Oleh: Bahron Ansori, Jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Sekitar 8.000 migran asal Suriah, Irak dan Afghanistan akhirnya menginjakkan kakinya di Jerman, Ahad (6/9). Menurut kepala pemerintahan di Upper Bavaria, Christoph Hillenbrand, sekitar 6.000 migran tiba di Munich dan 2.000 orang lagi di kota lainnya dari perbatasan Austria. Sebagian besar migran itu datang melalui kereta. Di Frankfurt para migran itu diberi akomodasi sementara, makanan juga air. Bahkan, sukarelawan dari Austria terus bergerak membantu para imigran dalam hal makanan dan pasokan medis.
Mengapa imigran yang notabene umat Islam di atas harus mengungsi ke Frankfurt dan Austria? Apakah sudah tidak ada lagi di negara Islam Timur Tengah yang bisa menampung para imigran tersebut? Lalu di mana kepedulian, rasa kasih sayang dan persaudaraan para pemimpin negara Muslim di negara Timur Tengah? Bukankah sebagaimana diketahui banyak kalangan, Timur Tengah adalah negara tempat banyak orang belajar agama Islam? Tapi mengapa para Muslim di Timur Tengah justeru sebaliknya, tidak mencerminkan sebagai orang-orang yang beragama?
Sangat disayangkan, para pemimpin Arab Timur Tengah masih bangga dengan berbagai atribut kemegahannya masing-masing dan tidak punya kepedulian kepada negara sesama Timur Tengah yang kini sedang bergolak. Jika benar para pemimpin di negeri Timur Tengah itu peduli dengan situasi kaum Muslimin, maka sudah tentu masalah-masalah seperti yang terjadi di Suriah, Irak, Afghanistan dan negara-negara Muslim lainnya bisa diatasi.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Tapi kenyataan tidak demikian. Hari ini lebih banyak pemimpin Timur Tengah yang bicara soal Islam tapi nihil dari aplikasi. Contoh nyata adalah ‘membiarkan’ para imigran dari negara Timur Tengah untuk mengungsi ke negara Eropa. Allah, membenci orang yang hanya bisa bicara tentang kebenaran tapi jauh dari perwujudannya. Allah berfirman, “Kaburo maqtan ‘indallahi antaqulu maa laa taf’aluun..” “Amatlah besar kemurkaan Allah terhadap orang yang mengatakan apa yang tak ia kerjakan…” (Qs. Ash Shaff / 61 : 2-3)
Banyak pengungsi dari negeri Timur Tengah justeru lebih memilih Eropa menjadi tempat tujuannya. Ini artinya negara-negara di Timur Tengah tidak mau menampung para pengungsi tersebut dengan berbagai alasan seperti takut dianggap menampung para teroris, takut ekonominya jadi kacau dan sejumlah alasan tidak masuk akal lainnya.
Padahal, tidak demikian mestinya kaum Muslim Timur Tengah bersikap. Bagaimana pun, para imigran itu adalah Bangsa Arab yang semestinya harus dibantu dengan menampung serta memberikan santunan selayaknya. Jangan salahkan para imigran jika kelak terjadi hal yang tak diinginkan misalnya mereka sampai pindah agama dari Islam menjadi non Islam. Inilah salah satu dampak jika para imigran Muslim itu diberi keleluasaan oleh negara-negara Eropa yang notabene kebanyakan non Muslim.
Melihat begitu antusiasnya orang-orang Eropa menampung imigran Muslim dari Suriah, Irak dan Afghanistan, semestinya negara-negara Timur Tengah merasa malu karena telah membiarkan saudara-saudaranya untuk mengungsi ke negara lain. Di manakah peran Arab Saudi? Di manakah peran Qatar, Kuwait, Mesir, dan sederet negara-negara Islam Timur Tengah lainnya?
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Tragedi Pilu Muslim Suriah
Apa yang menimpa Aylan Kurdi, bocah berusia tiga tahun, pengungsi asal Suriah yang tewas terdampar di pantai Bodrum, Turki, Rabu (2/9) bukan sekedar pukulan bagi umat Islam di belahan dunia, tapi juga tragedi sadis yang terus berlanjut di negeri Muslim pimpinan Bashar Assad. Bisa jadi, Aylan adalah satu dari ribuan anak yang menjadi korban kekerasan di negeri sendiri akibat konflik internal yang tak kunjung usai.
Jika mau diurai satu per satu, maka hampir seluruh negeri Muslim khususnya di Timur Tengah mengalami musibah yang sama yakni konflik internal yang melahirkan perang saudara berkepanjangan. Lihat bagaimana konflik itu bermula dari tumbangnya beberapa negara Arab seperti Irak, Libya, Afghanistan, Suriah, Mesir, dan Yaman. Konflik itulah yang sering diistilahkan dengan nama Arab Spring.
Arab Spring, sebagaimana diketahui terjadi bukan tanpa sebab, dan bukan rahasia umum di mana terjadi pertikaian di negara-negara Timur Tengah, maka di situ ada andil Amerika Serikat (AS). Irak, dengan berbagai alasan luluh lantak oleh AS yang kini telah lama mendudukinya. Libya, dengan berbagai dalih pun dilumat habis oleh AS. Begitu juga negara-negara Timur Tengah lainnya tak luput dari peran hitam AS.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Solusi
Dari berbagai krisis yang menimpa kaum Muslimin di Timur Tengah, adakah peran PBB untuk menyelesaikan konflik tersebut? Jika benar PBB adalah sebuah organisasi dunia yang salah satu peran dan fungsinya adalah membantu menyelesaikan konflik, maka adakah solusi itu bagi Suriah dan Irak yang ribuan warganya telah menjadi pengunsi? Kesimpulan penulis, PBB hanyalah sebuah lembaga besar dunia yang kehadirannya hanya menjadi formalitas saja. Atau sebaliknya, PBB justeru dijadikan alat bagi AS untuk memuluskan langkahnya dalam ‘mencampuri’ urusan dalam negeri suatu negara.
Sebagai umat Islam, maka tak ada solusi terbaik kecuali harus kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah secara totalitas, bukan kembali dan mencari solusi dari para pemimpin negara Timur Tengah. Apa yang bisa diharapkan dari para pemimpin negara-negara Timur Tengah. Terbukti, tak ada satu pun konflik yang terjadi di Timur Tengah mampu di atasi oleh para pemimpin di Timur Tengah tersebut. Sebaliknya, bukan solusi yang akan didapat melainkan ketidakpedulian. Begitulah fakta sebenarnya yang terjadi di Timur Tengah.
Karena itu, kata kunci untuk menyelamatkan krisis yang menimpa Timur Tengah tak ada lain kecuali bersatu padu dalam satu ikatan hidup berjama’ah dengan dipimpin oleh seorang Imaam atau Khalifah. Itulah sistem peradaban yang telah diamalkan oleh Rasulullah Shallallah ‘Alaihi Wasallam bersama para sahabatnya.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Allah Ta’ala sendiri telah memerintahkan kepada umat kesayangan Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam ini agar hidup di bawah satu kepemimpian seorang Khalifah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu jadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk.” (Qs. Ali Imran: 103).
Semoga umat Islam di belahan bumi ini terutama di Timur Tengah bisa kembali mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan sebenar-benarnya sehingga akan terwujud Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.(R02/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat