Jeddah, MINA- Wakil Tetap Republik Indonesia untuk Organisasi Kerja sama Islam (Watapri OKI), Duta Besar Eko Hartono menyatakan, misi utama Indonesia di OKI adalah mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk memperoleh kemerdekaan dan kedaulatan secara penuh.
Bagi Indonesia, dukungan terhadap Palestina merupakan amanat konstitusi yaitu menghapuskan penjajahan dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
“Kita mendukung Palestina karena memang sesuai dengan konstitusi negara kita yang harus membebaskan negara-negara di dunia dari segala bentuk penjajahan,” katanya dalam wawancara eksklusif secara virtual dengan tim Kantor Berita MINA, Senin (9/5).
Mengawali misinya sebagai Watapri OKI yang baru menyerahkan surat kepercayaan kepada Sekjen OKI bulan lau, Dubes Eko mengatakan, Indonesia telah menginisiasi pertemuan luar biasa Open-Ended Meeting of the Executive Committee tingkat Perwakilan Tetap negara anggota OKI di Jeddah pada Senin, 25 April 2022.
Baca Juga: Prof. Sudarnoto: Peradaban Modern Hadapi Tantangan Serius
Pertemuan luar biasa tingkat Duta Besar ini membahas eskalasi konflik dan penyerangan brutal pasukan penjajah Israel terhadap Masjid Al-Aqsa.
Dalam pertemuan tersebut diadopsi sebuah resolusi, yang menekankan bahwa Al-Quds Al-Shareef dan Masjid Al-Aqsa yang diberkahi, kiblat pertama Islam dan tempat suci paling suci ketiga, adalah garis merah bagi umat Islam, yang hanya dengan pembebasan penuh dari pendudukan dan kembali kepada Palestina dan rakyat Palestina.
“Dalam misi ini Indonesia mengajak semua anggota OKI menggunakan berbagai jalur komunikasi untuk menghentikan agresi Israel dan memastikan status quo Masjid Al-Aqsa. Al-Aqsa sebagai garis merah bagi umat Islam saja,” tegasnya.
Dubes Eko melanjutkan, misi Indonesia selanjutnya adalah menciptakan perdamaian dunia. Ia menjelaskan, di beberapa negara, terutama di Barat masih terjadi Islamofobia karena mereka tidak memahami ajaran Islam yang sebenarnya.
Baca Juga: Genosida Israel di Gaza per 6 Mei 2025: 52.615 Syahid
“Terjadinya kasus pembakaran Al-Quran di Swedia menjadi bukti masih adanya Islamofobia. Oleh karenanya, tugas kita adalah memberi contoh dan pemahaman yang benar mengenai Islam kepada masyarakat internasional,” jelasnya.
Misi ketiga adalah meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi negara-negara anggota OKI. “Dari 57 negara anggota OKI, sebagian besar masih sebagai negara berkembang. Jadi ini menjadi tugas bersama, khususnya Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan melalui ekonomi,” paparnya.
Dia menambahkan, misi ini memaksimalkan kehadiran Bank Pembangunan Islam (IsDB) sebagai mitra utama OKI yang mempunyai tujuan membantu pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial negara-negara anggota.
Misi keempat adalah ikut serta dalam membangun kesepahaman mengenai Islam yang moderat sebagaimana difahami oleh para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. (L/P2/R1)
Baca Juga: Mesin Penggiling Daging Jadi Sorotan Utama Dalam Perkuat Ekosistem Halal
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Banyak Pengangguran dan PHK, BAZNAS Serukan Kolaborasi Atasi Kemiskinan