Tel Aviv, MINA – Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Kamis (26/6) meminta pengadilan untuk menunda kesaksiannya dalam persidangan korupsi yang telah berlangsung lama, setelah Presiden AS Donald Trump meminta agar kasus tersebut dibatalkan.
Langkah Trump untuk mendukung Netanyahu atas kasus tersebut menuai kritik dari beberapa politisi Israel, termasuk anggota koalisi pemimpin Israel dan pemimpin oposisi. The New Arab melaporkan.
Hal itu terjadi beberapa hari setelah Trump dan Netanyahu menyatakan kemenangan atas Iran dalam konflik selama 12 hari, yang menyebabkan Israel membombardir republik Islam itu dan pesawat-pesawat AS juga menjatuhkan rudal-rudal ke instalasi nuklirnya.
Dalam sebuah pengajuan ke pengadilan, pengacara Netanyahu, Amit Hadad, mengatakan kesaksian Netanyahu harus ditunda mengingat “perkembangan regional dan global”.
Baca Juga: Kebakaran Hutan di Dekat Tel Aviv Hancurkan Sejumlah Bangunan
“Pengadilan dengan hormat diminta untuk memerintahkan pembatalan sidang-sidang di mana perdana menteri dijadwalkan untuk bersaksi dalam dua pekan mendatang,” kata pengacara Netanyahu dalam pengajuan tersebut.
Dikatakan dalam pengajuan tersebut bahwa Netanyahu “dipaksa untuk mengabdikan seluruh waktu dan energinya untuk mengelola masalah-masalah nasional, diplomatik, dan keamanan yang paling penting” menyusul konflik dengan Iran dan selama pertempuran yang sedang berlangsung di Gaza tempat para sandera Israel ditawan.
Trump pada Rabu menggambarkan kasus terhadap Netanyahu sebagai “perburuan penyihir”.
Dalam sebuah pesan di platform Truth Social miliknya, Trump mengatakan persidangan Netanyahu “harus DIBATALKAN, SEGERA, atau Pengampunan diberikan kepada Pahlawan Besar”, setelah berakhirnya perang dengan Iran.
Baca Juga: KTT Eropa Serukan Gencatan Senjata Segera di Gaza
Netanyahu pada Kamis berterima kasih kepada Trump atas “dukungannya yang tulus untuk saya dan dukungan Anda yang luar biasa untuk Israel dan orang-orang Yahudi”.
“Saya berharap dapat terus bekerja sama dengan Anda untuk mengalahkan musuh bersama kita, membebaskan para sandera kita, dan dengan cepat memperluas lingkaran perdamaian,” tulis Netanyahu di X, sambil membagikan salinan unggahan Truth Social milik Trump.
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengatakan dalam sebuah wawancara dengan situs berita Ynet: “Kami berterima kasih kepada Presiden Trump, tetapi… presiden tidak boleh ikut campur dalam persidangan di negara yang independen.”
Perdana menteri Israel yang menjabat paling lama, Netanyahu, telah membantah melakukan kesalahan dalam persidangan tersebut, yang telah ditunda berkali-kali sejak dimulai pada Mei 2020.
Baca Juga: Banjir Besar di China Barat Daya, 80.000 Orang Mengungsi
Dalam kasus pertama, Netanyahu dan istrinya, Sara, dituduh menerima barang-barang mewah senilai lebih dari $260.000 seperti cerutu, perhiasan, dan sampanye dari para miliarder dengan imbalan bantuan politik.
Dalam dua kasus lainnya, Netanyahu dituduh berupaya menegosiasikan liputan yang lebih menguntungkan di dua media Israel.
Selama masa jabatannya saat ini sejak akhir 2022, pemerintah Netanyahu telah mengusulkan serangkaian reformasi peradilan yang luas, yang menurut para kritikus dirancang untuk melemahkan pengadilan.
Netanyahu telah meminta beberapa penundaan dalam persidangan, yang terakhir dengan alasan perang yang sedang berlangsung di Gaza sejak April 2023, kemudian di Lebanon dan awal bulan ini di Iran. []
Baca Juga: UNODC: 27.000 Warga Afghanistan Terlibat Penggunaan Narkoba
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran Buka Kembali Sebagian Wilayah Udaranya setelah Gencatan Senjata