Jakarta, 25 Dzulhijjah 1437/27 September 2016 (MINA) – Hari ‘Soul’ Putra, Direktur Pendidikan dan Pelatihan Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) mengatakan bahwa kesuksesan dalam mengembangkan perekonomian itu ada dua faktor, yakni iman yang kuat dan strategi yang matang.
“Banyak orang memiliki keimanan yang luar biasa, tapi hidupnya susah, sengsara, itu karena mereka tidak memiliki strategi yang matang. Begitu juga sebaliknya, memiliki strategi yang matang tetapi tidak memiliki keimanan yang kuat, maka tidak akan bisa menggapai kesuksesan,” kata Hari di saat berkunjung ke kantor berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency) di Jakarta, Selasa (27/9) sore.
Motivator keuangan Islam Indonesia itu mengatakan, jika makanan dan minuman yang masuk ke dalam perut berasal dari barang haram atau diperoleh dengan cara yang tidak benar seperti mencuri, menipu, merampok, dan korupsi, maka ia akan menjadi energi negatif yang pada akhirnya menarik seseorang untuk cenderung kepada perbuatan-perbuatan buruk bahkan terjerumus maksiat.
“Bagaimana kita akan mengembangkan perekonomian yang baik jika dilakukan dengan cara yang tidak baik, mengambil riba misalnya. Ini harus diseimbangkan,” kata Ketua Umum Asosiasi Konsultan Keuangan Syariah Indonesia (AKKSI) itu.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Dengan adanya sinergi antara iman yang kuat dan strategi yang matang, Hari mengatakan bahwa seseorang tidak akan mencari jalan yang tidak benar dalam mencari rizki. Menurut dia, rezeki yang baik dan halal akan menjadi darah dan daging yang melahirkan energi positif serta memudahkan langkah seseorang melakukan amal-amal baik dan mulia.
“Ketika anak-anak kita diberi makanan dan rezeki dari sumber yang halal, maka mereka akan mudah dibimbing dengan akhlak mulia. Mereka juga akan mudah melangkah kepada kebaikan-kebaikan sehingga impian mendapat anak yang shalih akan terwujud,” jelasnya.
Selain menjelaskan tetang dua faktor kesuksesan, Managing Director WealthFlow 19 Technology itu juga mengungkapkan kondisi perekonomian seseorang dapat dilihat dari prilakunya. Menurut dia, prilaku seseorang yang selalu menghabiskan pendapatannya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat adalah prilaku kemiskinan.
“Kaya miskinnya seseorang bukan diukur dari berapa banyak pendapatan mereka, tetapi prilakunya. Ada orang yang memiliki pendapatan banyak, namun pengeluarannya lebih banyak dari pendapatannya, ini contoh prilaku kemiskinan. Sementara ada pula orang yang memiliki pendapatan yang tidak begitu banyak, namun kemudian ia mengubahnya menjadi sebuah aset, maka inilah prilaku kekayaan,” papar Hari.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Di akhir penyampaiannya, Hari mengatakan bahwa jika seseorang ingin hidup sejahtera, maka ia harus berpikir bagaimana memaksimalkan pendapatannya untuk kebutuhan. (L/P011/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon