Banda Aceh, 23 Sya’ban 1438/20 Mei 2017 (MINA) – Akhlak merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang memiliki kedudukan yang sangat penting. Bahkan untuk kepentingan menyempurnakan akhlak menjadi tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada umat manusia di muka bumi.
Karenanya, akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan akidah dan syariah/ibadah. Ibarat pohon, akhlak merupakan buah kesempurnaan dari pohon tersebut setelah akar dan batangnya kuat. Sehingga, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki akidah dan syariah yang baik.
Demikian antara lain disampaikan Dr H Teuku Chalidin Yacob MA., JP. (Pendiri Ashabul Kahfi Islamic Centre Sydney, Australia) saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (17/5/2017) malam.
“Akhlak ini begitu penting kedudukannya dalam Islam yang beriringan dengan aqidah dan kualitas iman seorang muslim, bahkan kita dengan mudah bisa menilai keislaman seseorang hanya dengan akhlaknya, bukan ibadahnya,” ujar Ustaz Chalidin Yacob, sebagaimana keterangan pers KWPSI yang diterima MINA.
Baca Juga: Embassy Gathering Jadi Ajang Silaturahim Komunitas Diplomatik Indonesia
Penulis Buku “Muslim Melayu Penemu Australia” yang diterbitkan MINA Publishing House (Mi’raj News Agency Foundation) itu mengungkapkan, selama ini sering kita melihat seseorang muslim yang kelihatannya ibadahnya sangat rajin, namun kadang akhlaknya kurang. Padahal dalam Islam hubungan baik bukan cuma terhadap Allah (Hablum minallah), namun juga terhadap manusia (Hablum minannas).
Tak jarang ada juga orang alim/berilmu yang kurang ramah dan baik sesamanya. Juga ada muslim yang kelihatanya “saleh” namun perkataannya, kerap menyakitkan hati dan perasaan orang lain. Bagaimana akhlak terhadap sesama, pada orangtua dan yang lebih muda, bahkan terhadap lingkungan, menunjukkan kualitas muslim.
Padahal Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyatakan bahwa tujuan beliau diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Artinya jika akhlak seseorang buruk, maka dia bukanlah orang yang saleh meski terlihat rajin shalat, puasa, zakat, haji, dan bebagai ibadah lainnya.
Ketua Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Australia ini menyebutkan, seperti yang terlihat di Australia, orang luar Islam itu tertarik pada Islam bukan karena kealiman orang Islam sendiri, juga bukan pandai berceramah menyampaikan Islam secara lisan, atau rajin beribadah. Tapi karena akhlak atau dakwah bil hal yang diperlihatkan dalam kehidupan sehari-hari yang menarik perhatian orang di luar Islam. Sehingga akhlak dan adab muslim terhadap sesamanya ini adalah menjadi penentu kemajuan dan kebangkitan Islam saat ini Australia dan juga di negara-eropa.
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris
“Saya hanya ingin mengingatkan kita semua, jangan sampai gara-gara tingkah laku sehari-hari dan akhlak buruk kita muslim, menyebabkan orang di luar menjadi benci pada Islam, karena melihat ajaran Islam pada perilaku muslim. Kita harus bertanggungjawab menjaga ajaran Islam yang positif di mata orang lain dengan memperlihatkan akhlak yang baik,” terangnya.
Imam Masjid Sydney, Australia itu menegaskan, jangan sampai akhlak umat Islam dalam kehidupannya menjadi contoh buruk agama Islam dalam pendangan orang lain. Setiap muslim itu harus menjadi iklan atau reklame dari ajaran agamya.
“Kita menilai seseorang itu baik atau tidak pada akhlaknya. Bukan ibadahnya. Kita tidak tahu shalat dan puasanya seorang muslim itu sah atau tidak, diterima atau tidak oleh Allah. Tapi kalau akhlak yang baik bisa kita tahu dan dapat kita lihat sehari-hari,” ungkapnya.
Ini juga menjadi tantangan dakwah Islam sekarang ini seperti nilai-nilai akhlak dan keikhlasan yang berkurang. Sukses dakwah kita sangat tergantung pada akhlak dan keikhlasan.
Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina
Apa yang dilakukan pemimpin Islam juga masih bermasalah dengan keikhlasan, seperti kita lihat tingkah laku pemimpin-pemimpin partai Islam.
“Mereka itu bisa kompak ketika membela dan mendukung penista agama, tapi malah ribut dan pecah kalau sudah berbicara kepentingan agama, bahkan kerap mencaci maki ulama,” tegasnya. (L/R01/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: KNEKS Kolaborasi ToT Khatib Jumat se-Jawa Barat dengan Sejumlah Lembaga