Jakarta, 28 Muharam 1436/21 November 2014 (MINA) – Ketua MPR Zulkifli Hasan mengungkapkan harapannya, agar ke depan tidak ada lagi perpecahan seperti yang melanda tubuh parlemen Indonesia kini, di mana Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP) meramaikan pemberitaan tanah air dengan ketidaksepahaman diantara keduanya.
“Ke depan saya harapkan tidak ada lagi KMP maupun KIH, yang ada hanyalah Indonesia raya,” katanya dalam sambutan pembukaan acara Forum Damai Dunia (WPF) ke-5 yang diadakan Muhamadiyah di gedung DPR, Jakarta, Kamis. Acara ini juga diadakan dalam rangka peringatan Milad (HUT) ke 102 Muhammadiyah.
Zulkifli menuturkan Indonesia dengan sejarah keberagamannya sejak dulu mampu melawan perbedaan-perbedaan yang ada selama ini. Dirinya optimis pemerintahan akan lebih baik lagi ke depannya setelah DPR bersatu.
“Alhamdulillah DPR sudah satu, tidak ada tandingan lagi,” katanya disusul tawaan ratusan peserta yang hadir dalam pembukaan kegiatan lintas agama dari berbagai negara itu.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Dia juga menyerukan semua pihak termasuk para pembuat hukum untuk selalu berkaca pada Pancasila sebagai etika moral bangsa Indonesia.
“Ingat Pancasila sebagai etika moral bangsa kita, alat pemersatu,,, tidak ada lagi kelompok-kelompokkan, yang ada hanya Indonesia raya,” tambahnya.
Pembukaan WPF ke-5 ini juga dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta beberapa menteri dari Kabinet Kerja Jokowi-JK.
JK dalam sambutannya menekankan pentingnya perdamaian antara semua pihak di dunia ini terlepas dari apapun latar belakang kepercayaannya.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
“Kita semua sama, menginginkan keselamatan,” kata JK.
Acara yang akan berlangsung sampai Ahad di Jakarta ini diselenggarakan Muhammadiyah bekerja sama dengan Cheng Ho Multiculture Trust of Malaysia dan Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC).
Ketua Pelaksana WPF ke-5 Andar Nurbowo mengatakan, forum ini diikuti oleh sekitar 200 peserta, separuhnya merupakan tamu undangan dari luar negeri. Acara ini merupakan forum dialog untuk mempelajari akar konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia. ”Mulai dari konflik di Afrika Tengah, Semenanjung Balkan, Thailand Selatan, Filipina Selatan, dan Indonesia sendiri, yakni Aceh dan Maluku,” kata Andar dalam konferensi pers di kantor CDCC, Rabu.(L/R04/P007-P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat