Hebron, MINA – Aktivis Palestina terkemuka Suleiman Al-Hathalin, 75 tahun, tewas, Senin (17/1), karena luka serius yang dideritanya akibat sebuah truk derek polisi Israel menabraknya pada 5 Januari lalu, ketika mengadakan perlawanan pada polisi pendudukan.
Hathalin menerima perawatan untuk luka serius yang dideritanya di kepala, dada, perut dan panggul di rumah sakit Al-Mizan di Hebron di Tepi Barat, di mana dia dinyatakan meninggal dunia pada Senin (17/1), demikian Middle East Eye melaporkan.
Aktivis dan pemimpin komunitas itu berasal dari Masafer Yatta, sebuah dusun Palestina di South Hebron Hills.
Pada hari kejadian, Polisi Pendudukan Israel tiba di desa Umm Al-Khair di Masafer Yatta untuk menyita kendaraan yang tidak terdaftar dan diduga dicuri.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Penduduk setempat mencoba menghentikan truk derek, lalu polisi Israel menembakkan peluru tajam dan gas air mata untuk membubarkan massa.
Fouad Al-Hmour, seorang aktivis dengan komite perlawanan populer di Masafer Yatta, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa Suleiman “berdiri di sisi jalan ketika truk derek tiba-tiba membelok dari jalan dan melaju lurus ke arahnya”.
Al- Hmour mengatakan, truk derek itu milik perusahaan swasta dan dioperasikan oleh seorang warga sipil pendudukan Israel, yang oleh penduduk desa diakui sebagai pemukim Israel dari daerah tersebut. Truk derek dan polisi dengan cepat melarikan diri dari tempat itu setelah kejadian.
Hathalin, yang dikenal secara lokal sebagai Haji Suleiman, adalah ikon, aktivis anti-pendudukan dari Hebron, yang terus-menerus memimpin demonstrasi menentang pendudukan.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Keluarganya berasal dari daerah Arad di selatan Tepi Barat. Dia telah tinggal di Umm Al-Khair sejak tahun 1965, ketika dia membeli sebidang tanah di sana.
Sejak pendirian pemukiman Israel Carmel di bagian Umm al-Khair pada tahun 1980, Hathalin telah memimpin protes terhadap perluasannya, yang mengancam pemindahan penduduk desa.
Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina mengecam “eksekusi kriminal Hathalin”, dengan mengatakan pihaknya akan membawa kasusnya ke Pengadilan Kriminal Internasional dan badan-badan PBB terkait.
“Ini adalah episode lain dari serangkaian eksekusi lapangan yang dilakukan oleh pasukan pendudukan yang mengikuti arahan pimpinan politik dan militer pendudukan ini,” kata kementerian itu.
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian
Gerakan Hamas juga mengatakan, Syeikh, icon perlawanan rakyat meninggal setelah perjalanan panjang ketabahan di tanahnya, menghadapi pendudukan dengan tongkat penyangga, dalam situasi nasional yang akan diingat oleh sejarah perlawanan dengan tinta cahaya, dan jalannya akan membimbing generasi muda dalam menghadapi pendudukan.
“Pasukan pendudukan telah dengan sengaja menyerang dan membalaskan Haji Al-Hathalin, dalam upaya putus asa untuk menetralisir peran dan pengaruhnya dalam perlawanan, tetapi kami menjamin bahwa darah Al-Hathaleen tidak akan sia-sia, dan itu akan menjadi bahan bakar yang meningkatkan kekuatan perlawanan rakyat di pihak kita yang bangga,” kata Hamas. (T/R6/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza