Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dinamika Hidup Berjama’ah di Era Modern

Bahron Ansori Editor : Ali Farkhan Tsani - 19 detik yang lalu

19 detik yang lalu

0 Views

Jama'ah dan tantangannya di era digital (foto: ig)

DALAM Islam, hidup berjama’ah adalah bagian tak terpisahkan dari ajaran syariat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang memisahkan diri dari jama’ah sejengkal saja, maka sungguh ia telah mencabut tali Islam dari lehernya.” (HR. Ahmad). Ini menunjukkan pentingnya kebersamaan dalam kehidupan umat Islam, baik dalam aspek ibadah, sosial, maupun perjuangan dakwah.

Secara ilmiah, manusia adalah makhluk sosial (homo socius) yang tidak bisa hidup sendiri. Islam menyempurnakan naluri sosial ini dengan konsep ukhuwah dan jama’ah. Dalam berjama’ah, seseorang akan mendapat dukungan emosional, moral, dan spiritual yang sangat dibutuhkan di tengah tantangan hidup modern.

Era modern membawa pengaruh besar terhadap cara pandang manusia, termasuk umat Islam. Individualisme yang ditanamkan oleh ideologi sekuler dan liberal menjauhkan umat dari semangat berjama’ah. Prinsip “hidup untuk diri sendiri” kerap kali bertentangan dengan semangat kolektivitas dalam Islam.

Perkembangan teknologi informasi menghadirkan dua sisi: bisa memperkuat ikatan jama’ah melalui komunikasi cepat dan efektif, tetapi juga bisa melemahkannya dengan menggantikan interaksi nyata menjadi interaksi semu. Media sosial, misalnya, bisa mempererat ukhuwah jika digunakan bijak, namun bisa menjadi sumber fitnah dan perpecahan bila disalahgunakan.

Baca Juga: Zionis Israel, Bangsa Tanpa Akar, Hidup dari Rampasan

Hidup berjama’ah memungkinkan adanya pembinaan ruhiyah, ilmiyah, dan amal dakwah secara berkesinambungan. Dalam jama’ah, seseorang akan terbiasa dengan ta’lim, tarbiyah, dan amal jama’i yang membentuk kepribadian Islami yang kuat. Hal ini penting untuk menjaga stabilitas keimanan di tengah gempuran modernitas.

Peran Jama’ah dalam Mengawal Syariat Islam

Berjama’ah juga menjadi sarana penegakan syariat dalam skala sosial. Di tengah arus sekularisme, jama’ah dapat menjadi benteng pertahanan nilai-nilai Islam melalui pembentukan komunitas Islami, pendidikan, dan pelayanan sosial berbasis syariah. Sebagaimana disebut dalam Surat Ali Imran:104, Allah menyeru adanya sekelompok umat yang menyeru kepada kebaikan.

Dalam berjama’ah, ketaatan kepada pemimpin (imam) menjadi salah satu rukun penting. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat An-Nisa: 59, “Taatilah Allah, Rasul, dan ulil amri di antara kalian.” Dalam konteks jama’ah, kepemimpinan adalah struktur yang mengatur arah gerakan, menjaga ketertiban, dan memecahkan masalah secara kolektif.

Baca Juga: Zionis Israel, Laknat Abadi dalam Sejarah Kemanusiaan

Salah satu dinamika yang sering muncul dalam hidup berjama’ah adalah lemahnya komitmen sebagian umatnya terhadap agenda dan disiplin jama’ah. Ini menjadi tantangan tersendiri yang perlu diatasi dengan pembinaan dan pendekatan ruhiyah agar umatnya tidak hanya hadir secara fisik tapi juga hadir secara ruh dan visi perjuangan.

Jama’ah yang sehat bukanlah jama’ah tanpa perbedaan, melainkan jama’ah yang mampu mengelola perbedaan dengan hikmah. Perbedaan pendapat adalah sunnatullah, namun dalam jama’ah, setiap perbedaan harus dikelola dengan musyawarah dan adab, sebagaimana dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam syura Madinah.

Dalam era digital, godaan popularitas sangat besar. Tak jarang dalam jama’ah muncul konflik karena ambisi pribadi yang ingin menjadi tokoh atau pemimpin. Syariat Islam menekankan bahwa jabatan adalah amanah, bukan kehormatan. Maka jama’ah harus menanamkan niat lillahi ta’ala dalam setiap bentuk pengabdian.

Peran Jama’ah dalam Membangun Kemandirian Umat

Baca Juga: Kewajiban Memuliakan, Melindungi dan Mempertahankan Masjid Al-Aqsa

Jama’ah berperan strategis dalam membangun kemandirian ekonomi dan sosial umat. Berbagai lembaga seperti koperasi syariah, BMT, pendidikan Islam, dan lembaga kesehatan Islami adalah contoh konkrit bagaimana jama’ah bisa menjadi solusi alternatif di tengah sistem kapitalistik modern yang tidak adil.

Tantangan besar dalam hidup berjama’ah di era modern adalah menjaga kesinambungan generasi. Regenerasi dan kaderisasi yang sistematis sangat dibutuhkan agar nilai-nilai dan visi perjuangan tidak berhenti di satu generasi. Surat Al-Kahfi:13 menegaskan pentingnya pemuda yang beriman dan memiliki kekuatan idealisme.

Ujian dunia seperti kemiskinan, godaan duniawi, dan fitnah digital sering menjadi pemicu keretakan ukhuwah dalam jama’ah. Oleh karena itu, ruh ukhuwah harus terus diperkuat melalui liqa’, halaqah, dan aktivitas kebersamaan lainnya yang membangun rasa saling percaya dan empati di antara anggota.

Hidup dalam jama’ah harus diiringi dengan proses tazkiyatun nafs (penyucian jiwa). Tanpa tazkiyah, seseorang bisa saja menjadi sumber konflik karena keangkuhan, iri hati, atau dendam. Maka setiap anggota jama’ah dituntut untuk terus memperbaiki niat, menjaga hati, dan menghidupkan dzikir.

Baca Juga: Tanah yang Dirampas, Hak yang Diinjak, Dosa Historis Israel

Hidup berjama’ah di era modern adalah keniscayaan bagi umat Islam yang ingin menjaga keimanan dan berkontribusi dalam perjuangan Islam. Walaupun penuh dinamika, berjama’ah adalah jalan yang membawa keberkahan, kekuatan, dan keselamatan dunia-akhirat jika dijalani dengan niat yang lurus, ilmu yang benar, dan adab yang baik. []

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Cara Allah Menjawab Doa Kaum Muslimin untuk Menghancurkan Zionis Israel

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
MINA Health
MINA Health
MINA Health