapa faktor sebagai proinflamasi misalnya; makanan adiktif, lemak trans, lemak hewan darat, lemak terhidrogenasi (margarin), alkohol dan kondisi emosional atau stres menstimulasi faktor inflamasi. Itulah sebabnya, melalui puasa sebulan tubuh dibantu agar dapat membersihkan dirinya secera efekif dan mengendalikan proses inflamasi ini. Dan faktor antiinflamasi: antioksidan berasal dari buah dan sayur, ikan laut air dingin dan kacang-kacangan.

Selama puasa terjadi penurunan metabolisme 1% setiap hari selama puasa sampai metabolisme stabil ke tingkat 75% normal. Hal ini bertujuan mempertahankan energi adekuat selama puasa. Sumber energi yakni glukosa, asam lemak dan asam amino, yang pertama dipakai sebagai energi adalah glikogen, di mana hati merombaknya menjadi glukosa.

Glukosa terutama diperlukan oleh sel darah merah dan sel otak yang mengomsumsi sekitar 65%. Kira-kira mereka mengomsumsi sekitar 100 sampai 180 gr glukosa per hari. Tetapi cadangan glikogen ini hanya dapat memasok kebutuhan glukosa hanya beberapa jam.

Otot sebetulnya,memiliki cadangan glikogen yang banyak dibanding hati. Namun otot tidak memiliki enzim yang dapat merubah glikogen menjadi glukosa. Maka hati akan merubah cadangan lemak trigliserida dari sel lemak.

Baca Juga: Miris Fantasi Sedarah, Pelanggaran Agama, Sosial, dan Undang-Undang

Setelah cadangan lemak berkurang, maka hati mengubah cadangan asam amino menjadi sumber energi, merubah asam amino menjadi glukosa lewat proses glukoneogenesis. Karena cadangan asam amino hati terbatas, maka cadangan asam amino otot diambil sebagai sumber energi. Selain hati, ginjal juga turut ambil peran menyetabilkan kadar glukosa darah. Dengan jalan korteks ginjal lebih banyak mensintesis glukosa dari asam amino.

Melihat perubahan pola kerja organ-organ tubuh selama puasa. Maka tubuh bekerja seoptimal mungkin dan unsur-unsur yang perberat kerja tubuh akan direduksi agar beban kerja tidak menghambat metabolisme dan menghemat energi. Seperti sel-sel yang sakit akan didaur ulang dengan jalan autofagi dan regenerasi sel.

Sel-sel tubuh itu hebat, berkomunikasi. Sel sehat akan memberi sinyal ke sel sakit tetangganya agar berhenti bertumbuh dan membelah diri, dengan jalan mengaktifkan gen yang memproduksi jalan masuk kecil untuk masuknya molekul pembawa pesan. Jika sel sakit ini membandel, maka sel sehat akan mengirim sinyal-sinyal ke sel autofagi yang dikenal sebagai makrofage yakni salah satu jenis sel darah putih.

Untuk membersihkan sel sakit dan sel rusak. Makrofage ini semakin kuat dan agresif dalam kondusi puasa. Anehnya lagi, proses healing ini hanya butuh energi sedikit, jika dibanding dengan proses mencerna makanan. Proses healing akan berjalan optimal karena radikal bebas ROS = Reactive Oxygen Species, justru menurun saat puasa. Mutasi gen akibat ROs juga menurun. Begitu pula proses inflamasi akan terkendali.

Baca Juga: Deklarasi Jakarta dan Luka Gaza

Prof.Valter Longo, guru besar Gerontology dan Ilmu Biologi di University of California, berpendapat puasa akan menstimulasi sel stem tubuh untuk beregenerasi dan membangun kembali seluruh sistem tubuh. Mekanisme ini akan menyingkirkan bagian-bagian dari sistem yang mungkin rusak atau tua, bagian-bagian yang tidak efisien termasuk akibat toksin dan penuaan.

Jika kerusakan sel ringan, maka organel sel yang disebut lisosom pecah dan mengeluarkan enzim yang akan mencerna bagian sel yang rusak. Hanya sebagian sel yang diambil lalu direparasi hingga fungsi normalnya pulih. Tapi bila kerusakan sel parah, maka seluruh sel dicerna yang dinamakan autolisis lalu sel diregenerasi.

Apabila melibatkan banyak sel yang mati, maka terjadi proses autofagi yang bertujuan menelan sel yang mati untuk dibuang. Autofagi ini erat kaitannya dengan proses inflamasi. Saat proses inflamasi berjalan, terjadi pelepasan berbagai zat kimia yang bertujuan memanggil sel makrofage yakni sel yang kerjanya memakan (autofagi) sel mati lalu membuangnya.

Sekali lagi agar proses inflamasi ini terkendali maka salah satu cara dengan berpuasa. Selain itu, puasa sangat efektif membuang toksin dari cadangan lemak karena toksin yang larut dalam lemak lebih mudah dibuang selama puasa. Perlu diingat bahwa trigliserida umumnya berasal dari karbohidrat. Sebab itu, kelebihan komsumsi karbohidrat akan disimpan sebagai trigliserida.

Baca Juga: Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa, Dua Cahaya dalam Satu Ayat

Dengan alasan ini, agar puasa tetap fit dianjurkan saat sahur mengomsumsi makanan yang seimbang karbohidrat, protein dan asam lemak. Terlebih khusus makanan antiinflamasi. Sesekali diselingi dengan protein hewani seperti telor dan daging, sebaiknya dikomsusmsi sepekan sekali. Demi tercapai keseimbangan makanan proinflamasi dan makanan antiinflamasi: omega 6 dengan omega 3.

Ganti Gorengan dengan Kurma saat Buka Puasa

Jajanan gorengan salah satu menu yang sangat digemari saat buka puasa. Seakan menjadi menu spesial bulan Ramadhan. Apakah ada yang salah jika orang berbuka dengan jajanan gorengan? Gak ada yang salah. Namun sebagai praktisi kesehatan saya menganjurkan hendaknya bijak dalam mengomsumsi gorengan. Sepatutnya, membatasi konsumsi gorengan adalah baik.

Saat anda buka puasa ,saya menganjurkan untuk menukar gorengan dengan kurma, jika tiada kurma, buah juga bagus. Ini adalah langkah yang cerdas. Mengapa? Hal ini terkait dengan peran gen CD 36 yang bekerja menarik asam lemak dari jajanan gorengan tersebut.

Baca Juga: Zionisme: Ideologi Setan Berkedok Tanah Terjanji

Gen CD36 dijumpai pada sel darah merah, sel darah putih, otot, jantung dan pembuluh darah. Tak dapat dibayangkan, jika setiap hari anda buka puasa mengomsumsi gorengan. Apatalagi tepung gorengan sangat menyerap minyak trans. Maka sel dan organ tubuh seperti yang saya sebutkan tersebut yang memiliki CD 36 akan diguyur dengan asam lemak jahat. Kita tahu lemak trans mudah mengalami oksidasi dan itu buruk bagi kesehatan. Karena akan merusak pembuluh darah, jantung, otot, sel darah merah dan sel darah putih.

Kerusakan organ ini berpotensi menimbulkan berbagai penyakit serius hipertensi, jantung, stroke, kelainan darah. Bila otot kebanjiran lemak jahat ini maka akan memicu resistensi insulin. Yaitu otot menolak insulin sehingga menimbulkan diabet.

Bagaimana dengan sel darah merah? Darah menjadi kental dan ini buruk bagi kesehatan. Darah kental menghambat sirkulasi darah,mudah trombosis akibat pecahnya trombosit dan mengeluarkan zat bekuan seperti tromboksan.

Sumbatan pembuluh darah pun kerap terjadi. Akan mengganggu organ di mana pembuluh darah organ tersumbat, aliran darah terhambat seperti pada jantung dan otak. Maka organ tersebut alami defisiensi oksigen dan nutrisi. Sebab fungsi sel darah merah sebagai pengangkut oksigen dan nutrisi terganggu.Bila menimpa sel darah putih, maka sistem imunitas tubuh melemah.

Baca Juga: Masjidil Aqsa, Lambang Kehormatan Umat Islam yang Terluka

Hal ini akan berpotensi menimbulkan sel kanker dan akan percepat penyebaran sel kanker. Karena gen CD 36 menstimulasi angiogenesis yakni pembentukan pembuluh darah baru. Angiogensis sangat dibutuhkan oleh sel kanker untuk berkembang. Kekurangan oksigen dan nutrisi bagi sel saraf otak dapat berdampak pada timbulnya penyakit alzheimer. Akhinya muara dari doyan gorengan adalah orang mudah alami obesitas.

Apakah gen CD 36 ini buruk bagi tubuh? Oh, tidak. Mereka bermanfaat sebagai regulator asam lemak untuk kebutuhan sel-sel tubuh agar memperoleh energi, untuk kebutuhan dinding sel dan fungsi-fungsi hormonal. Namun bila kegemaran anda terhadap lemak trans begitu mengalahkan akal sehat, maka bersiap-siaplah menuai hasil seperti ungkapan tersebut. Moga-moga, permaslahan yang menyeramkan tersebut, tidak terjadi pada diri saya dan anda.

Oleh sebab itu, bijak di dalam mengomsumsi gorengan, terlebih di saat buka puasa. Ganti menu gorengan anda dengan kurma atau buah atau seteguk air hangat. Sunnah Rasul buka puasa dengan kurma. Itulah lebih sehat.
Selain glukosa kurma yang menyehatkan, kurma juga mengandung vitamin B kompleks dan asam folat serta mineral besi Fe. Apa keistemewaan vitamin ini? Perlu kita ketahui bahwa sel tubuh butuh vitamin B kompleks untuk membuat energi.

Saat buka puasa tubuh dipush untuk membuat energi, ketika anda buka puasa dengan kurma maka glukosa dari kurma cepat diubat menjadi energi berkat adanya vitamin B kompleks.

Baca Juga: Membela Palestina pun Bisa Melalui Pameran Foto

Terlebih lagi asam folat sangat dibutuhkan oleh sel syaraf agar otak menjadi lebih terang. Lain halnya zat Fe sebagai bahan pembentuk sel darah merah sangat dibutuhkan oleh tubuh agar sel darah merah sehat dan sirkulasi darah lancar sehingga asupan oksigen dan nutrisi terpenuhi dan regenerasi sel pun berjalan optimal.

Dengan demikian proses ageing dapat dihambat. Itulah sebabnya puasa akan membuat tubuh sehat dan awet muda. Sehat fisik dan spiritual asalkan kita puasa hanya semata karena Allah SWT.

Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang bertakwa. Aamiin YRA. Semoga bermanfaat.

(AK/R01/RS2)

Baca Juga: Kunjungan Transaksional Trump ke Timteng di Tengah Kelaparan Gaza

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Dunia Islam