Banda Aceh, MINA – Juru Bicara Sekretariat Bersama (Sekber) Jokowi Aceh Muhammad MTA menganggap terlalu berlebihan tema diskusi yang digelar Political Club dan Komunitas Tatapan “Dampak Pemilu Terhadap Keberlanjutan Pembangunan di Aceh”.
“Kekalahan Jokowi di Aceh berpotensi besar terganggunya pembangunan di Aceh, anggapan seperti ini salah,” kata Muhammad MTA, Jum’at (26/4).
Kekalahan Jokowi di Aceh dinilai memalukan bagi tim sukses, tak terkecuali di kalangan Sekber itu sendiri.
“Secara pribadi merasa malu merayakan kemenangan Jokowi secara nasional, karena saya termasuk tim sukses di Aceh, teman-teman lain di Aceh juga harus malu merayakan kemenangan tersebut,” harapnya.
Baca Juga: ICMI Punya Ruang Bentuk Kader-kader Indonesia Emas 2045
Seperti yang tertera dilaman websait pemilu2019.kpu.go.id pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin hanya mampu mengantongi 16.88 persen suara, sementara pasangan Prabowo dan Sandi justru jauh unggul yakni 83.12 persen.
Dalam diskusi itu, Muazzinah Yacob akademisi sosial politik Universitas Islam Negri Ar-raniry Banda Aceh mengaku tidak heran dengan fenomena politik Aceh yang seperti itu.
“Secara politik, Aceh selalu memiliki pandangan yang berbeda dengan nasional. Seperti pemilu pertama di tahun 1955, secara Nasional Partai Nasional Indonesia (PNI) menang, sementara di Aceh justru Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi yang meraup suara dominan,” ungkapnya.
Tahun 1999 secara Nasional PDI memenangkan pemilu secara nasional, namun di Aceh justru partai Golkar meraup suara terbanyak, tahun 2004 dan 2009 Demokrat menang di Aceh karena beranggapan SBY punya jasa terhadap perdamaian di Aceh, sementara 2014 dan sekarang justru Aceh kembali berbeda.
Baca Juga: Antisipasi Kerawanan Pangan, Wamendes PDT Wacanakan Satu Provinsi Satu Desa ICMI
“Dari sejarah saja kita bisa lihat, bahwa Aceh selalu berbeda dengan nasional dalam hal politik,” kata Muazzinah.
Namun ia berpendapat, kekalahan Jokowi di Aceh dalam pilpres tahun ini, tidak akan berpengaruh terhadap pembangunan di Aceh, karena Jokowi adalah Presiden Indonesia, bukan presiden daerah di mana ia menjadi pemenang saja, dan Aceh adalah bagian dari Indonesia.
Tujuh dari 125 Proyek Strategis Nasional ada di Aceh, diantaranya ada empat jalan tol di Aceh yakni Tol Banda Aceh – Sigli, Sigli – Lhokseumawe, Lhokseumawe – Langsa, Langsa – Binjai.
Kemudian empat waduk besar di Keureuto Paya Bakong Aceh Utara; Rukoh Pidie; Tiro Pidie; dan waduk Paya Guci.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berawan Sabtu Ini, Sebagian Hujan Ringan
Pembicara lainnya dalam diskusi, Jurnalis senior di Aceh, Yarmen Dinamika, melihat saat ini pembangunan jalan tol Aceh sudah berjalan denggan baik, namun berbeda dengan waduk yang dinilai masih stagnan, belum menunjukkan kemajuan dari segi pembangunan.
Dikhawatirkan proyek nasional ini bisa saja di batalkan mengingat pemerintah daerah tidak sanggup menangani proyek-proyek tersebut, “Ada 80 kapling tanah di Paya Bakong Aceh Utara belum di bebaskan, padahal proyek itu diharapkan Jokowi menjadi proyek pertama di Aceh paska dirinya terpilih di priode pertama lalu, namun hingga saat ini masih stagnan,” jelas Yarmen.
Dalam wawancara ekslusif program Mata Najwa bersama jokowi yang dipublikasikan tanggal 24 April 2019 di akun YouTube, Najwa Shihab menegaskan, pembangunan yang dilakukan pemerintahan Jokowi tidak hanya berpusat di Jawa sebagai lumbung suara terbesar untuk dirinya saat ini, meskipun hasil elektoral di luar Jawa tidak terlalu menguntungkan untuknya.
“ Kita tidak berbicara membangun daerah untuk mendapat suara, bangun karena infrastruktur di daerah tersebut kurang, kalau ada pengaruh elektoral itu hal lain,” sebut Jokowi. (L/AP/P1 )
Baca Juga: Jelang Libur Nataru, Terminal Bekasi Berlakukan Ram Check Bus
Mi’raj News Agency (MINA)