Bandung, 26 Jumadil Awwal 1436/17 Maret 2015 (MINA) – Gerakan Civic Islam mengarah pada pembentukan nilai-nilai kehidupan berupa kemandirian dan hak-hak kewargaan. Perwujudannya antara lain adalah memungut sampah, tenggang rasa, mandiri, dan mengawasi saudara-saudara kita yang tengah menjabat.
Dalam hal ini, generasi muda Bandung memiliki nilai-nilai kehidupan tersebut. Demikian disampaikan Budhiana Kartawijaya, Kepala Pusat Data dan Riset Pikiran Rakyat dan Ketua Badan Pengkajian dan Penerbitan YPM Salman ITB, ketika menjadi pembicara Civic Islam di Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA) beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Budhiana juga menyampaikan, anak muda di Ibu Kota Asia-Afrika ini mencari spiritualitas di perkotaan bukan dalam bentuk formal, seperti datang ke rumah ibadah.
“Mereka justru mencari nilai-nilai spiritual di jalanan dengan cara berbagi dengan orang yang tidak mampu,” tutur Budhiana sebagaimana siaran pers yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa (17/3).
Baca Juga: Menag Bertolak ke Saudi Bahas Operasional Haji 1446 H
Sikap anak-anak muda ini sejalan dengan nilai-nilai spiritual. Budhiana menyebutkan lima komitmen yang merupakan pengejawantahan nilai spiritual tersebut, yaitu: komitmen terhadap keadilan sosial, komitmen untuk membangun potensi diri, komitmen untuk membangun hubungan, komitmen terhadap lingkungan hidup, serta komitmen terhadap keagamaan dan Tuhan.
Dalam presentasinya selama 30 menit tersebut, Pemimpin Redaksi Pikiran Rakyat 2010-2013 itu memperlihatkan beberapa aktivitas yang merupakan pengejawantahan nilai-nilai spiritual tersebut di Bandung.
Salah satunya adalah Gerakan Berbagi Nasi yang diinisiasi oleh Agus Bargol. Juga ada gerakan membersihkan Sungai Cikapundung, Gandeng-Tangan, Ngetik Keroyokan, Komunitas Taman Kota, Indonesia Berkebun, Indonesia Bercerita, dan Diet Kantong Plastik.
Tidak hanya ranah sosial dan ekonomi. Budhiana juga memperlihatkan aksi anak-anak muda dalam bidang politik. Salah satunya adalah melalui situs KawalPemilu.org, KawalAPBD, dan PemimpinID.
Baca Juga: Polisi Amankan Uang Rp150 M dari Kasus Judol
“Gerakan perlawanan ini masuk kategori spiritualitas,” tandas Budhiana. “Orientasi mereka adalah value, bukan goal,” lanjutnya.
Dalam konteks Islam formal, Budhiana melihat tantangan Islam di Indonesia pada masa yang akan datang adalah hadir di agenda-agenda publik.
Dia menyayangkan organisasi Islam formal yang tidak hadir ketika terjadi konflik di area hutan Babakan Siliwangi. Padahal, mempertahankan kualitas lingkungan termasuk tugas keagamaan.
“Itu (mempertahankan lingkungan) adalah bagian dari Civic Islam juga,” ungkap pria kelahiran Desember 1964 ini.
Baca Juga: Polisi Tangkap Satu DPO Kasus Judol, Uang Rp5 M Diamankan
Diskusi untuk menyambut 60 tahun KAA ini turut menghadirkan AE Priyono, ketua LP3ES sebagai pembicara. (T/R05/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Syubban Fatayat Masjid At-Taqwa Cibubur Gelar Program Youth Camp di Purwakarta