Jakarta, 12 Sya’ban 1437/19 Mei 2016 (MINA) – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin mengatakan umat Islam belum bisa mengambil manfaat dari era demokrasi Indonesia malahan aspirasinya nampak terpinggirkan sebagai warga mayoritas bangsa.
“Umat Islam diibaratkan seperti pendorong mobil mogok, namun begitu mobil jalan dia ditinggalkan,” kata Din Rapat Pleno VIII Dewan Pertimbangan MUI dengan tema “umat Islam dan masalah kepempinanan Bangsa dan Negara”, di kantor MUI Pusat, Jakarta, Rabu (18/5) siang.
Din yang sebelumnya menjadi Ketua Umum MUI dan Ketua Umum PP Muhammadiyah mengingatkan, demokrasi Indonesia terkini yang cenderung mengarah liberal.
Oleh karena itu ia meminta siapapun agar tidak sekadar memanfaatkan suara umat Islam saja, selanjutnya tidak dipedulikan aspirasinya di kemudian hari.
Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan
Saat kampanye umat Islam dirayu mendukung calon atau partai tertentu tetapi begitu yang bersangkutan ada di kursi kekuasaan melupakan janji-janjinya terhadap umat.
Kelemahan ummat : tak menguasai media dan ekonomi
Sementara itu, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva mengatakan umat Islam saat ini tidak menguasai media dan ekonomi nasional.
Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama
Sebab itu, umat sangat kesulitan untuk berjaya di pentas politik baik figur maupun partainya.
“Politik sekarang cenderung tumbuh secara pragmatis dan dipengaruhi dua kekuatan besar, yaitu ekonomi dan media. Di dua sisi itu umat tidak mempunyai kekuatan yang cukup,” jelas Zoelva.
Setelah calon atau partai bersangkutan melenggang, umat Islam dilupakan dan kebijakan untuk umat tersingkir atau kalah dengan kepentingan pemodal yang memiliki ekonomi dan media. Ini masalah besar,” katanya.
Dia mengharapkan umat Islam segera bangkit dari keterpurukan untuk memperkuat diri, terutama di bidang ekonomi dan media, “Gerakan ekonomi sangat penting sehingga dalam pertarungan politik di era demokrasi yang bebas ini bisa menang”.
Baca Juga: Konflik Suriah, Presidium AWG: Jangan Buru-Buru Berpihak
“Kemampuan ekonomi dan modal ini sangat penting dalam persaingan pemilu yang cenderung melakukan praktik pertarungan bebas,” katanya. (L/P002/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Krisis Suriah, Rifa Berliana: Al-Julani tidak Bicarakan Palestina