Banda Aceh, 25 Dzulqa’dah 1437/28 Agustus 2016 (MINA) – Dr. Mochamad Fajarul Falah, MA, mengatakan, tidak diragukan lagi memahami ilmu syar’i (ilmu agama) adalah hal yang sangat penting, bagi seorang Muslim maupun Muslimah.
“Kita membutuhkan ilmu syar’i sebagai bekal hidup dan tujuan akhir yang ingin dicapai. Ilmu akan menjadi sebab diangkatnya derajat seseorang yang dikehendaki oleh Allah, yaitu orang-orang yang mengilmui agama yang benar ini dengan baik sesuai firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Mujadilah ayat 11.”
Dalam memahami ilmu agama ini, tauhid dan aqidah merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan Allah kepada setiap hamba-Nya. Namun, sangat disayangkan kebanyakan kaum Muslimin pada zaman sekarang ini tidak mengerti hakikat dan kedudukan tauhid.Demikian Ustaz Dr. Moch Fajarul Falah MA, Dosen Prodi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke.
KWPSI dalam keterangan pers yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad, mengutip peringatan Fajarul Galah, bahwa tauhid inilah yang merupakan dasar agama kita yang mulia ini.
“Karenanya sangatlah urgen bagi kita kaum Muslimin mengerti hakikat dan kedudukan tauhid. Karena dengan begitu bisa menambah keyakinan kita atau meluruskan tujuan kita yang selama ini mungkin keliru. Karena melalaikan masalah tauhid akan berujung pada kehancuran dunia dan akhirat,” ujar Ustaz Fajarul Falah.
Menurutnya, umat Islam dewasa sedang mengalami kemunduran akibat pemahaman tentang akidah dan ilmu tauhid yang sangat dangkal. Orang Islam mulai dininabobokkan dengan berbagai pengaruh budaya barat yang semakin menjauhkan kita dari yang diperintahkan Allah SWT.
“Harus kita akui sekarang ini anak-anak muda generasi Islam hanya kenal Allah dan Rasul-Nya secara jauh dan dangkal. Mereka tidak secara mengakar dan kenal mendalam dengan Allah dan Islam, karena akidahnya yang seadanya,” jelasnya.
Mereka kerap mengikuti apa kata hawa nafsunya. Tidak erbentuk keyakinan yang kuat hari pembalasan itu ada, dan Allah akan membalas setiap amal perbuatan hamba-Nya.
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
“Jika kita ingin memperbaiki dan memperkuat aqidah generasi muda Islam. Tentunya ini harus diperoleh dari ilmu tauhid yang kuat, dengan mengimani Allah dan Rasul-Nya secara benar, sehingga melahirkan sikap kepatuhan kepada Allah dan Rasulullah secara totalitas, meskipun dalam kondisi bagaimanapun,” terang Ketua LP2M STISNU Aceh ini.
Disebutkannya, mengimani Allah dan Rasulullah dengan benar menjadi kunci diterimanya semua amal ibadah seseorang. Imam Al Ghazali berkata: “Tidaklah sah ibadah seseorang kecuali dia telah mengenal Tuhan yang disembah.”.
Cara mengimani Allah dan Rasulullah adalah dengan mengetahui, memahami dan meyakini sifat-sifat yang wajib bagi Allah dan Rasulullah. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh dua imam besar yaitu, Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidy, keduanya membuat sistematisasi pembahasan tauhid menjadi lebih mudah bagi setiap individu muslim mukallaf.
Tidaklah berlebihan kiranya kedua tokoh ini dikenal sebagai pejuang penegak panji aqidah Rasulullah, karena Rasul sendiri telah memuji pemimpin yang bisa menaklukkan Kostantinopel dengan hadits-nya: “Benar akan dikuasainya Kostantinopel suatu saat, maka di saat itulah sebaik-baiknya pemimpin dan sekuat-kuatnya pasukan”.
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah
Sepeninggal Rasulullah, sahabat Abu Musa Al-Asy’ari (kakek buyutnya Abu Hasan Al-Asy’ari) mencoba untuk mewujudkan janji nabi dengan menyerang Kostantinopel, namun akhirnya beliau gugur sebagai syuhada di peperangan. Barulah keika Sultan Al-Fatih yang bisa menaklukkan kota tersebut, yang sekarang disebut Turki.
Falah menjelaskan, ternyata beliau adalah pengikut Imam Abu Manshur Al-Maturidy dalam ideologi tauhidnya. Juga Shalahuddin Al-Ayyubi yang tercatat sebagai pemimpin yang ditakuti lawan dan disegani kawan yang mampu menguasai Baitul Maqdis dengan cepat dan mudah adalah pengikut Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dalam tauhidnya.
Bahkan beliau untuk membangkitkan semangat jihad dan cinta Allah dan Rasulullah pada rakyatnya, mewajibkan bagi semua rakyat baik anak-anak maupun orang dewasa mempelajari syair tauhid yang dikenal dengan aqidah shalahiyyah.
Setelah keyakinan rakyat tentang Allah menjadi kuat, maka aturan apapun yang bersumber dari Alquran, Hadits, Ijma’ (kesepakatan ulama) dan Qiyas mudah diterapkan tanpa ada pertentangan. Karena konsekwensi bagi penentang telah jelas di dalam ajaran Islam, dan semuanya itu diajarkan dalam ilmu tauhid.
Hal inilah yang diajarkan Rasulullah kepada para sahabatnya, sehingga sahabat Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Umar berkata: “Kami ketika di masa remaja, mempelajari keimanan sebelum Alquran, tatkala kami belajar Alquran, maka bertambahlah keimanan kami”. Hal senada disampaikan oleh Imam Syafi’i, “Saya lebih memahami ilmu tauhid dulu, baru ilmu fiqh kemudian”.
Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.
Maka tidaklah mengherankan para umara’ yg berilmu agama kuat dan para ulama yg mengamalkan ilmunya, selalu mencari ridha Allah dalam setiap langkahnya. Ini akan berimbas pada pembentukan sosial masyarakat yang kuat, karena para umara’ bekerjasama dengan ulama untuk membimbing masyarakat ke arah yg diridhai Allah, dengan cara mengajarkan ilmu-ilmu agama secara talaqqi yaitu bertemu muka secara langsung dengan ulama yang memiliki sanad (mata rantai) keilmuan sampai sahabat Rasulullah.
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan ada pada seseorang, maka ia akan diberikan kemudahan oleh Allah untuk menuntut ilmu agama dan menguasainya, sesungguhnya ilmu agama itu hanya bisa diperoleh dgn cara belajar (talaqqi)”.
Lulusan doktor dari Omdurman Islamic University Sudan ini menyimpulkan, para pemimpin umat Islam yang berjaya membangkitkan Islam di masanya (Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, Khalifah Umar bin Abdul Azis, Shalahuddin Al-Ayyubi, Aultan Muhammad Al-Fatih dll) adalah sosok pemimpin sekaligus ulama yang takut pada Allah dengan didasari ilmu agama yang kuat sehingga menjalankan semua ajaran syariat Islam dengan penuh amanah dan kehati-hatian, yang berbuah pada kejayaan Islam dan ditandai dengan kemakmuran bagi rakyatnya, yang semuanya berjalan di atas pondasi ilmu agama yang benar dan kuat baik aqidah maupun hukum-hukumnya.
“Semoga Aceh ke depan dipimpin oleh pemimpin yang takut kepada Allah dengan keimanan yang benar sebagaimana pemimpin Islam di masa jayanya dulu. Dan didukung oleh para ulama yang takut juga kepada Allah sehingga tidak berfatwa secara serampangan tanpa ilmu,” pungkas Ustaz Fajarul Falah. (T/R05/P2)
Baca Juga: Menag: Guru Adalah Obor Penyinar Kegelapan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)