Muangdaw, Myanmar, MINA – myanmar/">Dewan Pers Myanmar mengungkapkan polisi telah menahan dua wartawan yang bekerja untuk sebuah organisasi berita internasional karena dicurigai memiliki ‘dokumen polisi rahasia’ terkait dengan krisis yang sedang berlangsung di Negara Bagian Rakhine.
Seorang anggota dewan mengatakan, dua personil kantor berita Reuters itu ditangkap Selasa (13/12) malam dan dituduh melanggar Undang-Undang Rahasia Resmi era kolonial setelah polisi mengatakan pada keduanya ditemukan salinan dokumen dari pejabat di Distrik Muangdaw.
Sementara itu petugas di kantor polisi tempat keduanya diyakini telah diperiksa, membantah penangkapan telah dilakukan, Bangkok Post melaporkan.
Tapi seorang juru bicara pemerintah mengonfirmasikan penangkapan tersebut pada Selasa malam di kota utama Myanmar, Yangon.
Baca Juga: Fadli Zon Perkenalkan Kementerian Kebudayaan Indonesia di Forum G20
“Ya, memang benar mereka ditangkap,” kata seorang juru bicara, Zaw Htay, kepada Reuters. “Bukan hanya reporter Anda, tapi juga polisi yang terlibat dalam kasus itu. Kami akan mengambil tindakan terhadap polisi tersebut dan juga reporter.”
Namun dia tidak mengatakan mengapa kedua wartawan, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, ditangkap, juga rincian tindakan yang mereka hadapi atau menjelaskan kasus apa yang dia maksud.
Kepala Divisi Komunikasi Global Reuters, Abbe Serphos, mengatakan, “Kami segera mencari lebih banyak informasi mengenai penangkapan ini dan mencari info bagaimana situasi mereka saat ini.”
Wa Lone, yang bergabung dengan Reuters pada Juni 2016, telah meliput berbagai berita, termasuk krisis pengungsi Rohingya di Negara Bagian Rakhine. Kyaw Soe Oo telah bekerja untuk Reuters sejak bulan September.
Baca Juga: Ukraina Terbitkan Prangko Spesial Bergambar Prabowo
Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Yangon mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diunggah di situsnya pada Rabu (14/12) malam pihaknya “sangat prihatin dengan penangkapan yang sangat tidak reguler dari dua wartawan Reuters setelah mereka diundang untuk bertemu dengan petugas polisi di Yangon tadi malam.”
“Agar demokrasi berhasil, wartawan harus bisa melakukan pekerjaan mereka dengan bebas,” kata kedutaan AS dalam sebuah keterangan.
“Kami mendesak pemerintah untuk menjelaskan penangkapan ini dan mengizinkan akses langsung ke wartawan tersebut,” tambah pernyataan tersebut. (T/R11/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Prabowo Inginkan Kolaborasi Ekonomi dan Pendidikan dengan China