Berlin, 13 Jumadil Awwal 1437 /21 Februari 2016 (MINA) – Udi Aloni, warga Israel, sutradara film ‘Junction 48’, pemenang penghargaan film kategori fiksi terbaik Festival Film Berlin, mengkritik Jerman yang akan menjual kapal selam ke Tel Aviv karena menganggap Israel adalah fasis.
Udi yang adalah putera Shulamit Aloni, mantan Menteri Pendidikan dan politisi sayap kiri Israel, memberikan komentar itu di Berlin, ibukota Jerman, sesaat setelah menerima penghargaan pada acara penyerahan hadiah dan penghargaan festival.
“Langkah Kanselir Jerman Angela Merkel adalah salah jika sampai menjual kapal selam ke Israel,” katanya, The Jerusalem Post, Sabtu (20/2) waktu setempat melaporkan.
“Israel adalah sebuah negara di mana mereka merasa dirinya bisa berbicara dengan bebas, sementara dalam ke nyatannya non-Yahudi dilarang berbicara dengan bebas,” ujarnya.
Baca Juga: Tim MER-C Lakukan Disaster Triage di Gaza Utara
Aloni memberi contoh, kasus Mohammad al-Qiq, wartawan Palestina yang telah melakukan mogok makan selama hampir tiga bulan, sebagai protes atas penahanan administratif tanpa persidangan sama sekali.
Sementara Mahkamah Agung Israel mendukung posisi pemerintah bahwa Qiq terlibat dalam aksi-aksi atas nama gerakan Islam Hamas, yang mereka cap sebagai teroris.
“Merkel tidak menyebutkan pendudukan dan dia menjual ke kapal selam kepada Netanyahu, sehingga Netanyahu dapat melanjutkan hal-hal ini,” ujarnya.
Ketika ditanya tentang filmnya yang mendapat penghargaan, ia mengatakan bahwa karakter utama, Tamar, dalam film itu adalah pria luar biasa yang dibesarkan di Lod, wilayah pendudukan Israel, dan dia berbicara tentang bagaimana Israel adalah teroris.
Baca Juga: Gubernur Sinai: Rafah Akan Segera Dibuka Kedua Arahnya
Aloni meraih pemenang kategori untuk film fiksi terbaik. Film Israel lainnya yang mendapat penghargaan adalah ‘Who’s Gonna Love Me Now?’ karya Tomer dan Barak Heymann peraih kategori documentasi panorama terbaik.
‘Junction 48’ bercerita tentang Tamar, seorang bintang rap Arab-Israel dan kekasihnya yang tinggal di Lod, kota Yahudi-Arab campuran di pinggiran Tel Aviv.
Padahal film yang hampir seluruh dialognya dalam bahasa Arab itu, diproduksi dengan dana dari Pemerintah Israel melalui Kementerian Kebudayaan.
Pada Channel 10, Aloni mengatakan bahwa pernyataannya yang ditujukan pada pemerintah Israel, adalah pengakuan “cinta” kepada negaranya.
Baca Juga: Hamas: Palestina Harus Bersatu untuk Pertahankan Tepi Barat
“Tidak seperti Netanyahu, yang menyebar kebencian, film ini menyebar cinta,” ujarnya..
Sensor Dana
Pernyataan Aloni ini pasti akan membuat upaya Menteri Kebudayaan Miri Regev menolak dana negara untuk lembaga dan badan yang dianggap “subversif.”
Bulan lalu, Menteri Kebudayaan Regev menerima Proposal “Loyalitas dalam Budaya” menekankan bahwa ia tidak berniat untuk bertindak sebagai sensor atau mengecam lembaga kebudayaan apapun.
Baca Juga: Hamas Lepas Delapan Sandera, 110 Tahanan Palestina Bebas dari Penjara Israel
“Kebebasan berekspresi adalah bagian dari Israel dan saya tidak punya niat untuk merugikan ini. Namun negara tidak akan mendanai lembaga kebudayaan apapun yang merongrong,” katanya.
“Kita semua menghormati prinsip-prinsip demokrasi, dan Israel menjadi negara Yahudi dan demokratis. Saya tidak akan membiarkan subversi terhadap negara, terutama ketika itu didanai pemerintah,” tambahnya. (T/P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Sebanyak 43 Jenazah Ditemukan di Gaza dalam 24 Jam Terakhir