Jakarta, MINA – Kerusakan dunia yang bersifat akumulatif hingga mengakibatkan ketidakteraturan (disorder) dan ketidakpastian (uncertainty) masa depan, harus segera ditanggulangi bersama.
Hal itu disampaikan Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Din Syamsuddin, saat tampil sebagai moderator pada Konferensi Internasional Komunitas Sant’ Egidio tentang Tekad Menciptakan Perdamaian (The Audacity of Peace), di Berlin, Selasa (12/9).
Konperensi dihadiri 500 peserta dari tokoh berbagai agama, ilmuwan, dan aktifis perdamaian dari berbagai negara. Dari Indonesia, selain Din Syamsuddin, juga hadir Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, dan Direktur The Wahid Institute Yenni Zannuba Wahid, yang masing-masing tampil pada sesi berbeda.
Menurut Din Syamsuddin, sejak berakhirnya Perang Dingin dunia tidak baik-baik saja. Terjadi seratus lebih konflik bersenjata di berbagai belahan dunia, baik atas dasar komunalisme, etnik-kebangsaan, keagamaan, perjuangan memerdekakan diri, maupun atas dasar kepentingan ekonomi dan politik.
Baca Juga: AWG Gelar Webinar Menulis tentang Baitul Maqdis
Maka katanya, umat berbagai agama harus bersatu padu bahu membahu mengatasi ketiadaan perdamaian. Dalam kaitan ini, lanjut Ketua Poros Dunia Wasatiyyat Islam, dialog antar umat berbagai agama harus ditingkatkan.
“Namun, dialog itu memerlukan paradigma baru, yaitu dialog berasaskan kejernihan, keterbukaan, keterus terangan, dan untuk memecahkan masalah. diperlukan kolaborasi semua pihak, termasuk penentu kebijakan, ilmuwan, dan aktifis sosial,” kata Din juga Ketua Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations/CDCC ini,
Direktur The Wahid Institute, Yenni Zannuba Wahid mengatakan, tentang pengalaman Indonesia dalam mengembangkan koeksistensi dan toleransi di antara pemeluk berbagai agama.
“Dengan cara bangsa Indonesia yang majemuk atas dasar agama, suku, bahasa dan budaya dapat hidup secara damai mewujudkan cita-cita bersama,” imbuhnya.
Baca Juga: 30 WNI dari Suriah Kembali Dievakuasi ke Indonesia
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti mengatakan, hidup bersama di alam kemajemukan memerlukan seni, dan seni itu dapat menyelamatkan manusia di tengah dunia yang porak poranda.
Konferensi Tahunan Komunitas Sant’ Egidio ini sangat bergengsi, selain dihadiri oleh ratusan tokoh agama dunia, juga menampilkan tema menarik dan relevan dengan situasi peradaban manusia masa kini. (R/R4/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Banjir di Makasar Rendam Rumah Dinas Gubernur dan Kapolda