Madaya, Suriah, 28 Rabi’ul Awwal 1437/8 Januari 2016 (MINA) – Sejak Oktober tahun lalu, pasukan Suriah mengepung total Kota Madaya di dekat perbatasan dengan Lebanon membuat upaya penyaluran bantuan praktis terhenti. Kondisi ini menyebabkan sekitar 20.000 penduduk di kota tersebut menghadapi kekurangan kebutuhan dasar sehingga hidup mereka terancam.
Tercatat sebanyak 23 pasien di fasilitas kesehatan yang didukung Medecins Sans Frontieres/Dokter Lintas Batas (MSF) telah meninggal dunia karena kelaparan sejak 1 Desember 2015.
Dalam keterangan MSF yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat (8/1), lembaga kemanusiaan ini mendesak agar pengiriman obat-obatan yang menyelamatkan nyawa segera diprioritaskan. MSF meminta agar pasien-pasien diizinkan untuk dievakuasi ke tempat-tempat aman untuk dirawat.
Dari 23 orang yang tewas, 6 orang berusia di bawah satu tahun, 5 orang berusia di atas 60 tahun, dan 12 orang lainnya berusia di antara 5 sampai 60 tahun, yang terdiri dari 18 laki-laki dan 5 perempuan.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
Data itu menujukkan situasi saat ini mempengaruhi semua kelompok usia dan jenis kelamin. Hal ini sangat mengkhawatirkan bagi para pasien yang saat ini masih berada dalam perawatan, dan bagi 20.000 penduduk yang hanya punya sedikit bahan makanan dalam beberapa bulan terakhir.
“Ini adalah contoh konsekuensi nyata dari diterapkannya pengepungan sebagai strategi militer,” ujar Brice de le Vingne, Direktur Operasional MSF.
“Kini setelah pengepungan diperketat, dokter-dokter yang kami bantu hanya punya laci-laci farmasi yang kosong, sementara jumlah pasien yang kelaparan dan sakit meningkat. Petugas medis memberi makan anak-anak dengan gizi buruk dengan obat sirup karena itu satu-satunya sumber gula dan energi,” tambahnya.
Menurut MSF, satu-satunya jalan untuk menghentikan situasi yang katastrofis ini adalah dengan mengirim pasokan makanan, segera mengevakuasi pasien sakit, dan menambang pasokan obat-obatan.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
Situasi di Madaya adalah contoh ekstrem pengepungan di banyak wilayah di Suriah yang diterapkan oleh kedua pihak, baik pemerintah Suriah maupun kelompok oposisi bersenjata. MSF sangat khawatir situasi yang serupa akan terjadi di zona-zona terkepung lainnya.
“Madaya kini bagaikan penjara terbuka bagi 20.000 orang, termasuk bayi, anak-anal, dan orang tua. Tidak ada jalan masuk maupun keluar, orang-orang dibiarkan tewas,” ujar Brice de le Vingne.
“Petugas medis yang kami bantu melaporkan cedera dan kematian akibat luka-luka peluru dan ranjau darat yang dialami orang-orang yang berusaha meninggalkan Kota Madaya,” imbuhnya.
Kondisi yang sangat putus asa ini sudah sangat akut. Pada 6 Januari 2016 terjadi kekacauan saat orang-orang berebut makanan yang tersisa di titik distribusi makanan yang dibantu MSF, yang sedianya untuk mereka yang paling rentan.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
MSF juga mengkhawatirkan kondisi staf medis yang dibantu. Mereka bekerja di bawah kondisi yang sangat buruk. Kebutuhan medis setempat sudah sangat tinggi dan kini keadaan diperparah oleh masalah kurang makanan dan gizi.
“Suhu udara di bawah 0 derajat di wilayah pegunungan ini meningkatkan penderitaan, khususnya untuk pasien-pasien sakit yang sulit untuk pulih karena udara sangat dingin. Bahan bakar untuk pemanasan harus disertakan dalam bantuan kemanusiaan, karena orang-orang yang berusaha mengumpulkan bahan bakar berisiko ditembak atau terkena ranjau darat,” tegasnya.
MSF mendesak evakuasi medis segera untuk para pasien sakit menuju tempat yang aman untuk perawatan. Selain itu akses segera dan tanpa halangan untuk mendapatkan pasokan medis bagi penduduk sipil di Madaya harus menjadi prioritas.
“Akses ini harus tetap dipertahankan, karena distribusi makanan hanya satu kali tidak akan menyelesaikan masalah dalam beberapa bulan ke depan,” tandasnya. (P022/P4)
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)