Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dr. Eva Susanti: Kurang Gerak Tingkatkan Risiko Hipertensi

Ali Farkhan Tsani - Sabtu, 18 Mei 2024 - 20:52 WIB

Sabtu, 18 Mei 2024 - 20:52 WIB

9 Views

Jakarta, MINA – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, dr. Eva Susanti, mengatakan kurangnya gerak fisik dapat meningkatkan faktor risiko hipertensi (darah tinggi).

“Perilaku masyarakat yang dapat meningkatkan faktor risiko hipertensi antara lain merokok, aktivitas fisik kurang, kurangnya makan sayur dan buah, serta mengonsumsi makanan asin,” ujar dr. Eva. dalam temu media di Jakarta, Sabtu (18/5).

“Proporsi penderita hipertensi umur 18-59 tahun yang melakukan aktivitas fisik kurang 1,9 kali lebih tinggi dibandingkan penderita hipertensi yang melakukan aktivitas fisik cukup,” ujarnya.

Dia menambahkan, proporsi penderita hipertensi umur 18-59 tahun dengan obesitas sentral atau yakni kondisi kelebihan lemak pada perut 3,4 kali lebih tinggi dibandingkan penderita hipertensi yang tidak obesitas sentral.

Baca Juga: Ruqyah, Kunci Kesehatan Jiwa dan Kedamaian Hati

Sementara itu, proporsi penderita hipertensi umur di atas 60 tahun dengan obesitas sentral sama dengan penderita hipertensi yang tidak obesitas sentral.

Dia menyampaikan, hipertensi dapat diturunkan dengan perilaku hidup sehat dengan PATUH, yakni Periksa kesehatan secara rutin dan ikut anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet dengan gizi seimbang, Upayakan aktivitas fisik dengan aman, dan Hindari asap rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya.

Presiden Indonesian Society of hypertension (InaSH, 2019-2021) Dr. Tunggul D. Situmorang, yang juga merupakan narasumber pada pertemuan tersebut tersebut, menyampaikan bahwa ada beberapa faktor penyebab hipertensi, di antaranya stress, usia, keturunan, garam, dan obesitas.

Dia mengatakan, hipertensi dapat menyebabkan komplikasi penyakit stroke, kebutaan penyakit gagal jantung dan juga gagal ginjal.

Baca Juga: Bahaya Bullying, Tinjauan Ilmiah dan Perspektif Islam

Menurutnya, hipertensi dapat diturunkan dengan berolahraga secara teratur, mengatur pola makan yang sehat, mengurangi konsumsi garam, konsumsi obat, dan menghindari stres.

“Ada begitu banyak pilihan-pilihan obat, begitu banyaknya obat-obatan, sehingga harus sudah tahu persis bagaimana mekanisme kerjanya, dipakai untuk siapa, dan harus digunakan dengan cara yang baik dan benar,” katanya.

Dr. Tunggul menyampaikan, untuk menurunkan hipertensi dan mencegah penyakit tidak menular lainnya, terapkan perilaku ‘CERDIK’, yakni Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet Seimbang, Istirahat cukup, Kelola stress.

Peran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam pengendalian hipertensi adalah berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang faktor risiko hipertensi. Selain itu, Kemenkes juga menyosialisasikan pentingnya gaya hidup sehat, deteksi dini, penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat, termasuk layanan diagnosis dan tata laksana/protokol serta pengobatan penyakit hipertensi agar hiperetensi terkendali.

Baca Juga: Manfaat Susu bagi Kesehatan

Kemenkes juga berfokus pada pengembangan SDM, melakukan integrasi terhadap semua sistem/aplikasi dalam SATU SEHAT, pemberdayaan masyarakat, serta dukungan terhadap riset-riset inovatif. ]

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Indonesia Lakukan Operasi Jantung Robotik untuk Pertama Kalinya

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
Indonesia
MINA Health
MINA Health
MINA Health