Jakarta, MINA – Rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Untuk meningkatkan minat baca dan budaya literasi masyarakat Indonesia, harus dimulai dari sekolah.
“Sekolah itu merupakan tempat yang dirancang untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, yang tentunya kegiatan itu tidak terlepas dari aktifitas membaca,” kata Wakil Ketua Komisi X Sutan Adil Hendra, Jumat (25/1).
Maka dari sinilah pentingnya mengembangkan budaya membaca di sekolah. Kita berharap aktifitas membaca bisa menjadi budaya bangsa Indonesia, untuk menjadi bangsa yang berkemajuan,” harapnya. Demikian keterangan pers DPR RI yang dikutip MINA.
Diketahui, survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2016, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Angka 0, 001 itu artinya, hanya ada satu orang dari 1.000 penduduk yang masih mau membaca buku secara serius (tinggi). Kondisi ini menempatkan Indonesia pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Sutan menyinggung Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, melalui pembiasaan membaca buku non-pelajaran selama 15 menit setiap hari sebelum pembelajaran dimulai merupakan payung bagi keberlangsungan Gerakan Literasi Sekolah yang dirintis oleh Satria Darma untuk dijadikan sebuah program nasional.
“Pemerintah pun harus bisa mendefinisikan literasi dari perspektif yang lebih kontekstual,” tutur Ketua Komisi X DPR.
“National Institute for Literacy mendefinisikan literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat,” katanya selanjutnya.
“Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu, karena inilah yang membuat literasi ini berkolaborasi dengan mutu hidup dan kehidupan seseorang,” pungkasnya. (R/R05/P1)
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September