Bogor, MINA – Guru Raudlatul Athfal (RA) harus pandai membaca karakter anak.
“Jika salah baca, guru RA tidak akan mampu mengoptimalkan karakter anak sejak dini,” demikian Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kemenag, Suyitno, dalam arahan pada Workshop Pengembangan Etika dan Karakter GTK RA di Bogor, Selasa (22/5).
“Jangan sampai bibit unggul salah dididik. Kalo tidak mau menjadi bibit yang gagal, karakter anak jangan dibonsai,” tegasnya.
Dikutip dari rilis Kemenag, menurut Suyitno, guru RA harus melakukan pendekatan pada anak untuk mengetahui dan memetakan varian karakter mereka. Sehingga, pengajarannya pun akan berbeda pada setiap anak.
Baca Juga: Indonesia-Kanada Perkuat Kerja Sama Beasiswa di Universitas McGill
“Tiap anak memiliki karakter berbeda, guru tidak bisa memaksa minat seorang anak,” ujar Suyitno.
Ia berpesan, selain menjadikan anak didik berkarakter, guru RA terlebih dahulu memiliki karakter.
“Tidak mungkin menjadikan anak berkarakter, jika gurunya tidak memiliki karakter,” pungkasnya.
Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, 21-23 Mei 2018, diikuti 50 perwakilan GTK RA seluruh Indonesia. (R/R05/P1)
Baca Juga: Pesantren Shuffah Al-Jamaah Tasikmalaya Jalin Kerja Sama dengan UIN Syarif Hidayatullah
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Rancang Baterai Kendaraan Listrik, Tim Peneliti UIN Ar-Raniry Raih Dana Hibah 5 Miliar