Ramallah, 28 Ramadhan 1436/15 Juli 2015 (MINA) – Dua perempuan Palestina, yang ditangkap pasukan Israel, menyatakan keduanya menjadi sasaran penganiayaan dan pelecehan pasukan Israel selama penahanan dan interogasi mereka.
Seorang wanita Palestina yang baru-baru ini ditangkap militer Israel di Tepi Barat mengatakan, dia mengalami pelecehan fisik dan verbal oleh tentara dan otoritas penjara selama interogasinya, demikian Kantor Berita Palestina WAFA sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Sabrin Abu Sharar dari Hebron, mengatakan kepada seorang pengacara Komite Urusan Tahanan Palestina, yang diizinkan untuk mengunjunginya Selasa kemarin, dia menjadi sasaran penganiayaan selama investigasi 15 jam, termasuk pelecehan verbal dan penggeledahan.
Abu Sharar juga diancam dengan pemberian sanksi terhadap dirinya, termasuk larangan perjalanan dan penggunaan penyiksaan strappado atau gantung ala Israel; di mana seseorang akan digantung selama berjam-jam dari pergelangan tangan.
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
Penyiksaan ini dilakukan dengan korban terikat pada punggung. Tali ini kemudian disalurkan melalui katrol sehingga korban tergantung di atas tanah. apabila bobot korban berat, otomatis siksaan akan bertambah menyakitkan.
Abu Sharar ditempatkan di sel berbau busuk, lebar 1 meter dan panjang 2 meter, tidak memiliki persyaratan dasar kemanusiaan, termasuk ventilasi yang cukup, kasur bersih, serta kondisi kebersihan dan sanitasi yang memadai.
Sementara itu, seorang tahanan perempuan lainnya Sherine Al-Issawi dari Al-Quds mengatakan kepada pengacara komite, Hanan Al-Khateeb, dia telah memulai lima hari aksi mogok makan untuk memprotes sel isolasinya.
Al-Issawi ditempatkan di sel isolasi selama dua bulan sebagai pembalasan atas insiden yang terjadi antara tahanan dan sipir penjara.
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
Al-Issawi mengatakan, ia mengalami kondisi penjara yang keras selama pengasingannya di Penjara Ramla; dia ditempatkan di sel yang tidak memiliki standar kesehatan dasar, dan dipaksa untuk tidur di lantai.
Pintu sel itu disegel dengan plastik yang mencegah udara masuk, menyebabkan dia sempat pingsan karena kekurangan oksigen. Dia juga dalam kondisi terikat tangan dan kakinya selama waktu istirahat setiap harinya.
Pelanggaran terhadap tahanan perempuan di penjara-penjara Israel termasuk cara brutal penangkapan mereka di depan keluarga dan anak-anak mereka; metode interogasi fisik dan mental; kelalaian medis terhadap tahanan hamil; pengekangan fisik saat melahirkan; hukuman selama di penjara, seperti isolasi; penahanan di tempat yang tidak pantas; penggeledahan provokatif oleh petugas penjara; penghinaan, penyerangan dan penggunaan gas air mata.
Menurut Pusat Studi Tahanan Palestina (PPCS), pasukan Israel telah menangkap 78 wanita Palestina pada kuartal pertama 2015, termasuk beberapa anak di bawah umur.
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam
Dikatakan tahun 2015 telah terlihat peningkatan dalam penahanan perempuan Palestina, termasuk anak-anak. ‘Sebagian besar [perempuan] ditangkap di dalam komplek Masjid Al-Aqsha, “kata PPCS.
Kepala PPCS, Riyad Al-Ashqar mencatat, penderitaan tahanan perempuan di penjara-penjara Israel telah meningkat selama beberapa bulan terakhir, terutama peningkatan serangan malam yang terkenal dilakukan oleh tentara laki-laki Israel tanpa peringatan sebelumnya, Middle East Monitor melaporkan. (T/R05/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Kecam Penyerbuan Ben-Gvir ke Masjid Ibrahimi