Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Doa dan Spiritualitas sebagai Terapi Mental

Bahron Ansori Editor : Rudi Hendrik - 49 detik yang lalu

49 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

DALAM kehidupan modern yang serba cepat, tekanan mental menjadi tantangan yang sulit dihindari. Banyak orang merasa cemas, stres, bahkan mengalami depresi akibat tuntutan pekerjaan, persoalan keluarga, atau krisis pribadi. Di tengah berbagai solusi medis dan psikologis, doa dan spiritualitas muncul sebagai alternatif terapi mental yang tidak hanya menenangkan jiwa, tetapi juga memperkuat daya tahan batin.

Doa, dalam berbagai tradisi keagamaan, adalah bentuk komunikasi dengan Sang Pencipta. Ia bukan sekadar rangkaian kata-kata, tetapi ungkapan hati yang paling dalam. Ketika seseorang berdoa, ia sedang membuka diri kepada kekuatan yang lebih besar, menyerahkan beban, dan mengharap pertolongan. Proses ini secara ilmiah telah terbukti membantu menurunkan tingkat stres dan meningkatkan ketenangan batin.

Spiritualitas, lebih luas dari sekadar aktivitas keagamaan, adalah kesadaran bahwa hidup ini memiliki makna yang lebih tinggi. Dengan mengembangkan spiritualitas, seseorang tidak lagi merasa sendirian menghadapi masalah. Ada rasa keterhubungan dengan sesuatu yang lebih agung, yang mampu memberikan penghiburan dan harapan, terutama di saat-saat sulit.

Penelitian psikologi modern menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki praktik spiritual yang konsisten, seperti berdoa, bermeditasi, atau merenungkan makna hidup, cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Mereka lebih mampu mengelola kecemasan, mengatasi trauma, dan mempertahankan sikap positif meski menghadapi kesulitan.

Baca Juga: Empati dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental

Salah satu alasan mengapa doa efektif sebagai terapi mental adalah karena ia mengalihkan fokus dari masalah yang membebani pikiran. Dalam doa, seseorang diajak untuk melihat masalah dari perspektif yang lebih luas, memohon bimbingan, dan menyerahkan hasilnya kepada kehendak Tuhan. Ini memberikan ruang bagi pikiran untuk beristirahat dan melepaskan kekhawatiran berlebih.

Selain itu, doa dan spiritualitas juga mengajarkan sikap pasrah yang aktif. Bukan berarti menyerah tanpa usaha, tetapi menerima kenyataan dengan hati lapang sambil tetap berikhtiar. Sikap ini mengurangi beban mental karena menghindari tekanan untuk mengontrol segala sesuatu yang sebenarnya di luar kendali manusia.

Dalam Islam, misalnya, doa disebut sebagai mukhul ‘ibadah (inti dari ibadah). Rasulullah SAW bersabda, “Doa itu adalah otaknya ibadah.” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa berdoa bukan hanya aktivitas pelengkap, tetapi fondasi utama hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. Dengan berdoa, seseorang membangun ketergantungan yang sehat kepada Allah, bukan kepada kekuatan duniawi yang rapuh.

Di sisi lain, spiritualitas tanpa fanatisme membuka ruang untuk mengembangkan empati, kasih sayang, dan rasa syukur. Seseorang yang spiritual cenderung lebih mudah bersyukur atas hal-hal kecil dalam hidupnya, dan rasa syukur ini berdampak besar dalam meningkatkan suasana hati serta mengurangi depresi.

Baca Juga: Stres dan Hati Buruk, Penyebab Sakit Lambung

Namun, untuk menjadikan doa dan spiritualitas sebagai terapi mental yang efektif, konsistensi adalah kunci. Seperti halnya terapi fisik yang memerlukan latihan rutin, terapi mental melalui doa juga membutuhkan waktu, ketulusan, dan pengulangan. Tidak cukup berdoa sekali saat susah, lalu melupakan hubungan spiritual itu saat keadaan membaik.

Membangun rutinitas spiritual yang sehat bisa dimulai dengan langkah-langkah sederhana. Misalnya, meluangkan waktu lima menit setiap pagi untuk berdoa dan merenung, atau menuliskan jurnal syukur setiap malam. Langkah-langkah kecil ini akan memperkuat ketenangan jiwa dan meningkatkan ketangguhan mental secara bertahap.

Tentu saja, doa bukan pengganti bantuan medis profesional bila memang dibutuhkan. Tetapi, doa dan spiritualitas bisa menjadi pelengkap yang sangat kuat dalam perjalanan penyembuhan mental. Banyak pasien yang menggabungkan pendekatan medis dengan pendekatan spiritual, dan mendapatkan hasil yang lebih optimal.

Kita juga perlu menyadari bahwa dalam doa, terdapat energi harapan yang sangat kuat. Harapan inilah yang sering kali menjadi bahan bakar untuk bertahan dalam masa-masa sulit. Dengan berdoa, seseorang menghidupkan kembali harapan itu, membiarkannya tumbuh, dan perlahan-lahan membangun kembali dirinya dari dalam.

Baca Juga: Manfaat Kopi untuk Kesehatan Tubuh

Akhirnya, doa dan spiritualitas bukan hanya jalan untuk mencari ketenangan pribadi, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat rasa kemanusiaan kita. Dengan hati yang lebih damai, seseorang akan lebih mampu menghadirkan kedamaian di lingkungan sekitarnya. Inilah keajaiban sejati dari terapi mental melalui doa: ia tidak berhenti di diri sendiri, tetapi mengalir menjadi berkah bagi dunia.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kecemasan Berlebih, Dampak dan Solusinya

Rekomendasi untuk Anda