Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Din Syamsuddin: Krisis Lingkungan Hidup adalah Krisis Moral

sri astuti - Jumat, 13 Desember 2019 - 15:17 WIB

Jumat, 13 Desember 2019 - 15:17 WIB

2 Views

New York, MINA – Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam kesempatan Multi-Religious Partnership for Peace and Development, yang diselenggarakan oleh Religions for Peace (RfP) pada 11-12 Desember 2019 di New York mengatakan, sejatinya Krisis lingkungan hidup merupakan krisis moral.

“Memang banyak faktor picu terhadap terjadinya krisis lingkungan hidup, dari wawasan dan gaya hidup manusia modern hingga kebijakan negara dan kekerasan pemodal (capital violence), namun yg tidak bisa diingkari adalah pandangan moral manusia terhadap alam yang keliru,” ujarnya.

Din mengatakan, banyak manusia modern, yang menjabat sebagai Ketua Pengarah Siaga Bumi (Indonesia Bergerak Selamatkan Bumi), memandang alam lebih sebagai obyek dari pada subyek. Akibatnya, terhadap alam manusia lebih tampil sebagai perusak ketimbang pengembang.

Menurut Din padahal Islam sendiri mengajarkan agar manusia memuliakan alam sebagai ciptaan tuhan

Baca Juga: Meriahkan BSP, LDF Al-Kautsar Unimal Gelar Diskusi Global Leadership

Multi-Religious Partnership for Peace and Development merupakan kelanjutan World Assembly dari RfP di Lindau, Jerman, Agustus 2019 lalu. Pertemuan itu membahas isu-isu pencegahan dan transformasi konflik, solusi kerusakan lingkungan hidup serta pengembangan kolaborasi lintas agama.

Pertemuan dihadiri sekitar 250 tokoh berbagai agama dan pegiat perdamaian dunia dari berbagai negara.

Pada 2014 Din Syamsuddin bersama para tokoh lintas agama yg bergabung dalam Inter Religious Council/ IRC Indonesia mengambil prakarsa pembentukan Indonesia Bergerak Selamatkan Bumi (Siaga Bumi), yg merupakan kolaborasi umat berbagai agama untuk pemuliaan lingkungan hidup. Siaga Bumi sejak tiga tahun terakhir mengupayakan adanya eco-rumah ibadah, baik eco masjid, eco gereja, eco pura, eco vihara, dan eco klenteng. (R/Ast/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Enam Relawan UAR Korwil NTT Lulus Pelatihan Water Rescue

Rekomendasi untuk Anda