Lampung Selatan, MINA – Palestina mempunyai kedudukan yang sangat urgen bagi umat Islam. Sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Isra’ ayat pertama yang menjelaskan perjalanan Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha (Isra’ dan Mi’raj).
“Adanya Isra’ Mi’raj adalah sebuah legalitas kuat bahwa Palestina adalah milik umat Islam,” demikian diungkapkan Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Shuffah Al-Qur’an Abdullah bin Mas’ud (STISQABM), Nur Kholid pada Webinar bertema “Sejarah Penindasan Israel Terhadap Palestina dan Harapan di Lembaran Baru 1443 H”. Diselenggarakan oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Bisnis dan Ekonomika (LEMFBE) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin (9/8).
Dalam Webinar yang diikuti oleh 141 peserta itu, Khalid menjelaskan, Al-Aqsa menjadi kiblat pertama umat Islam. Dan Palestina adalah tempat dimana kebanyakan para Nabi, Sahabat dan Tabi’in dilahirkan sehingga disebut juga sebagai negerinya para Anbiya (Para Nabi).
Khalid menekankan, konflik yang saat ini terjadi di Palestina bukanlah sebuah sejarah baru, melainkan sudah terjadi sejak dulu, maka sudah tepat sekali diadakan Webinar ini untuk menambah pemahaman kita terhadap sejarah Palestina.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
“Israel yang merupakan sebuat umat yang tidak memiliki wilayah sampai-sampai mereka mendesak negara-negara untuk mendukung atau memberikan sebagian wilayah di Palestina sebagai tempat tinggal umat Israel,” jelasnya.
“Mengapa harus Palestina?” tanya Khalid, “Karena oleh Israel dipercaya bahwa di Palestina, tepatnya di bawah Masjid Al-Aqsha ada sebuah bangunan yang namanya Kuil Solomon, yang dahulu dibangun oleh Nabi Sulaiman,” kata Khalid.
Awalnya, upaya Israel untuk merebut tanah Palestina diakibatkan oleh tekanan Alexander II Rusia yang terus memburu dan membantai Yahudi pada tahun 1881 M sehingga Israel membuat rencana-rencana di antaranya, mengadakan Kongres Zionis pertama di Swiss tahun 1897 untuk memohon kepada Turki Utsmani supaya diizinkan tinggal di Palestina.
“Permohonan itu ditolak oleh pihak Turki Utsmani, kemudian melobi pimpinan Inggris agar mereka mau memberikan tanah Palestina, dan kemudian disetujui oleh pimpinan Inggris,” ungkapnya.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Menurut Khalid, umat Islam saat ini masih memerlukan lebih banyak pengetahuan tentang sejarah dan situasi Palestina saat ini supaya menambah keyakinan dan semangat kita untuk terus membantu memerdekakan Negeri para Nabi itu.
“Dengan tahu sejarahnya, maka kita akan lebih merenungi bahwasanya persoalan yang dihadapi warga Palestina bukanlah urusan mereka semata, tetapi juga tugas setiap insan di Dunia,” tuturnya. (L/iwn/R12/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka