Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diskusi Film Ghosh Fleet, Kasus Perdagangan Manusia Terbanyak di Industri Perikanan

Widi Kusnadi - Rabu, 7 Agustus 2019 - 20:49 WIB

Rabu, 7 Agustus 2019 - 20:49 WIB

7 Views

Jakarta, MINA – Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Indonesia pada Rabu (7/8) menyelenggarakan diskusi dan pemutaran film dokumenter berjudul Ghosh Fleet yang menceritakan perdagangan manusia di industri perikanan (human trafficking).

Perwakilan lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia, Programe Support Assistant International Organization for Migration (IOM), Shafira Ayunindya dalam diskusi itu mengungkapkan, kasus perdagangan manusia terbanyak, terjadi di industri perikanan.

“Di Indonesia, kami memberikan bantuan kepada lebih dari sembilan ribu korban perdagangan manusia, 2600 di antaranya adalah dari industri perikanan. Mereka adalah para anak buah kapal (ABK),” katanya dalam diskusi itu.

Sementara itu, diplomat bagian politik (political officer) kedutaan AS, Fausto DeGuzman juga menjelaskan, setiap tahunnya Kedutaan Negeri Paman Sam itu menyampaikan laporan rutin termasuk tentang kasus-kasus perdagangan manusia di berbagai negara.

Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman

Wartawan senior, Erwin Purba mengapresiasi film dokumenter tersebut. Ia mengatakan salah satu tugas jurnalisme adalah mengungkap fakta-fakta sosial sebagai pembelajaran bagi masyarakat.

Film Ghost Fleet merupakan sebuah karya dokumenter hasil karya jurnalisme investigasi, bercerita tentang kisah seorang aktivis Thailand bernama Patima Tungpuchayakul yang berhasil menyelamatkan ribuan orang korban perbudakan di industri perikanan di perusahaan-perusahaan Thailand. Negeri itu sendiri merupakan pemasok terbesar ikan di AS.

Sudut pandang yang diambil adalah seorang mantan budak yang mencoba menapak tilas perjalanannya, mulai saat dia dijual hingga akhirnya melarikan diri.

Film ini diangkat dari kisah nyata dan disutradarai oleh Shannon Service dan Jeffrey Waldron. Dari film ini, penonton akan belajar tentang inspirasi kehidupan dari orang-orang yang mengalami perbudakan selama bertahun-tahun. (L/P2/R06)

Baca Juga: Pembukaan Silaknas ICMI, Prof Arif Satria: Kita Berfokus pada Ketahanan Pangan

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Indonesia
Internasional
Indonesia