Al-Quds, MINA – Setidaknya dua menteri pendudukan Israel pada Selasa (13/8) bergabung dengan ribuan pemukim ilegal dalam penyerbuan kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki untuk memperingati acara Yahudi.
Menurut situs web berita Israel Ynet, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir, sesama menteri partai Otzma Yehudit, Yitzhak Wasserlauf dan anggota Knesset dari partai Likud Amit Halevi, menyerbu kompleks tersebut untuk memperingati Tisha B’Av, hari puasa tahunan Yahudi yang menandai terjadinya beberapa bencana dalam sejarah Yahudi.
“Kebijakan kami adalah mengizinkan (orang Yahudi) berdoa,” kata Ynet mengutip pernyataan Ben-Gvir saat penyerbuannya di masjid suci ketiga dalam Islam tersebut.
Menyusul komentarnya, kantor Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu merilis pernyataan yang menyatakan bahwa pernyataan Ben-Gvir melanggar status quo di sana. “Penetapan kebijakan di Temple Mount (mengacu pada kompleks Masjid Al-Aqsa) secara langsung tunduk pada pemerintah dan perdana menteri,” bunyi pernyataan tersebut.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Menurut Departemen Wakaf Islam yang dikelola Yordania, sekitar 2.250 pemukim Israel menyerbu komplek tersebut dan melakukan ritual keagamaan Talmud.
Sejak menjabat sebagai menteri keamanan nasional pada 2022, Ben-Gvir sejauh ini telah menyerbu Masjid Al-Aqsa sebanyak enam kali.
Pasukan Israel menutup jalan menuju Kota Tua Yerusalem, mengerahkan ratusan tentara, dan secara efektif mengubah area tersebut menjadi “barak militer” sambil memberlakukan pembatasan ketat terhadap warga Palestina yang mencoba memasuki masjid, menurut kantor berita tersebut.
Masjid Al-Aqsa dianggap sebagai situs tersuci ketiga dalam Islam. Umat Yahudi menyebut area tersebut sebagai Temple Mount, yang diyakini sebagai lokasi dua kuil Yahudi kuno.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel 1967. Pada tahun 1980, Israel mencaplok seluruh kota, sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza