Doa yang Belum Dikabulkan

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA

Seringkali kita berdoa, seringkali pula kita pernah merasa itu belum dikabulkan Allah alias masih menunggu atau di-pending.

Gerangan apakah sebabnya? Apakah doa kita yang kurang tepat, kurang sesuai? Padahal Allah Maha Kaya Raya dan sudah berjanji pasti akan mengabulkan setiap doa hamba-Nya. Seperti di dalam firman-Nya:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ‌ۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ‌ۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِى وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِى لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ (١٨٦)

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka [jawablah], bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi [segala perintah] Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS Al-Baqarah [2]: 186).

Pada ayat lain Allah juga telah berjanji:

وَقَالَ رَبُّڪُمُ ٱدۡعُونِىٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ…..

Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…..”. (QS Mu’min [40]: 60).

Tidak diperkenankannya doa kita bukan berarti Allah menolak atau enggan menerima permintaan hamba-Nya. Namun Allah adalah Tuhan Semesta Alam yang Maha Mengetahui akan kondisi hamba-Nya. Kapan dan bilamana Allah mengabulkan permohonan si hamba.

Terkabulnya doa adalah mutlak kehendak-Nya, bukan kemauan kita. Itu kata kuncinya.

Jadi, yang diperlukan hanyalah sabar sebentar, pun pasti akan diberi.

Hanya tentu seperti juga sebuah proposal yang kita ajukan, tentu bisa saja langsung diterima oleh Pimpinan kita, bisa pula diterima dengan perbaikan, atau ditunda menunggu angaran ada.

Mari kita mencoba menghitung, barangkali proposal permohonan yang kita ajukan kepada Sang Maha Kuasa masih ada kekurangannya, hingga kita pun harus menyempurnakannya.

Pertama, kekurangan kita dalam memohon dengan sepenuh hati. Kita masih kurang serius, seperti ngambang, kurang tulus dan seolah-olah perlu nggak perlu. Kita masih kurang pengharapan kepada Allah, masih mengharap juga dari selain-Nya. Kepasrahan kita masih belum 100 persen, bahkan separohnya saja tidak ada.

Kedua, kita masih berbuat dosa dan maksiat yang jelas-jelas itulah penghambat utama dan penghalang naiknya permintaan kita ke langit ‘arsy.

Ketiga, kurang mengikuti alur prosedur yang harus ditempuh untuk terkabulnya doa. Seperti mengawali dengan istighfar, shalawat, kalimat puji-pujian tasbih, tahmid, takbir, tahlil, asmaaul husna, dsb.

Termasuk prosedur waktu terbaik untuk memohon, seperti di antara adzan dan iqamah yang biasanya kita ngobrol, di antara dua khutbah yang biasanya kita suka mengantuk, seusai shalat fardhu yang biasanya kita langsung bangkit ngejar kesibukan lain, atau pada ini hari di sepertiga malam yang akhir yang biasanya kita tertidur nyenyak.

Itupun sebenarnya Allah masih saja mengabulkan permintaan kita, banyak atau yang tampaknya sedikit.

Ya sudahlah, kalau begitu mari kita perbaiki saja tata kelola ibadah dan prosedur berdoa kita. Sambil dengan sabar tetap menanti pengabulan itu.

Jadi, sebenarnya bukan Allah yang mununda atau menggagalkan doa kita. Namun perilaku kita sendirlah yang menyebabkan pengabulan doa itu .

Wallahu a’lam. Astaghfirullaahal ‘adziim. (A/RS2/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.