Jakarta, MINA – Ketua Presidium MER-C, Sarbini Abdul Murad mengaku terkejut dengan pernyataan Mantan Wakil Presiden RI, Muhammad Jusuf Kalla saat menjadi narasumber pada suatu diskusi yang diadakan oleh Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia di Jakarta, Jumat (19/8).
Dalam kesempatan itu, Jusuf Kalla mengatakan bahwa jika Indonesia ingin menjadi mediator untuk menyelesaikan konflik Palestina – Israel, maka Indonesia harus mengenal dan mempunyai hubungan dengan kedua belah pihak, tidak saja dengan Palestina, namun juga dengan Israel.
“Kami terkejut dengan pernyataan Pak Jusuf Kalla dalam forum diskusi itu bahwa untuk mendamaikan konflik Palestina – Israel, maka Indonesia harus mempunyai hubungan dengan keduanya, yaitu dengan Palestina dan juga dengan Israel,” ujar Sarbini. Pernyataan tersebut menurutnya akan melukai sejarah dan upaya Indonesia yang selama ini konsisten mendukung kemerdekaan Palestina.
Sarbini justru berpandangan Indonesia tidak patut membuka hubungan dengan Israel. Pasalnya, banyak pekerjaan rumah yang belum diselesaikan oleh Israel, seperti masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), penindasan, perampasan, pengrusakan properti warga Palestina, dsb.
Baca Juga: Ketua MPR RI Salurkan Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi
“Israel telah melakukan berbagai pelanggaran HAM dan penjajahan di tanah Palestina, dimana hal ini tidak sesuai dengan konstitusi negara kita dan sejarah bangsa Indonesia yang selama ini melakukan pembelaan terhadap Palestina,” tambahnya.
Oleh karenanya, Sarbini berpendapat bahwa pernyataan Jusuf Kalla tersebut tidak dapat diterapkan untuk konflik Palestina–Israel.
“Pak JK adalah seorang Tokoh Bangsa yang kita hormati karena beliau seorang juru damai yang tangguh dan sudah teruji. Kita semua mengakui hal tersebut,” ujar Sarbini. Namun menurut pandangan kami, niat Pak JK untuk membuka hubungan dengan kedua belah pihak tidak dapat diterapkan untuk kasus konflik Palestina – Israel,” tambahnya.
“Hanya Amerika yang bisa mendamaikan konflik Palestina–Israel, itupun kalau Amerika serius dan tidak memihak,” ujarnya.
Baca Juga: HGN 2024, Mendikdasmen Upayakan Kesejahteraan Guru Lewat Sertifikasi
Ketua Presidium MER-C ini juga mengatakan bahwa pernyataan Wakil Presiden RI pada 2004-2009 dan 2014-2019 itu akan kontra produktif terhadap upaya yang dilakukan Indonesia selama ini. Untuk itu, ia berharap Indonesia tetap konsisten terhadap solusi dua negara.
“Kami berharap Indonesia (pemerintah) tetap konsisten terhadap solusi dua negara, karena sampai saat ini belum ada tanda-tanda dan belum ada progress dari solusi tersebut.” (R/P2/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun