Oleh Septia Eka Putri/Wartawan Mi’raj Islmic News Agency (MINA)
Khalifah Umar bin Abdul-Aziz mengirim surat kepada para tahanan perang Muslim di Konstantinopel. Dia mengatakan kepada mereka, “Kamu menganggap dirimu sebagai tahanan perang. Padahal kamu bukan tahanan perang. Kamu terkunci di jalan Allah. Aku ingin kamu tahu bahwa setiap kali aku memberikan sesuatu kepada kaum Muslim, aku memberikan lebih banyak untuk keluarga kamu dan aku mengirimkan sekitar 5 dinar untuk setiap salah satu dari kamu dan seandainya bukan karena aku takut bahwa diktator Romawi akan mengambilnya dari kalian, aku akan mengirimkan lebih. Aku juga telah mengirim banyak untuk menjamin pembebasan setiap salah satu dari kalian tanpa memikirkan berapa biayanya. Jadi bersukacitalah! Assalamu Alaikum.”
Tak lama setelah penangkapan paman dari suaminya yang kedua, Khalid Sheikh Mohammed, yang merupakan perencana utama dugaan serangan 11 September, beliau diculik bersama ketiga anaknya. Khalid Mohammed dilaporkan menyebut nama Siddiqui ketika ia sedang diinterogasi. Hal tersebut menyebabkan beliau masuk dalam “daftar pencarian” agen FBI dalam rangka Perang Melawan Terorisme.
Menurut berkas yang disusun oleh para penyelidik PBB untuk Komisi 9/11 pada tahun 2004, Aafia Siddiqui, menggunakan alias Fahrem atau Feriel Shahin, adalah salah satu dari tujuh tersangka anggota al-Qaeda yang membeli berlian darah senilai $ 19.000.000 di Monrovia, Liberia, beberapa waktu sebelum serangan 11 September 2001.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Berlian dibeli karena merupakan aset yang tidak bisa dilacak, aset tersebut akan digunakan untuk mendanai operasi al-Qaeda. Pengacara Siddiqui memperlihatkan tanda terima kartu kredit dan catatan lain yang menunjukkan bahwa Siddiqui berada di Boston pada saat itu.
Menurut Sumber Lainnya Kisah Aafia
Kisah Dr. Aafia Siddiqui, Korban Kedzaliman atas Nama Perang Melawan Terorisme ala Amerika
Atas nama perang melawan terorisme, satu per satu aktivis Islam di tangkap dan di penjara. Dengan berbagai macam tuduhan sampai penjara tanpa peradilan bahkan masa penahanan pun tak terbatas. Banyak kisah-kisah aktivis Islam yg harus mendekam di penjara oleh Amerika yang dibantu oleh orang-orang Islam Munafik dan penjilat. Berikut kisah Mujahidah Dr. Aafia Siddiqui.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Dr. Aafia Siddiqui lahir di Karachi, Pakistan, tanggal 2 Maret 1972. Dia adalah salah seorang dari tiga anak Mohammad Siddiqui, seorang dokter yang mendapat pelatihan di Inggris, dan Ismet. Dia adalah ibu dari tiga orang anak dan juga seorang penghapal (hafiz) Quran.
Aafia dan ketiga anaknya itu ditangkap oleh agen intelijen Pakistan pada bulan Maret 2003 dan diserahkan kepada orang-orang Amerika di Afghanistan di mana dia dipenjarakan di Bagram dan dia berulang kali diperkosa, disiksa dan dilecehkan selama bertahun-tahun.
Sebuah laporan yang ditulis dalam bahasa Urdu di media Pakistan pada waktu itu mengatakan bahwa Aafia dan ketiga anaknya terlihat sedang ditangkap oleh pihak berwenang Pakistan dan dibawa ke tahanan.
Moazzam Begg, dan beberapa mantan tawanan dari Amerika melaporkan bahwa seorang tahanan perempuan, bernama “tawanan 650″, ditangkap di Pangkalan Udara Bagram di Afghanistan. Yvonne Ridley dari Cageprisoners.com menulis tentang “tawanan 650″ itu (Aafia), penyiksaan dan pemerkosaan terhadapnya yang dilakukan berulang-ulang selama lebih dari empat tahun.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
“Jeritan yang tidak berdaya wanita (ini ) yang dilakukan dengan siksaan itu bergema di penjara itu sehingga memaksa tahanan-tahanan lain terus melakukan mogok makan.” Yvonne menyebutnya sebagai “perempuan beruban (karena) dia nyaris seperti hantu, seperti momok yang menangis dan terus berteriak yang menghantui orang-orang yang mendengarnya. Hal ini tidak akan pernah terjadi pada seorang wanita Barat.”
Baik pemerintah Pakistan maupun para pejabat AS di Washington menyangkal mengetahui tentang pemenjaraan Aafia sampai keberadaanya terungkap keluar dan mulai mendapat perhatian media. Tuduhan-tuduhan yang dibuat-buat kemudian diajukan terhadap dirinya bahwa ia terlibat dalam terorisme dan klaim yang menggelikan, dia berhasil merebut senjata dari tentara AS dan menembaki perwira AS.
Pada tanggal 7 Agustus 2008 sebuah artikel di The News mengungkap beberapa perawatan yang didapatkan Aafia ketika dikenai tahanan sementara di Amerika.
Salah satu ginjalnya diambil giginya diambil hidungnya patah, dan dipasang kembali dengan posisi tidak semestinya luka tembak yang baru didapatkannya ditutup dengan tidak layak, dengan darah yang mengalir, sehingga meninggalkan pakaiannya basah bersimbah dengan darah.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Pada tanggal 4 Agustus 2008, para jaksa federal di AS menegaskan bahwa Aafia Siddiqui telah diekstradisi ke AS dari Afghanistan di mana mereka mengatakan bahwa dia telah ditahan sejak pertengahan Juli 2008.
Pemerintah AS menyatakan bahwa dia ditangkap oleh pasukan Afghan di luar kompleks gubernur Ghazni dengan membawa manual bahan peledak dan zat berbahaya yang dimasukkan dalam stoples tertutup.
Mereka lebih lanjut menyatakan bahwa selama dia berada di tahanan dia menembaki para perwira AS (padahal tidak ada yang terluka) sementara dirinya lah yang terluka selama proses penahanan itu.
Pada tanggal 11 bulan Agustus, 2008, sebuah laporan dari Reuters menyebutkan bahwa ia muncul di sidang dengan kursi roda, dan bahwa para pengacara meminta hakim untuk memastikan bahwa ia menerima perawatan medis.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Elizabeth Fink, salah seorang pengacaranya , mengatakan kepada Hakim, “Dia telah ada di sini, pak hakim, selama satu minggu dan dia belum mendapatkan perawatan seorang dokter, meskipun mereka (pemerintah AS) tahu dia telah ditembak.”
Pengacara Aafia, Elizabeth Fink, itu mengatakan kepada seorang hakim federal di New York bahwa Aafia menunjukkan tanda-tanda bahwa ia telah dipenjara dan diperlakukan dengan tidak manusiawi selama jangka waktu yang panjang.
Menurut dokumen-dokumen yang diungkap di pengadilan oleh Fink, Aafia mengatakan kepada staf penjara bahwa ia takut anaknya kelaparan dan disiksa, dan meminta mereka untuk mengambil jatah makanan dari nampannya dan kirimkan kepada anaknya di Afghanistan.
Pengacara lainnya, Elaine Whitfield Sharp, mengatakan, “Kami tidak tahu ia ada di Bagram untuk waktu yang lama. Itu adalah waktu yang lama. Menurut klien saya dia ada di sana selama bertahun-tahun dan ia ditahan di tempat tahanan Amerika; perlakuan terhadapnya mengerikan.”
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Aafia masih berada dalam fasilitas penahanan AS di New York, kesehatannya yang buruk, adalah karena tindakan penggeledahan yang merendahkan dan memalukan terlihat setiap kali ia menerima kunjungan atau muncul di pengadilan. Dia kemudian menolak bertemu dengan pengacara.
Telah dilaporkan bahwa dia mungkin menderita kerusakan otak dan bahwa sebagian ususnya mungkin telah dipotong. Pengacaranya mengatakan bahwa gejala-gejala yang ditunjukkannya mirip dengan penderita Penyakit Tekanan Mental Pasca Trauma (‘Post Traumatic Stress Disorder’).
Karena ketiadaan Khilafah, dia bersama dengan setiap muslim lainnya di dunia pada hakekatnya tanpa kewarganegaraan dan sebagaimana adanya berita kenabian yang dibawa oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalambahwa kita seperti buih dan sampah yang dibawa turun oleh air yang deras.
“Orang-orang akan segera memanggil satu sama lain untuk menyerang kamu ketika mereka sedang makan dan mengundang yang lainnya untuk berbagi makanan.” Seseorang bertanya, “Apakah hal itu karena jumlah kami kecil pada waktu itu?”
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Tidak, pada waktu itu kamu banyak tetapi kamu akan seperti buih dan buih itu dibawa turun dengan air yang deras , dan Allah akan mengambil rasa takut kamu dari hati musuh kamu dan mencampakkan al-wahn ke dalam hatimu.”
Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah al-wahn itu?” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Wahn menyebabkan pihak berwenang Pakistan untuk menculik dan menyerahkan perempuan Muslim itu kepada Amerika meskipun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lain, sehingga ia tidak boleh menindas yang lain, juga tidak boleh menyerahkannya ke tangan seorang penindas.” (HR. Bukhari)
Wahn yang mencegah setiap penguasa di dunia Muslim untuk mengangkat telunjuknya untuk membantu melindungi kehormatan seorang perempuan dan membebaskan bukan hanya Aafia tetapi ribuan kaum Muslim yang dipenjara di Guantanamo, Bagram, dan pusat-pusat penahanan rahasia CIA meskipun Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berkata, “Sesungguhnya adalah wajib atas umat Islam untuk membebaskan tawanan mereka atau untuk membayar tebusan.”
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Wahn yang menyebabkan para penguasa di dunia Muslim untuk memenjarakan, menyiksa dan menganiaya ratusan ribu Muslim yang tulus di ruang bawah tanah mereka meskipun Hakim bin Hisyam berkata, “Aku bersaksi bahwa aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “Allah akan menghukum orang-orang yang menghukum orang-orang di Dunia.” (Muslim)
Kita harus ingat bahwa kita tidak selalu tanpa kewarganegaraan. Ketika Negara Islam ada di masa lalu, kehormatan perempuan Muslim dilindungi dan tahanan Muslim dibebaskan.
Pada zaman Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam seorang tukang emas Yahudi Bani Qainuqa menganiaya kehormatan seorang perempuan Muslim dengan mengikat pinggir bajunya sehingga menyebabkan tubuhnya tersingkap. Saat itu, seorang pria Muslim kebetulan berada di sana dan membunuh orang Yahudi itu.
Kemudian orang-orang Yahudi membalas dengan membunuh orang Muslim itu. Keluarga pria itu memanggil kaum Muslim untuk membantu dan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengirimkan pasukan melawan mereka dan setelah 15 hari pengepungan seluruh suku Bani Qainuqa diusir dari Madinah.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Imam bin Atsir mencatat dalam kitab ‘Kamil’ kisah terkenal seorang wanita Muslim yang ditangkap oleh orang-orang Roma dan ditahan di tempat yang bernama ‘Amuriyyah. Tidak puas dengan hanya menangkapnya, mereka mencoba merampas kehormatannya juga. Karena ketakutan dan sendirian dia kemudian memanggil nama Khalifah, “(Ya Mu’tasim) Billah.”
Seorang pria menyaksikan kejadian ini dan bergegas kepada Khalifah memberitahukan kepadanya tentang apa yang telah terjadi. Ketika ia mendengar penderitaan wanita ini ia menjawab dengan berani, “Labbaik (Saya di sini mendengar panggilan Anda).”
Dia menyiapkan sebuah pasukan besar dan berangkat untuk berperang dan untuk menyelamatkan perempuan itu. Pasukan Mu’tasim kemudian menaklukkan musuh dan memasuki ‘Amuriyyah. Setelah menghancurkan benteng musuh, mereka datang kepada perempuan itu dan membebaskannya.
Pada bulan Mei 2004, FBI menyebut Aafia Siddiqui sebagai salah satu dari tujuh Teroris yang Paling Dicari. Keberadaannya tidak diketahui selama lebih dari lima tahun sampai dia dilaporkan ditangkap pada Juli 2008 di Afghanistan. Dalam penangkapannya, polisi Afghanistan mengatakan dia membawa dompet yang berisi catatan berupa tulisan tangan dan komputer thumb drive yang berisi cara untuk membuat bom konvensional dan senjata pemusnah massal, petunjuk tentang cara membuat mesin penembak pesawat tak berawak AS, deskripsi landmark New York City dengan tujuan serangan massal, dan dua pon sodium sianida dalam botol kaca. (P007/R02)
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
(dari berbagai sumber)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)