Jakarta, 20 Rabi’ul Akhir 1438/19 Januari 2017 (MINA) – Duta Besar Libya untuk Indonesia, Singapura, dan Brunei Darussalam yang berpusat di Jakarta Sadegh M.O. Bensadegh, meyakini di bawah kepemimpinan Trump yang baru dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45, hubungan AS dengan negara-negara Islam akan lebih baik lagi.
“Saya berharap terpilihnya Trump sebagai presiden (AS) membawa kedamaian dan hubungan Amerika dengan negara-negara Islam menjadi lebih baik,” kata Dubes Bensadegh kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Donald Trump telah resmi dilantik sebagai Presiden AS ke-45 pada Jumat (20/1) di luar Capitol AS di Washington.
Dia mengatakan, sebagai negara penganjur demokrasi dan menjadi contoh bagaimana demokrasi dijadikan nilai dan prinsip dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Trump tentu saja akan meneruskan tradisi pemerintahan dan pola-pola kepemimpinan yang selama ini dijadikan sebagai rujukan.
Baca Juga: Putin Punya Kebijakan Baru, Hapus Utang Warganya yang Ikut Perang
Dubes Bensadegh menilai Trump pasti membawa misi-misi negaranya dan memiliki kearifan tersendiri dalam menentukan kebijakan-kebijakannya yang tentu saja tidak akan merugikan kondisi dan stabilitas pemerintahan dalam negerinya.
Dia mengarapkan, kepemimpinan AS yang baru di bawah Trump, dapat meningkatkan hubungan di bidang keamanan dan ekonomi.
“Semoga hubungan baik selama ini akan selalu terjaga, bahkan lebih meningkat, demi kepentingan kedua belah pihak, khusunya rakyat AS dan rakyat Libya. Kami masih memerangi teroris yaitu ISIS atau daesh. Bersama bangsa-bangsa lainnya, diperlukan usaha-usaha yang konfrehensif untuk menciptakan perdamaian di dunia,” ujarnya.
Dia menyampaikan kondisi terkini di Libya, beberapa wilayah lebih aman, namun masih ada daerah-daerah di negara itu yang masih panas atau bergejolak.
Baca Juga: Jadi Buronan ICC, Kanada Siap Tangkap Netanyahu dan Gallant
Perlu diketahui, hubungan Libya-Amerika Serikat saat ini ramah dan kooperatif, dengan kerjasama keamanan yang sangat kuat, setelah serangan terhadap kantor penghubung AS atau misi di Benghazi pada 2011 lalu.
Selain itu, sebuah jajak pendapat Gallup yang dilakukan pada Maret dan April 2012 mengungkapkan bahwa Libya memiliki “keksepakatan tertinggi” dengan kepemimpinan AS di seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara.
Ketika perang saudara Libya pecah 2011 lalu, Amerika Serikat mengambil bagian dalam intervensi militer dalam konflik itu. (L/R01/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Rusia Serang Ukraina Pakai Rudal Korea Utara