Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dubes RI untuk Rusia Ungkap Alasan Putin Serang Ukraina

Rana Setiawan - Rabu, 9 Maret 2022 - 23:43 WIB

Rabu, 9 Maret 2022 - 23:43 WIB

30 Views

Jakarta, MINA – Duta Besar Republik Indonesia untuk Rusia periode 2016-2020, M. Wahid Supriyadi mengatakan, konflik yang terjadi di Ukraina berasal dari keinginan Ukraina yang memiliki ambisi untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Menurutnya, serangan Rusia ke Ukraina juga dipicu oleh kekhawatiran Rusia atas ekspansi NATO di Eropa Timur, yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan Rusia.

“Karena ini adalah buffer zone, buffer states. Artinya kalau ada NATO di situ, ada peralatan-peralatan militer di depan pintu dia, secara geopolitik ini merupakan ancaman,” kata Supriyadi kepada wartawan MINA dalam wawanacara eksklusif secara virtual melalui zoom meeting, pada Rabu (9/2).

Oleh karena itu, Wahid menduga Rusia akan menghentikan invasinya jika Ukraina menghentikan usahanya untuk bergabung dengan NATO.

Baca Juga: AS Tingkatkan Serangan terhadap Cabang Al-Qaeda Hurrasud-Din

“Apakah Ukraina menyerah, kemudian netral dan tidak masuk NATO, maka (serangan) itu selesai, atau diganti dengan pemerintahan yang pro-Rusia,” katanya.

Wahid mengatakan ada banyak demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat atas serangan Rusia ke Ukraina.

Dia juga mengungkapkan awalnya tidak mengira Presiden Rusia Vladimir Putin berniat untuk menginvasi Ukraina, karena sebenarnya konflik antara Ukraina dan Rusia sudah terjadi cukup lama dan tidak ada tanda-tanda perang yang terjadi.

Namun, cukup mengejutkan, Putin justru bertindak di luar dugaan dan menyatakan perang dengan Ukraina. Mantan Dubes RI untuk Rusia dan Belarus itu menegaskan, perang yang terjadi mungkin akan memakan waktu lama. Hingga kini Rusia belum menghentikan niatnya untuk memborbardir kota-kota Rusia.

Baca Juga: India Pertimbangkan Terima Duta Besar Taliban karena Alasan Tiongkok

Wahid juga mengatakan, invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina saat ini merupakan pelajaran sekaligus tekanan dari Rusia terhadap negara itu.

“Jadi sebenarnya perang ini sebagai pelajaran, sebagai pressure dari Rusia. Bukan untuk menduduki satu wilayah (di Ukraina) untuk Rusia,” ungkapnya.

Meski pembicaraan damai sudah dilakukan tiga kali, nyatanya hal itu tidak membuahkan hasil baik bagi Ukraina.

Selain itu, beberapa negara Barat sudah memberikan sanksi ekonomi untuk menekan Rusia agar menghentikan invasinya, yang terbaru adalah pihak Washington sedang berdiskusi mengenai larangan impor minyak dari Rusia untuk ke Eropa. Namun, hingga saat ini invasi masih terus berlanjut dan tidak bisa menghentikan niat brutal Putin untuk menghancurkan Ukraina.

Baca Juga: Trump Terkejut Atas Penolakan Mesir dan Yordania Soal Relokasi Warga Gaza

“Sangat sulit, meski ada sanksi tapi Putin mungkin tidak akan berhenti,” ujar Supriyadi.

Perang Rusia di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah menarik kecaman internasional, menyebabkan sanksi keuangan bagi Moskow dan mendorong eksodus perusahaan global dari Rusia.

PBB melaporkan, setidaknya 474 warga sipil telah tewas dan 861 terluka di Ukraina sejak awal perang. Sementara, Badan Pengungsi PBB melaporkan, sekitar 2 juta orang juga telah melarikan diri ke negara-negara tetangga.(L/RA-1/R1)

 

Baca Juga: Lavrov: G20 Sambut Baik Perundingan Rusia-AS di Riyadh

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Internasional
AS, Rusia Sepakat Bentuk Mekanisme Konsultasi untuk Redakan Ketegangan (foto: Anadolu Agency)
Amerika
Internasional
Amerika
Internasional