Khartoum, MINA – Duta Besar Sudan untuk Amerika Serikat Noureddin Satti menyatakan mengingat situasi saat ini, sulit mengatakan rakyat Sudan bersedia dan siap untuk menormalisasi hubungan mereka dengan Israel.
“Ini adalah masalah yang sangat kontroversial, dan kami membutuhkan waktu untuk mengevaluasi dari sisi positif dan negatifnya,” tegasnya.
“Negara kami akan mendukung kesepakatan yang membawa perdamaian ke kawasan dan menekankan bahwa konflik dengan Israel “tidak membuahkan hasil”, katanya dalam sebuah wawancara dengan majalah AS Newsweek.
Pernyataan yang dikeluarkan oleh Dubes pertama Sudan untuk AS selama 23 tahun itu muncul setelah pengumuman perjanjian perdamaian bersejarah antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel, yang dikenal sebagai “Abraham Accords”, demikian Middle East Monitor melaporkan, Jumat (11/9).
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
Satti mengatakan, pemerintah Sudan belum secara resmi mengumumkan posisinya mengenai perjanjian UEA-Israel. “Saya pikir semua yang memfasilitasi perdamaian itu baik untuk wilayah yang perlu hidup damai lebih dari apa pun. Tapi, perdamaian harus inklusif untuk semua orang.”
Ia selanjutnya mengatakan, tidak ada keraguan bahwa kebijakan hegemonik Iran merupakan ancaman bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan itu. Ketika mengamati situasi di Irak, Lebanon dan Yaman, kita dapat melihat ada intervensi Teheran. Ini merupakan ancaman serius, tapi bukan satu-satunya, ”kata Satti kepada Newsweek.
Sementara Perdana Menteri Sudan Abdallah Hamdok mengumumkan pertemuannya baru-baru ini, diadakan di Khartoum dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, bahwa pemerintah transisi .Tidak memiliki mandat untuk memutuskan normalisasi dengan Israel.
“Dapat diatasi setelah selesainya pemerintahan transisi,” ujar Hamdok.
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
PM Sudan meminta pemerintah AS untuk pisahkan proses penghapusan Sudan dari daftar negara yang mendukung terorisme dan masalah normalisasi dengan Israel.
Februari lalu, pertemuan yang digambarkan “bersejarah” antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Kepala Dewan Kedaulatan Sudan Abdel Fattah Al-Burhan berlangsung.
Netanyahu mengumumkan bahwa “normalisasi” hubungan telah dibahas selama pertemuannya dengan politisi senior Sudan di Uganda, dalam siaran pers.
“Sudan sedang bergerak menuju jalan baru untuk lebih baik. Jenderal Al-Burhan ingin membantu negaranya dengan mengakhiri isolasi.” (T/R4/RI-1)
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Kecam Penyerbuan Ben-Gvir ke Masjid Ibrahimi