Doa +Tadarru’ vs COVID-19 (Oleh: Prof. Dr. Abdurrahman Haqqi)

Oleh: Asoc. Prof. Dr. Abdurrahman Haqqi, Dosen di Universiti Islam Sultan Sharif  Ali (UNISA) Brunei Darussalam asal Bogor Indonesia

Dalam selepas salat Witir kita ada membaca Allahumma taqabbal minna….wa tadarru’ana wa dua’ana.. meminta agar Allah SWT menerima tadarru’ dan doa kita. Adakah perbedaan antara doa dan tadarru’?

Doa adalah permohonan kepada Allah SWT untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya atau menolak perkara yang tidak diinginkan.

Manakala sikap tadarru’ dan khusyu’ dalam menghadapkan diri kepada Allah yang disertai kerendahan hati dan beria-ia merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedang mengharapkan tercapainya sesuatu yang dimohonkan.

Jadi doa adalah bendanya manakala tadarru’ adalah sifatnya. Ada orang berdoa tapi tidak ada rasa tadarru’. Oleh itu kita baca dalam al-Quran yang artinya: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut.” (Surah al-Araf: 55)

Di pihak lain , tahulah kita semua apa dan siapa dia karena ‘beliau’ sedang terkenal hari ini dengan keganasannya yang luar biasa dari jangkauan kita. Semoga Allah memelihara kita darinya.

Tadarru’ dalam bahasa Arab berasal dari kata dara’ yang ada hubung kaitnya dengan susu. Ini kerena ia berasal dari seekor anak kambing yang menyusu dari ambing ibunya. Ketika anak kambing menyusu maka dia akan benar-benar menumpukan kepada ambing dan di bawah naungan si ibu serta berulang-ulang kali dia lakukan sampai merasa kenyang seakan-akan dia tidak akan hidup tanpa mendapatkan susu ibunya itu. Dengan bayangan itu maka di situlah ada makna tadarru’.

Dengan tadarru’ dapat menambah kemantapan jiwa, sehingga doa kepada Allah akan senantiasa dipanjatkan, baik dalam keadaan senang ataupun dalam keadaan susah, dalam penderitaan ataupun dalam kebahagiaan, dalam kesulitan ataupun dalam kelapangan.

Al-Quran juga memberikan penjelasan bahwa orang-orang yang taat melakukan ibadah senantiasa mengadakan pendekatan kepada Allah dengan memanjatkan doa yang disertai keikhlasan hati yang mendalam. Sebuah doa akan cepat dikabulkan apabila disertai keikhlasan hati dan berulangkali dipanjatkan.

Doa ada dua jenis iaitu doa masalah (دعاء المسألة) atau doa permintaan dan doa ibadah (دعاء العبادة).

Yang pertama disebut maknanya seseorang berdoa kepada Allah SWT dengan ucapan lisannya, meminta kepada-Nya agar mendapatkan kebaikan yang dia inginkan atau agar terhindar dari suatu keburukan (bahaya). Inilah pengertian doa yang banyak dipahami oleh kita.

Dan yang kedua disebut adalah semua jenis ibadah yang kita lakukan pada hakikatnya adalah doa. Dalilnya, kalau kita bertanya kepada seseorang yang beribadah kepada Allah SWT, “Apa tujuanmu mendirikan salat, berpuasa, menunaikan zakat, dan menunaikan hak-hak Allah SWT?”

Niscaya orang beriman akan menjawab, “Aku bermaksud dengan ibadah tersebut agar mendapatkan reda Allah SWT, meraih pahala, selamat atau terbebas dari hukuman-Nya.” Sehingga pada hakikatnya, seseorang yang beribadah kepada Allah SWT juga sedang meminta kepada-Nya, iaitu meminta agar ibadah tersebut diterima, mendapatkan pahala, dan agar diampuni dosa-dosanya, meskipun dia tidak mengucapkan permintaan tersebut dengan lisannya.

Allah SWT mengingatkan Nabi-Nya dalam sebuah ayat yang artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”. (Surah al-A’raf: 205)

Dan sudah sepatutnya kita melaksanakan perintah di atas dengan tadarru’ agar kita, keluarga kita, dan seluruh manusia sejagat dihindar dari wabah COVID-19 yang sedang beraksi hari ini. Amin.

Wallahu a’lam.

Semoga bermanfaat.

(AK/B04/R1-P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.