Jakarta, 6 Muharram 1436/19 Oktober 2015 (MINA) – Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin menegaskan, Hari Santri menjadi milik umat Islam Indonesia secara keseluruhan.
Kamarudin menyebutkan, para tokoh pendahulu seperti Cokroamitono (SI), KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), KH Hasyim Asy’ari (NU), KH A Hasan (Persis), KH A Soorkati (al-Irsyad), KH Mas Abd Rahman (Matlaul Anwar) dan para tokoh Islam lainnya adalah maha santri.
“Jika kita membaca dengan seksama sejarah perjuangan para tokoh di atas, beliau-beliau ini merupakan para maha santri, tokoh-tokoh Islam yang berdarah merah putih. Mereka mempunyai komitmen keislaman dan keindonesiaan yang sangat kuat,” kata Kamaruddin saat Konferensi Pers Pencanangan Hari Santri Nasional di Gedung Kemenag Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (19/10).
Kamarudin mengatakan, definisi santri dapat dinisbatkan kepada mereka para santri yang mempunyai dua komitmen di atas.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Rencananya penetapan Hari Santri akan dilakukan pada 22 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta dan direncanakan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.
Menurutnya, para santri diinspirasi dan diselimuti nilai-nilai Islam di satu sisi dan semangat serta kesadaran penuh tentang kebangsaan Indonesia yang majemuk di sisi lain.
“Karenanya, santri tidak ekslusif dan tertbukti kepada komunitas tertentu,” katanya.
Ia menegaskan, santri adalah mereka yang dalam tubuhnya mengalir darah merah putih dan tarikan nafasnya terpancar kalimat laa ilaha illa llah. Karenanya, penetapan Hari Santri sangat relevan dalam konteks Indonesia modern yang plural.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Ia menyebutkan, penetapan Hari Santri pada 22 Oktober esok, memiliki justifikasi historis yang kokoh dimana Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad yang mewajibkan Umat Islam untuk berjihad melawan penjajah. (T/P010/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain