Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

DUBES PARAGUAY BANGGA DENGAN ISLAM

Rana Setiawan - Rabu, 22 Oktober 2014 - 05:03 WIB

Rabu, 22 Oktober 2014 - 05:03 WIB

2146 Views

dubesparaguay
Duta Besar Republik Paraguay Mr. Cecar Esteban Grillion, dengan bangga menyebutkan dirinya seorang Mualaf usai Sidang Pelantikan Presiden RI Ketujuh di Gedung Paripurna MPR Jakarta, 20 Oktober 2014.(Foto: Rana/MINA)
dubesparaguay

Duta Besar Republik Paraguay Mr. Cesar Esteban Grillion, dengan bangga menyebutkan dirinya seorang Mualaf usai Sidang Pelantikan Presiden RI Ketujuh di Gedung Paripurna MPR Jakarta, 20 Oktober 2014.(Foto: Rana/MINA)

Oleh: Rana Setiawan, Redaktur Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Di tengah kerumunan rombongan tamu negara usai Sidang Pelantikan Presiden RI Ketujuh Joko Widodo dan Wakil Presiden RI Keduabelas M. Jusuf Kalla, Senin (20/10), di Gedung Paripurna MPR Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, yang akan keluar meninggalkan ruangan sidang.

Salah satu rombongan tamu negara dari perwakilan dan utusan khusus negara-negara sahabat menjadi perhatian para wartawan. Para wartawan yang sibuk memotret dan merekam momen penting kehadiran tamu-tamu undangan dan tamu kenegaraan mulai menyapa satu-persatu tamu negara yang keluar ruangan sidang.

Alhamdulillah!, Alhamdulillah!,” kata terucap seorang tamu negara berwajah asing menjawab sapaan para wartawan. “I am an Ambassador of the Republic of Paraguay, I am a Mualaf (Saya Duta Besar Paraguay, Saya seorang Mualaf),” katanya lantang dan tegas menghadap para wartawan.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Ya, Duta Besar Republik Paraguay untuk lima negara ASEAN berbasis di Jakarta, Mr. Cesar Esteban Grillion memutuskan masuk agama Islam dan resmi menjadi seorang mualaf dengan mengucapkan dua kalimat syahadat disaksikan Menteri Agama Indonesia Suryadharma Ali saat itu dan dihadapan ribuan jamaah shalat Jumat di Masjid Istiqlal Jakarta pada Jumat, 27 September 2014.

Pengucapan syahadat Cesar Esteban Grillion dibimbing langsung oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, KH. Ali Mustafa Yaqub. Dengan sedikit terbata-bata Cesar mengucapkan syahadat dengan bahasa Arab.

Asyhadu anla Ilaha illa Allah, Waasyhadu anna Muhammad ar Rasulullah (Saya bersaksi bahwa tiada yang disembah selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah),” kata Cesar, yang langsung disambut kalimat tahmid oleh ribuan jamaah masjid Istiqlal yang menyaksikan.

Cesar mengakui memang telah sejak lama tertarik dengan Islam. Namun, ia belum berani untuk mengungkapkan keinginannya untuk menjadi muslim.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Penulis berkesempatan ikut mewawancarai Cesar beberapa waktu lalu, tepatnya dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Mi’raj News Agency (MINA) di apartemennya di Mega Kuningan, Jakarta, Senin 18 November 2013.

Cesar mengatakan bahwa dia mengenal Islam setelah mempelajari buku-buku ajaran Islam milik anaknya.

Selain itu, Cesar ditunjukkan Allah melalui jodoh yang ia dapatkan, yakni seorang Muslimah dari Indonesia bernama Yulie Setyohadi. Dari sini-lah ia juga memantapkan untuk mempelajari Islam.

“Saya berjanji pengislaman saya bukan sekedar perayaan, tapi bisa menjadi Islam yang baik dengan bantuan semua,” kata Cesar.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Dia juga menyatakan, keinginannya memeluk Islam itu bukan karena tekanan atau karena akan menikah dengan wanita Muslim semata, tapi memang karena hidayah dari Allah.

Keseriusan Cesar ini pun dapat dilihat ketika ia memutuskan mempelajari Islam langsung dari tokoh besar umat Islam indonesia, Prof. KH. Quraish Shihab dan Imam Besar Masjid Istiqlal. Untuk nama pengganti, Cesar menginginkan nama Ibrahim.

Bahkan, Cesar, yang merupakan pejabat Paraguay pertama yang beragama Islam itu bertekad mendakwahkan Islam di negara asalnya yang mayoritas Katolik.

Pejabat Paraguay Pertama

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Tim Mi'raj islamic News Agency (MINA) saat mewawancarai Dubes <a href=

Paraguay Cecar Esteban " width="300" height="224" /> Tim Mi’raj islamic News Agency (MINA) saat mewawancarai Dubes Paraguay Cesar Esteban Grillon (paling kanan) di apartemennya di Mega Kuningan, Jakarta, Senin 18 November 2013. (Foto: Rana/MINA)

Cesar Esteban Grillon Conigliaro lahir di Asunción, Paraguay pada 1957. Dia adalah Konsul Jenderal Paraguay pertama di Miami, Amerika Serikat. Ia menjabat diposisi itu sejak 1986 hingga 1993.

Cesar Esteban, yang menjadi pejabat Paraguay pertama yang masuk Islam, saat ini masih menjabat sebagai Duta Besar Paraguay Pertama di kawasan Asia Tenggara, yang berbasis di Jakarta, Indonesia.

Cesar mengakui telah lama tertarik pada Islam. Namun selama waktu itu, ia belum berani mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seorang Muslim.

Sebelum menjadi mualaf, beberapa bulan sebelum berikrar syahadat, mengutip apa yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat ia bertemu Agustus 2013 lalu yang mengatakan, setelah bulan Ramadhan tahun ini, “Indonesia tidak hanya telah menjalani proses pembangunan melalui reformasi, tetapi juga transformasi.”

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

“Saya melakukan transformasi diri – sebuah spiritual ‘hijrah’ (transformasi) dari Katolik ke Islam. Allahu Akbar! (Allah Maha Besar!),” seru Cesar antusias.

Sebelum memantapkan diri berikrar menjadi seorang mualaf, Cesar mengatakan dia telah mempelajari Islam dari beberapa tokoh Muslim ternama di Indonesia seperti Menteri Agama Suryadharma Ali, Imam Besar Masjid Istiqlal dan Prof. Quraish Shihab. Setelah ia merasa bahwa ia mengerti cukup, ia akhirnya memutuskan untuk masuk Islam.

Selama wawancara teringat Cesar selalu mengatakan kalimat takbir “Allahu Akbar!”, bahkan dalam menanggapi beberapa pertanyaan ia sering mengucapkan kalimat tahmid ‘Alhamdulillah‘, kalimat ‘Insya Allah‘. Saat menjawab pertanyaan apakah ia nyaman dengan Islam, ia mengatakan: “Alhamdulillah!.

“Saya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini diciptakan memiliki tujuan. Ini adalah sebuah keputusan penting dalam hidup saya,” kata pria berusia 56 tahun itu.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Berawal dari Buku

(Foto: Amazon)

buku berjudul “A Brief Guide to Islam: History, Faith and Politics — The Complete Introduction” ditulis oleh Paul Grieve, membuka mata hati Dubes Paraguay Cesar Esteban Grillion untuk memahami Islam. (Foto: Amazon)

Dalam sesi wawancara tersebut, Cesar menjelaskan, sebagai seorang dari Negara Barat, dia mengaku tidak terlalu akrab dengan Islam. Banyak kesalahpahaman publik di negara-negara barat tentang Islam, memprovokasi menuju Islamophobia, kebencian agama.

Islam adalah agama yang indah, penuh hikmat dan harmonis. Islam adalah agama kasih dan damai,” tegasnya.

Namun demikian, menurutnya, Barat memiliki banyak stereotip dan miskonsepsi tentang Islam yang disebabkan oleh media, propaganda, dan hasutan. Islam sering dipandang sebagai “ekstrimis”, “teroris”, atau agama “keras”. “Banyak orang (barat) membenci Islam dan tidak mau mengakui ajaran yang benar,” katanya.

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Sampai titik tertentu, anaknya, Andrew, 24, memberikan sebuah buku berjudul “A Brief Guide to Islam: History, Faith and Politics — The Complete Introduction” ditulis oleh Paul Grieve yang diterbitkan pada 27 Maret 2006. Buku ini pun membuka mata hatinya. “Anda harus membaca ini, kata anak saya. Setelah saya baca, saya menemukan Islam yang sebenarnya. Sebuah persaudaraan sejati,” kata duda dengan empat anak.

Melalui buku ini Cesar menemukan Islam tidak seperti yang dijelaskan oleh banyak media-media barat. “Islam adalah agama yang indah, penuh hikmat dan harmonis. Islam adalah agama kasih dan damai. Cinta adalah salah satu prinsip manusia paling mulia dan sifat-sifat yang menumbuhkan semangat interaksi, solidaritas, serta kerjasama juga menambahkan kasih sayang dalam jalinan hubungan manusia dan hubungan kepada tuhannya,” kata Cesar mengungkapkan kekagumannya terhadap Islam.

Menariknya, penulis buku tentang Islam yang di baca Cesar ini, Paul Grieve adalah seorang ateis, tidak mempercayai adanya tuhan, ia bukan dilahirkan menjadi Muslim, dai atau bangsa Arab.

Tujuan sang penulis adalah semata untuk menginformasikan apa Islam itu. “Itu sebabnya saya pikir dia pasti objektif dalam menulis buku tentang Islam karena sebagai seorang ateis yang tidak memiliki kepentingan untuk mempromosikan Islam dan apa yang dia lakukan hanya menggambarkan fakta dan kebenaran tentang Islam,” kata Cesar.

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

“Saya yakin Paul Grieve dalam buku ini menginformasikan pembaca tentang Islam secara obyektif,” tambah Cesar.

Dari buku itu, Cesar benar-benar memahami bahwa hanya Islam yang secara tegas mendeklarasikan bahwa Allah itu satu dan tidak ada tandingan atau sesuatu pun yang dapat menandinginya.

Dia menggambarkan proses hijrah spiritualnya, sejak membaca buku itu, ia ingin mengenal lebih jauh tentang Islam.

Kemudian, atas kehendak Allah, bertemulah Cesar dengan Yulie Setyohadi, kepadanya, dia mengatakan ingin mengenal Islam lebih jauh. Akhirnya, wanita ini menganjurkan dia mencoba menjalani dulu kehidupan sebagai seorang Muslim.

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

Bulan Ramadhan 1434 lalu ia ikut berpuasa. Cesar menuturkan, sebulan dia hanya batal dua kali.

Sampai suatu hari, dia mengunjungi Masjid Dian Al-Mahri atau yang terkenal dengan nama Masjid Kubah Emas di Depok. Saat sedang mengagumi arsitektur masjid yang megah, seorang tukang foto menghampirinya.

Dari dialah, Cesar mengaku terpanggil memeluk Islam. “Dia bertanya ‘Tuan, apakah Anda Muslim?’. Dia seperti malaikat yang dikirimkan Allah untuk saya. Dia membimbing saya soal Islam. Disitulah keyakinan saya semakin kuat untuk menjadi seorang Muslim,” kata Cesar.

Ikut berbuka puasa di masjid itu, Cesar merasakan kehangatan. Dia mengatakan, orang-orang sangat ramah kepadanya, membuatnya tersentuh. Dia tidak merasa sebagai orang asing, padahal dia berperawakan bule sendiri saat itu.

Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud

Sejak mengucapkan syahadat, ia berkomitmen untuk menginformasikan kepada penduduk di negaranya, khususnya, dan akan menunjukkan kepada mereka bahwa Islam tidak seperti apa yang sejauh ini dilaporkan oleh media barat. “Saya akan melakukan yang terbaik untuk menunjukkan cara hidup Islam. Saya harus menjadi contoh, ” katanya.

Melalui Islam juga, kisah cinta Cesar dengan Yulie dimulai. Pasangan itu akhirnya menikah pada November 2013.

Islam di Paraguay

Masjid Nabi Muhammad di kawasan Ciudad del Este kota Assuncion, di lihat dari salah satu gedung yang berdiri tak jauh dari masjid ini.(Foto: BujangMasjid)

Masjid Nabi Muhammad di kawasan Ciudad del Este kota Assuncion, di lihat dari salah satu gedung yang berdiri tak jauh dari masjid ini.(Foto: BujangMasjid)

Paraguay adalah salah satu negara Republik di Amerika Selatan dengan wilayahnya membentang di dua sisi Sungai Paraguay, yang sekaligus menjadi batas alami bagi Paraguay dengan Argentina dan Brazil.

Paraguay berbatasan dengan Argentina di sebelah selatan dan barat daya, Brasil di timur laut dan timur, serta Bolivia di barat daya. Karena lokasinya yang berada di pusat  Amerika Selatan, kadang-kadang disebut juga dengan julukan Corazón de América atau Jantung Amerika dengan luas wilayah 406.752 km persegi.

Paraguay ber-ibukota di Asunción yang juga merupakan kota terbesar di Negara itu di mana wilayah metropolitan tersebut adalah rumah bagi hampir sepertiga dari total jumlah penduduk Paraguay.

Mayoritas penduduk negaranya ber-etnis Mestizoa yang mencapai 95% dari total jumlah penduduknya, serta suku-suku lainnya yang hanya 5% saja.

Bahasa resminya adalah bahasa Spanyol dan Bahasa Guarani yang merupakan Bahasa Asli penduduk setempat. Bahasa Spanyol menjadi salah satu bahasa resmi karena memang Paraguay merupakan bekas jajahan Spanyol. Berbeda dengan sebagian besar negara Amerika Latin, bahasa asli Paraguay dan budaya, Guarani, masih sangat berpengaruh.

Pada 2009, penduduk Paraguay diperkirakan sekitar 6,5 juta, yang sebagian besar terkonsentrasi di wilayah tenggara negara itu.

Merujuk kepada artikel Islam di Paraguay dari berbagai sumber, diperkirakan ada 507 orang muslim di sana atau hanya sekitar 0,008% dari total penduduknya. Sebagian besar dari muslim di Paraguay merupakan keturunan dari para imigran muslim dari Suriah, Lebanon dan Palestina yang terkonsentrasi di kota Asuncion dan sekitarnya.

Organisasi Islam paling berpengaruh di Paraguay adalah Centro Benéfico Cultural Islámico Asunción, yang dipimpin oleh Faozi Mohamed Omairi. Data tersebut sangat berbeda dengan data di islamicpopulation.com yang menyebutkan bahwa muslim di Paraguay mencapai 2.750 jiwa pada tahun 2000.

Kristen, khususnya Katolik Roma, merupakan agama dominan di Paraguay. Menurut sensus 2002, 89.9% dari jumlah total penduduk Paraguay adalah Katolik, 6,2% adalah Kristen evangelis, 1,1% mengidentifikasi dengan sekte-sekte Kristen lainnya, dan 0,6% agama pribumi.

Suasana depan Masjid Nabi Muhammad. (Foto: BujangMasjid)

Suasana depan Masjid Nabi Muhammad. (Foto: BujangMasjid)

Masjid terbesar di Paraguay dibangun di kawasan pusat kota Asunción dengan nama The Mosque of the Prophet Muhammad, atau Masjid Nabi Muhammad pada 1994. Bersamaan dengan terbentuk secara resminya organisasi Benevolent Association of Alto Paraná, yang dikelola oleh muslim Lebanon. Masjid dan organisasi tersebut sudah mendapatkan pengesahan dari Kementerian Pendidikan dan Budaya Paraguay serta berbagai lembaga pendidikan di Paraguay.

Berdirinya berbagai lembaga Islam di Paraguay secara langsung berdampak kepada perkembangan Islam di Paraguay. Islam mulai dipeluk oleh penduduk pribumi setempat, termasuk di dalamnya melalui pernikahan wanita setempat dengan pria muslim Imigran Arab yang ada di sana.

Dan sudah tentu dengan kehadiran berbagai komunitas muslim mau pun komunitas Arab di Paraguay menjadi titik tolak kedekatan dengan dunia Arab. Dan menjadi hal yang penting ketika pemerintah Paraguay bergabung dengan beberapa negara Amerika Latin lainnya yang dengan tegas mengakui eksistensi Negara Palestina.(R05/R03)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
MINA Health
Kolom