Jakarta, MINA – Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Kurniasih Mufidayati mengatakan, menanggapi kasus Covid-19 yang mengalami peningkatan, isolasi mandiri bisa dilakukan bagi pasien terkonfirmasi positif dengan gejala ringan dan tanpa gejala, dengan catatan semua sistem isolasi mandiri siap dari hulu ke hilir.
Mufida mencermati angka keterisian rumah sakit Bed Occupancy Rate (BOR) Covid-19 di Jakarta yang menyentuh angka 45 persen. Data Dinkes DKI Jakarta, 48 persen yang dirawat adalah pasien tanpa gejala dan gejala ringan.
“Isoman bisa dilakukan dengan syarat pemerintah tetap memenuhi hak kesehatan masyarakat. Jadi dijamin tidak dilepaskan begitu saja,” kata Mufida dalam keterangannya, Sabtu (29/1).
Ia mengatakan, pemerintah sudah memiliki pengalaman saat lonjakan tinggi kasus Delta dengan banyaknya masyarakat yang Isoman di rumah karena tidak mendapat tempat perawatan. Harusnya saat ini bisa lebih baik dalam mengatasi pasien Isoman.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
Mufida juga meminta protokol isolasi mandiri mulai dijalankan dengan layanan telemedicine yang bagus. Sosialisasi perlu digencarkan bagaimana memanfaatkan telemedicine bagi kasus Isoman Covid-19 yang resmi oleh pemerintah.
“Masih banyak yang belum tahu alur telemedicine yang resmi oleh pemerintah agar terpusat dan tidak salah konsultasi, atau bahkan lebih parah bisa dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggungjawab dengan memanfaatkan situasi darurat masyarakat,” katanya.
Ia juga meminta jaminan pasien isoman mendapatkan obat yang sesuai dan alur pengiriman yang cepat. Alur distribusi obat sampai ke pasien isoman sudah harus dipersiapkan sejak dini apalagi jika harus menjangkau wilayah-wilayah yang sulit.
“Pastikan ada monitoring harian bisa memaksimalkan tenaga kesehatan dan Medis di semua tempat dan lini daerah di bawah koordinasi Puskesmas setempat, sehingga ada pemantauan kondisi pasien isoman secara intensif. Lewat pemantauan rutin ini perlu dipersiapkan juga jaminan tindakan cepat dan segera rujuk ke RS jika kondisi menjadi berat,” ujar Mufida.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Lebih lanjut Mufida juga meminta kesiapan layanan pendampingan pasien isoman ini sudah diujicobakan dan sudah siap benar, guna menghadapi angka konfirmasi yang terus meningkat ini.
“Saya berharap sudah selesai ujicoba dengan berbagai skema, sekarang tinggal bersiap diri untuk implementasi. Catatan besarnya sistem ini harus siap diimplementasikan di Seluruh Indonesi,” imbuhnya.
Ia menambahkan, meratanya fasilitas kesehatan harus diakui jadi problem tersendiri, tapi seharusnya ada alternatif solusi bagi wilayah-wilayah yang punya karakteristik dan tantangan dalam implementasi telemedicine dan pendampingan pasien isoman. (R/R7/RS2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka