DIREKTUR PERBATASAN: ISRAEL TIDAK IZINKAN BBM MASUK GAZA

generator pusat gaza

Foto: PIC
Foto: PIC

, 8 Rabi’ul Awwal 1436/30 Desember 2014 (MINA) –Direktur pintu perbatasan Karim Abu Salim, Munir Algholban menegaskan, pemerintahan Israel belum mengizinkan bahan bakar masuk ke sampai hari ini, padahal itu digunakan  untuk operasional pusat di Gaza.

Al-gholban menjelaskan kepada media bahwa pemerintahan Israel hari ini (Senin) menjanjikan memberi izin agar 50 ribu liter solar dan 250 ribu ton gas masuk ke jalur Gaza.

Ahad kemarin, generator pusat listrik di gaza berhenti bekerja karena tidak ada pasokan bahan bakar yang cukup, oleh karena itu, listrik di Gaza haya beroprerasi selama 6 jam saja dalam sehari.

Kementerian Kesehatan Palestina juga menyatakan kondisi usai serangan zionis Israel selama 51 hari di Gaza mengakibatkan pula krisis listrik. Ribuan pasien rumah sakit terancam kesehatannya dan para petugas medis tidak bisa memberikan layanan di sejumlah rumah sakit.

Akibatnya, layanan kamar operasi dan laboratorium terhenti, puluhan anak-anak yang mengalami gangguan pertumbuhan kesehatan tidak bisa mendapatkan layanan inkubator. Para pasien gagal ginjal juga termasuk mereka yang akan tidak mendapatkan layanan cuci darah disebabkan krisis listrik ini.

Bahkan, mobil ambulans terpaksa tidak beroperasi akibat minimnya persediaan bahan bakar minyak (BBM). Kondisi  darurat di sejumlah sektor medis akan semakin bertambah, jika krisis listrik terus berkelanjutan disebabkan larangan impor bahan bakar ke sejumlah rumah sakit, dan tidak beroperasinya pembangkit listrik Gaza karena dibombardir militer Israel.

Masalah lainnya, setelah generator listrik dapat beroperasi, pasokan listrik dilakukan secara bergilir. “Tapi itupun kalau Israel membolehkan pasokan bahan bakar secara berkala, bahkan yang sering terjadi keputusan sepihak Israel selalu berubah-ubah setiap pekan.

Untuk menanggulangi masalah ini, ada juga yang menggunakan Uninterruptible Power Supply (UPS), namun membutuhkan dana yang cukup besar, satu UPS seharga 500 dolar AS.
Tidak hanya itu, Ada juga upaya lain, menggunakan pembangkit listrik tenaga surya, namun pemakainya terbatas pada rumah sakit, dan sekolah sekolah.

Selain masalah pasokan yang sulit dan harga yang mahal, hal senada disampaikan Muslim yang bekerja di Palestinian Cultural Organization,

“Saat ini, musim dingin dan warga sangat membutuhkan pasokan listrik, apalagi setelah serangan Israel ke Gaza beberapa bulan lalu, banyak warga yang kehilangan rumah dan terpaksa hidup di tenda-tenda seadanya,” terang Muslim yang kini bermukim di Malaysia.

Bagi warga Gaza, ini tentu bukan perkara mudah, apalagi perbatasan Rafah sampai detik ini belum, ada kejelasan kapan akan dibuka kembali.

“Harus ada solusi, meskipun kecil, seperti Gerakan 60 Menit Tanpa Lampu sebagai solidaritas untuk Gaza, saya rasa penting untuk dilakukan,” pungkas Muslim.(L/K03/R03)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0