Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dinamika Medsos Tantangan Lembaga Pendidikan Agama

Risma Tri Utami - Sabtu, 12 November 2016 - 11:19 WIB

Sabtu, 12 November 2016 - 11:19 WIB

284 Views ㅤ

Pare-pare, 12 Shafar 1438/12 November 2016 (MINA) – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengaku prihatin dengan informasi yang berkembang cepat di media sosial (medsos) dalam beberapa bulan belakangan. Banyak ujaran kebencian yang tersebar demikian masif hingga bisa mengubah pola hubungan antar sesama warga bangsa.

“Saban detik kita disuguhi berita-berita negatif yang beredar melalui medsos tanpa terkendali. Sumbernya darimana tidak jelas. Berseliweran memenuhi ruang kesadaran kita,” kata Menag pada acara Silaturrahim bersama civitas akademika STAIN Pare-Pare, Sulawesi Selatan, Jum’at (11/11).

Hal ini, menurut Menag dalam keterangan pers Kemenag yang dikutip MINA, akan menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan, terutama pendidikan tinggi keagamaan (PTK). Peran PTK semakin penting seiring dengan menguatnya kecenderungan cara beragama masyarakat yang instan.

“Itu tantangan bagi lembaga pendidikan seperti STAIN yang konsen di bidang agama,” papar Menag sembari menambahkan pentingnya agama diajarkan secara benar.

Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun

Menurutnya, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat harus dimanfaatkan secara bijak hingga tidak sampai menyebabkan agama kehilangan rasa cinta.

Medsos telah menggantikan pola hubungan antara anak dan orang tua. Guru dan murid. Bahkan santri kepada kyai. Sopan santun yang dulu diajarkan orang tua pada anak kini hilang dari dalam keluarga. Kehangatan cinta kasih antar anggota keluarga tergantikan kehadiran gadget di tangan masing-masing,” jelasnya.

Dihadapan civitas akademika STAIN Pare-Pare, Menteri Kabinet Indonesia Bersatu ini menekankan agar STAIN dapat menjaga dan meningkatkan kualitas pembelajarannya. Sebagai lembaga pendidikan agama dan keagamaan, STAIN dituntut dapat menumbuhkan ruhul mudarris dalam pembelajaran, yaitu rasa cinta pada ilmu dan anak didik.

“Ini yang semakin hilang dari para pendidik. Kehilangan rasa cinta. Dihadapkan pada kompetisi dan persaingan hidup, nilai-nilai edukasi bisa luntur. Padahal dalam salah satu adagium menyebutkan, ruhul mudarris ahammu minal mudarris (spirit dan jiwa pendidik lebih penting dibanding pendidik itu sendiri),” tuturnya.

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Menteri Agama didampingi Dirjen Pendidikan Islam, Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Ketua STAIN Pare-Pare, serta pejabat Kementerian Agama dan Pemda Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. (T/ima/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia

Rekomendasi untuk Anda