Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Din Syamsuddin dan Tan Sri Lee Kim Yew Padukan Nilai Islam dan Tionghoa dalam World Peace Forum ke 9

Ansaf Muarif Gunawan Editor : Rudi Hendrik - 54 detik yang lalu

54 detik yang lalu

0 Views

Prof. Din Syamsuddin dan Tan Sri Lee Kim Yew bersalaman seusai penandatanganan kerja sama CDCC–Cheng Hoo Trust dalam rangkaian World Peace Forum 2025 di Jakarta.

Jakarta, MINA – Din Syamsuddin dan Tan Sri Lee Kim Yew memadukan nilai Wasathiyat Islam dan filosofi Tionghoa dalam World Peace Forum (WPF) ke-9 di Jakarta. Keduanya menyerukan agar dunia kembali ke konsep jalan tengah sebagai solusi atas ekstremitas global dan krisis kemanusiaan yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Acara yang diselenggarakan oleh Center for Dialogue and Cooperation Among Civilizations (CDCC) bersama Cheng Hoo Multicultural Education Trust Malaysia, Global Forum of Wasathiyat Islam, dan Muhammadiyah itu dibuka dengan pesan moral dari Ketua CDCC sekaligus Chairman Global Fulcrum of Wasathiyat Islam, Prof. M. Din Syamsuddin.

Ia menegaskan, dunia saat ini berada dalam situasi tidak stabil akibat ekstremitas sekularisme dan liberalisasi yang berlebihan.

“Karena adanya sikap ekstrem, sistem dunia telah jatuh dalam ekstremitas yang berakar pada humanisme sekuler, yang membuka jalan bagi liberalisasi dalam politik, ekonomi, dan budaya. Karena itu, kami percaya bahwa jalan tengah dari Islam maupun agama-agama lain adalah solusi,” ujar Din dalam sambutannya di Galeri Nasional, Jakarta, Ahad (9/11).

Baca Juga: Maqdisy Heroes Long March, Tumbuhkan Literasi Baitul Maqdis Sejak Dini

Din menyebut Tan Sri Lee Kim Yew sebagai saudara tua sekaligus mitra perjuangan lintas peradaban. Ia menilai Lee sebagai sosok dengan gagasan besar dan aksi nyata dalam mempromosikan perdamaian.

Sementara itu, Tan Sri Lee menegaskan bahwa pendirian Cheng Hoo Multicultural Education Trust dua dekade lalu dilakukan untuk mendukung gagasan Prof. Din dalam memperjuangkan perdamaian dunia. “Semua pemangku kepentingan harus menempatkan isu perdamaian lebih penting daripada isu ekonomi,” tegasnya.

Ia menjelaskan filosofi kata “Tionghoa” yang menurutnya selaras dengan ajaran Wasathiyat Islam.

“Kata ‘Tiong’ berarti jalan tengah dan ‘Hua’ berarti kemakmuran,” ujarnya.

Baca Juga: Presiden Prabowo Lantik Arif Satria sebagai Kepala BRIN

World Peace Forum ke-9 mengangkat tema “Considering Wasathiyat Islam and Tionghoa for Global Collaboration”, menegaskan kolaborasi nilai Islam dan Tionghoa sebagai landasan membangun perdamaian global berbasis harmoni dan keseimbangan. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Dubes Negara Sahabat Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan Bilateral dengan Indonesia

Rekomendasi untuk Anda