Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dr Joserizal Jurnalis: Pendiri MER-C, Pejuang Kemanusiaan dari Indonesia untuk Dunia

Redaksi Editor : Arif R - 1 jam yang lalu

1 jam yang lalu

8 Views

Dr. Joserizal Jurnalis

JOSERIZAL Jurnalis merupakan satu dari sekian banyak tokoh dokter paling berpengaruh dalam dunia relawan kemanusiaan Indonesia. Dikenal luas sebagai pendiri MER-C (Medical Emergency Rescue Committee), Joserizal merupakan dokter bedah ortopedi yang mendedikasikan hidupnya untuk membantu korban konflik dan bencana di berbagai negara, termasuk Palestina, Irak, dan Indonesia sendiri. Namanya menjadi simbol keberanian dan kepedulian lintas batas.

Lahir di Padang, Sumatera Barat, pada 11 Mei 1963, Joserizal Jurnalis menempuh pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan kemudian mengambil spesialisasi bedah ortopedi. Sejak muda, ia telah aktif dalam kegiatan sosial dan gerakan mahasiswa.

Dr Joserizal merupakan putra dari Jurnalis Kamil, seorang akademisi yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, pada periode 1984-1993. Maka nama lengkapnya adalah Joserizal Jurnalis. Nama Jurnalis diambil dari nama bapaknya.

Sementara ibunya, Zahara Idris, juga seorang akademisi. Joserizal menikah dengan Dian Susilawati dan dikaruniai tiga orang anak, yaitu Aisha, Nabila, dan Saladin.

Baca Juga: Abu Chiek Oemar Di Yan; Ayah Para Teungku Chiek di Aceh

Ia lulus sebagai dokter umum dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1988. Setelah lulus, Joserizal pun melanjutkan pendidikan spesialis Bedah Orthopedi dan Traumatologi di Universitas Indonesia.

Dr. Joserizal Jurnalis dikenal sebagai dokter sekaligus aktivis yang sering kali berkontribusi terhadap masyarakat korban perang.

Kepeduliannya terhadap isu-isu kemanusiaan tumbuh seiring waktu, hingga akhirnya ia memilih jalur yang tidak biasa bagi seorang dokter: menjadi relawan di daerah konflik.

Pada tahun 1999, Dr. Joserizal bersama rekan-rekannya mendirikan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), sebuah lembaga medis yang fokus menangani situasi darurat kemanusiaan. MER-C lahir dari keprihatinan terhadap minimnya partisipasi tenaga medis Indonesia dalam membantu korban konflik seperti di Ambon dan Timor Timur.

Baca Juga: Abuya Bahauddin Tanah Merah, Ulama Besar Karismatik dari Aceh Singkil

MER-C memiliki prinsip netralitas aktif, di mana relawan medis turun langsung ke zona konflik tanpa memihak secara politis, tetapi jelas berpihak pada kemanusiaan.

Konflik Ambon dan Timor Timur
Tugas awal Dr. Joserizal dan tim MER-C adalah menangani korban luka akibat konflik agama di Ambon pada 1999. Setelah itu, mereka melanjutkan misi ke Timor Timur, saat wilayah tersebut mengalami gejolak politik yang berujung pada pemisahan diri dari Indonesia. Di kedua lokasi ini, MER-C bekerja tanpa pengamanan militer, mengandalkan kepercayaan dari masyarakat setempat.

Bencana Tsunami Aceh 2004
Saat tsunami melanda Aceh pada Desember 2004, Dr. Joserizal termasuk orang pertama yang masuk ke wilayah terdampak. Ia memimpin tim medis, mengelola posko bantuan, serta melakukan berbagai operasi penyelamatan. Salah satu warisan penting dari aksi MER-C di Aceh adalah pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Meulaboh, yang hingga kini melayani masyarakat Aceh Barat.

Misi Internasional
Pada tahun 2003, Dr. Joserizal memimpin misi kemanusiaan MER-C ke Baghdad, Irak, saat invasi Amerika Serikat berlangsung. Misi ini sangat berisiko karena berlangsung di tengah gempuran udara dan pertempuran darat. Namun Joserizal meyakini bahwa kehadiran dokter di zona perang sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa warga sipil yang menjadi korban utama.

Baca Juga: Dakwah Tanpa Mimbar: Jejak Tuslim Abdul Saeri Mendidik Jalan Menuju Surga

Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina
Salah satu kontribusi terbesar Dr. Joserizal adalah keberhasilannya memimpin pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, Palestina. Proyek ini dibangun dari dana masyarakat Indonesia dan relawan lokal Palestina, meskipun diadang berbagai tantangan mulai dari blokade Israel hingga krisis logistik. Proyek kemanusiaan ini melibatkan banyak relawan pekerja dari Indonesia, terutama relawan kemanusiaan dari Pondok Pesantren Al-Fatah, Bogor.

Rumah sakit ini akhirnya berdiri megah dan menjadi bukti nyata solidaritas rakyat Indonesia kepada rakyat Palestina. Bahkan hingga kini, rumah sakit tersebut masih beroperasi dan menjadi salah satu fasilitas kesehatan terpenting di Gaza.

Dr. Joserizal menolak menjadi dokter yang hanya berada di balik meja klinik. Baginya, dokter adalah profesi moral yang harus hadir di tengah masyarakat, terutama mereka yang menderita akibat perang dan bencana. Ia kerap mengatakan bahwa “berpihak kepada korban adalah sikap kemanusiaan yang sejati.”

Prinsip “medis untuk semua” yang diusung MER-C menjadi cermin idealisme Joserizal bahwa profesi kesehatan tidak boleh tunduk pada kepentingan politik atau ekonomi.

Baca Juga: Teungku Chik Lamjabat, Ulama Besar Aceh Penandatangan Seruan Jihad

Dr. Joserizal Jurnalis wafat pada 20 Januari 2020 di Jakarta dalam usia 56 tahun karena penyakit yang dideritanya. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam tidak hanya di kalangan relawan MER-C, tetapi juga di kalangan masyarakat internasional yang pernah merasakan manfaat langsung dari aksi-aksi kemanusiaannya.

Namun warisan beliau tetap hidup, MER-C terus aktif mengirim relawan ke daerah bencana dan konflik. Rumah Sakit Indonesia di Gaza masih berfungsi sebagai pusat layanan medis.Banyak generasi muda terinspirasi menjadi relawan, tenaga medis, atau aktivis kemanusiaan karena keteladanan beliau.

Dr. Joserizal Jurnalis telah menunjukkan bahwa seorang warga negara biasa bisa memberikan dampak luar biasa bagi dunia. Ia tidak menunggu perintah negara, tidak menunggu perubahan sistem, tetapi memilih langsung bertindak. Di tengah dunia yang masih diliputi konflik dan bencana, semangat “kemanusiaan lintas batas” seperti yang dicontohkannya tetap relevan dan sangat dibutuhkan.

Sebagai pendiri MER-C dan tokoh relawan kemanusiaan, Dr. Joserizal telah meninggalkan jejak sejarah yang tak akan lekang oleh waktu. Ia adalah simbol bahwa Indonesia bukan hanya bangsa yang besar, tapi juga bangsa yang peduli dan melakukan upaya-upaya pertolongan kepada siapa saja yang membutuhkan. []

Baca Juga: Abuya Nasir Waly, Ulama Kharismatik dari Labuhan Haji

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda