Bengkulu, 12 Sya’ban 1437/20 Mei 2016 (MINA) – Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI), Amin Haedari mengatakan, arus globasliasi yang semakin cepat, kemajuan informasi dan teknologi (IT) yang semakin tinggi, menjadi tantangan tersendiri yang sangat luar biasa bagi anak-anak kita.
“Persoalan-persoalan hubungan multikulutural merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihalang-halangi. Namun yang terpenting, kita harus mampu menjaga agar bagaimana akidah anak didik kita tidak luntur atau tergerus oleh dampak globalisasi yang mendera tersebut,” katanya.
Hal itu disampaikan Amin saat mengawali sambutan dan arahannya pada acara pembukaan kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru PAI pada Sekolah yang diselenggarakan oleh Subdit PAI pada SMP di The Madeline Hotel, Bengkulu, yang berlangsung dari tanggal 19-21 Mei 2016. Demikian keterangan pers yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Di era globalisasi dan kemajuan IT yang semakin pesat menjadi tantangan tersendiri bagi anak-anak kita. Secara realitas sosial, kita tidak bisa hidup/bergaul dalam satu akidah tertentu. Terpenting adalah menjaga akidah,” tegasnya.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Dalam kesempatan ini, amin menyitir pernyataan Umar Ibn Khattab yang intinya pesan memberikan bekal pengetahuan terhadap anak-anak dalam menghadapi arus globalisasi dan IT yang akan banyak tantangannya. “Didiklah anak-anakmu dengan pola pendidikan yang berbeda dengan pola pendidikan yang kalian dapatkan. Karena sesungguhnya mereka itu dilahirkan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu”, ujarnya.
Guru agama menurut Amin adalah guru yang bisa memberikan etalase, percontohan bagi guru-guru yang lain. Dan persoalan yang dihadapi guru agama pun sangat kompleks dari guru-guru yang lain. Begitu juga tanggung jawabnya.
“Kekuatan guru agama luar biasa, berbeda dengan guru Matematika, misalnya Guru Agama, di samping menangani murid di sekolah, juga menangani persoalan di masyarakatnya. Oleh karena itu, kompetensi guru agama juga harus luar biasa”, tuturnya.
Kaitannya dengan kompetensi guru agama, Amin mengandaikan kompetensi guru agama berada pada level ketiga, yaitu pada level imajinatif. Yang mampu memikirkan jauh ke depan, yang abstrak sekalipun.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Menurut Amin, pendidikan dibagi menjadi tiga level, yaitu reproduksi, analitik, dan imajinatif. Level ketiga inilah yang dianggapnya sebagai level tertinggi dalam pendidikan, yang mampu berpikir visioner jauh ke depan. “Itulah yang ingin kita capai dalam tiga hari ke depan, guru-guru agama meningkat pada level imajinatif,” pungkasnya. (T/ima/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September