Washington, 12 Ramadhan 1436/29 Juni 2015 (MINA) – Kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump menilai, Presiden Amerika Barack Obama bertindak seperti pengemis yang memohon kepada Teheran untuk kesepakatan akhir nuklir.
“Saya melihat seperti pengemis, seperti memohon,” katanya dalam wawancara radio, Ahad (28/6) saat ditanya tentang pembicaraan nuklir.
Menurutunya, bangsa Persia adalah negosiator yang sangat baik, seperti juga yang diwakili Iran adalah negosiator utama. Mereka sedang berhadapan dengan orang-orang bodoh”, tegasnya. Demikian laporan Press Tv diberitakan Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Kandidat Partai Republik juga menganggap bahwa presiden AS bukanlah seorang negosiator yang baik. Pernyataan itu dibuat saat Menteri Luar Negeri AS, John Kerry di kota Austria Wina untuk mengadakan pembicaraan akhir dengan Iran dan sekutu negara nuklir lain.
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
Kerry mengatakan pada Sabtu (27/6), bahwa ia mengalami kesulitan atas kesepakatan akhir nuklir.
“Kami memiliki banyak pekerjaan yang sulit untuk dilakukan, dan saya pikir kita semua berharap ada kesepakatan akhir di sini,” kata diplomat tertinggi AS itu.
Trump juga mengatakan, AS dan mitra-mitranya memiliki kartu sekarang dan harus dapat memberi sanksi lebih kuat.
“Bawa mereka ke meja perundingan dengan persyaratan mereka benar-benar membuat kesepakatan yang tidak boleh diabaikan,” tegasnya.
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini juga bergabung dengan perundingan nuklir di Wina, Ahad (28/6) mengatakan, mencapai kesepakatan akhir bukan tidak mungkin.
“Ini akan menjadi sulit, hal itu selalu sulit tetapi tidak mustahil. Ini merupakan masalah political will. Alasan karena memiliki perjanjian yang dilakukan masih ada, mungkin sekarang lebih baik dari sebelumnya,” kata Mogherini. (T/P002/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Puluhan Anggota Kongres AS Desak Biden Sanksi Dua Menteri Israel